Tiga

2.9K 533 20
                                    

Hyunjin datang menghampiri Beomgyu dan tiga temannya di kantin. Ia duduk disamping Felix. Kedatangannya yang tiba-tiba mengalihkan atensi teman-temannya. Tak lama ia berkata,

"Gue udah putus sama Somi. " semua kecuali Beomgyu batal menyuapi makananannya kedalam mulut. Haechan menghela napas.

"Jangan diminum! Ini punya gue. " Felix mengambil minuman yang hampir diambil alih kepemilikannya oleh Hyunjin. Felix menatap Hyunjin dengan tajam.

Hyunjin berdecak. "Pelit banget."

"Antisipasi, biar gak ketularan virus brengsek-nya lo." Sarkasnya membuat Hyunjin memutar bola matanya.

Jeno menyuapi makanannya kedalam mulut. Setelah mengunyah dan menelan makanannya ia berkata, "Eunbin sudah, Seungmin sudah, Somi juga sudah. Siapa selanjutnya?"

"Apa nggak capek?" tanya Haechan.

"Capek? Nggak. Ini menyenangkan, bermain dengan perasaan orang adalah hal yang menyenangkan. Lo harus coba, Chan. Setidaknya sekali seumur hidup, " sahut Hyunjin tanpa beban.

Beomgyu mendongakkan kepala. "Lo udah gila, Hyunjin. " Ia membuat pernyataan yang tidak ditolak oleh Hyunjin.

"Iya gila. Karena lo. "

Ucapan Hyunjin membuat Felix, Haechan dan Jeno jadi gugup.

Beomgyu tak gentar menatap Hyunjin. Rasa bersalah dan amarah berkumpul menjadi satu ditatapan Beomgyu pada Hyunjin.

"Berhenti sebelum gue yang berhenti. "

Hyunjin sedikit memiringkan kepalanya, ia mengerutkan dahinya mencoba memproses ucapan Beomgyu. Tapi sebentar- izinkan Hyunjin mengagumi ketampanan Beomgyu karena ekspresi seriusnya.

"Berhenti sekarang, Hyunjin. Atau gue yang akan berhenti jadi teman lo. "

Semua kecuali Hyunjin, membulatkan matanya. Semua mata tertuju pada Beomgyu. Sepertinya, Hyunjin tidak mendapatkan pengaruh apapun dari ucapan Beomgyu barusan. Ketika ketiga temannya kaget dengan ucapan Beomgyu, Hyunjin malah bertanya tanpa beban. Tanyanya,

"Gimana caranya?"

Felix, Jeno dan Haechan memusatkan atensinya pada Hyunjin. Mereka bertiga menatap horor pada Hyunjin. Berbeda dengan Beomgyu yang tak memberikan reaksi berupa ekspresi apapun. Ia memilih pergi meninggalkan makanan yang belum habis dimakan. Beomgyu pergi, meninggalkan keempat temannya.

"Lo beneran gila!" Jeno kehilangan selera makannya.

Ingatan itu kembali terputar tanpa diminta dikepala Beomgyu. Ia benci, hal seperti itu pernah terjadi dalam hidupnya.

Malam itu, satu hari setelah malam tahun baru. Beomgyu dan teman-temannya berkumpul di rooftop rumah Haechan. Memainkan sebuah game keramat. Game yang paling dibenci Felix, game yang Beomgyu tak akan pernah mau lagi memainkannya. Apalgi kalau bukan 'Truth or Dare' . Sebuah permainan gila yang selalu jadir menghiasi indahnya sebuah pertemanan.

Sebelum memainkan permainan, semua ponsel yang sudah diaktifkan mode diamnya dikumpulkan dekat botol kosong yang sebentar lagi akan diputar. Mereka duduk membentuk lingkaran. Felix yang duduk disebelah Beomgyu memutar botol tersebut. Botolnya berhenti pada Beomgyu. Felix dengan semangt berseru.

"Truth or Dare?"

"Truth. "

"Ok. Jadi, lo suka cewek apa cowok?"

"Apaansih, Lix. Pertanyaan lo gak berbobot. Kalau ini gue juga udah tau jawabannya. Dia suka dua-duanya. " protes Haechan.

"Ganti pertanyaan. " perintah Jeno.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang