Empat belas

1.9K 378 11
                                        

Maaf kalo ada typo. Happy Reading....
**

Sejak hari dimana Taehyun mengobrol di atap sekolah dengan Beomgyu kala itu, Taehyun merasa semesta terlalu mempermudah Taehyun untuk mendapatkan hati Beomgyu. Bukannya Taehyun ingin dipersulit, hanya saja ia menyukai tantangan.

Taehyun merasa terlalu banyak kebetulan diantara mereka. Apa itu takdir yang sedang menyamar jadi kebetulan? Taehyun tidak tahu. Namun, ia senang.

Waktu itu, Taehyun diajak Kai dan Renjun ke sebuah tempat untuk menikmati kopi diakhir pekan. Bukannya Taehyun tak suka ketika diajak main keluar, tapi ketika sadar tempat yang dikunjungi adalah sebuah cafe tempat ngopi-nya kawula muda, Taehyun agak menyesali keputusannya. Ia kurang suka minuman berkafein. Tapi tak masalah. Kopi bukanlah masalah besar, meski tak suka ia masih bisa menikmatinya.

Menurut Taehyun, cafe ini punya desain yang unik. Disisi kiri ada meja dan kursi untuk pengunjung sementara disisi kanan, tempat untuk pengunjungnya didesain menyerupai pondok yang didalamnya terdapat meja kecil tanpa kursi sehingga pengunjungnya duduk lesahan. Unik kan? Setidaknya menurut Taehyun.

Ketika ia dan kedua teman akrabnya melangkah untuk mencari tempat duduk, seseorang berteriak memanggil namanya tanpa malu—ditengah suasana cafe yang ramai pengunjung. Taehyun yang namanya disebut menoleh, Renjun dan Kai yang nama temannya disebut itu pun menoleh. Anehnya, beberapa pengunjung pun ikut menoleh sekilas kesumber suara.

Taehyun tertegun. Haruskah Taehyun senang dan mengucapkan terima kasih ketika diajak Kai dan Renjun kemari? Disana ada Beomgyu dan teman-temannya, siapa lagi kalau bukan Felix, Jeno, Hyunjin dan Haechan....

Beomgyu tersenyum, ia mengulurkan tangan kanannya dan menggerakkannya. "Taehyun, sini! Kai, ajak semua teman lo kesini," ajak Beomgyu.

Kai tersenyum menyambut ajakan teman baik satu band nya itu. Meski bukan teman terdekat, Kai berteman baik satu sama lain, dengan Beomgyu maupun teman-temannya. Sementara itu Renjun mendesah kurang suka. Selain takut kena pelet Beomgyu karena berada terlalu dekat dengannya, ia juga takut Taehyun semakin kena jerat pesona Beomgyu. Taehyun? Jangan ditanya. Ia sedang menahan senyumnya sekarang.

Takdir yang menyamar jadi kebetulan itu tentu tak berhenti sampai disana.

Hari itu, ketika Taehyun sedang berada di perpustakaan untuk menyelesaikan catatannya. Seseorang tiba-tiba menghampirinya. Duduk tepat disebelahnya, mencondongkan tubuh mendekatinya hingga deru napasnya terdengar.

Taehyun menoleh, matanya pun semakin membola. Beomgyu Si Tampan dan Cantik sekolahnya tengah duduk dengan jarak yang sangat dekat dengannya.

"Tugas catatan? Tulisan lo jelek banget." Taehyun mengerjapkan mata. Mendengar hal itu, jiwanya kembali kedunia.

Menegak ludahnya susah payah, ia kembali melanjutkan tugasnya. Taehyun harus profesional, ia harus mengabaikan masalah pada perut, jantung dan kepalanya ketika berurusan dengan tugas.

Tidak! Taehyun tidak lagi bisa mengabaikan masalah pada perut, jantung dan kepala ketika sebuah tangan menyapa lehernya. Sekarang pernapasannya pun ikut bermasalah.

Taehyun terduduk kaku menatap buku catatannya, napasnya tertahan ketika tangan Beomgyu yang berusahan meraih rantai kalung yang ia kenakan menyentuh lehernya.

Sementara Beomgyu, ia sedang mengamati liontin pada kalung Taehyun. Liontinnya berbentuk bulat penuh yang ditengahnya terdapat paduan huruf 'KTH'.

Beomgyu terkekeh sambil melepaskan liontin itu dari capitan ibu jari dan telunjuknya. "KTH? Kim Taehyung?" Beomgyu mendongak menatap Taehyun. "Itukan nama anggota BTS."

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang