Dua puluh tujuh

2.4K 359 117
                                    

Jangan pesimis sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pesimis sayang. Anyway, selamat membaca dan jangan lupa komentar biar Lala kenyang.
***

"Bangun, Gyu!" Taeyong menarik selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh Beomgyu diatas kasur. Namun, dengan setengah sadar Beomgyu menarik selimut itu kembali menutupi tubuhnya.

Taeyong menghela napas saat melihat Beomgyu yang semakin bergelung di bawah selimut, helaan napasnya terdengar semakin berat saat matanya melihat potongan baju yang berserakan di lantai dekat keranjang baju kotor.

Laki-laki yang lebih tua berdecak, tangannya terulur mengambil baju di lantai lalu melemparnya tepat ke wajah Beomgyu, "bangun!"

"Bangun, Babi!" Kali ini celana Beomgyu yang terparkir apik di wajahnya setelah ia berhasil menyingkirkan baju yang di lempar Taeyong tadi.

"Bangun, sekolah goblok!" geram Taeyong, kali ini ia menendang Beomgyu yang masih setia menempel di kasur.

Taeyong meletakkan kedua tangannya di pinggang. Ia memikirkan cara ampuh untuk membangunkan adiknya. Tiba-tiba ia ingat bahwa Beomgyu memiliki pacar. Siapa ya namanya? Oh, Taeyong tahu!

"Gyu, bangun! Taehyun udah nungguin di bawah," ucapnya, kali ini suaranya lembut dan yang paling penting Beomgyu bangun dan segera lari ke kamar mandi.

Perihal membangunkan Beomgyu memang sudah berlalu. Taeyong berhasil membangunkan adik kesayangannya. Ia pikir itu cara yang brilliant, tidak setelah Beomgyu menyadari bahwa ia telah berbohong.

Wajah tampan nan cantik yang bersinar karena senyum itu tiba-tiba murung saat menyadari bahwa Taeyong-lah satu-satunya orang yang akan mengantarkannya pergi sekolah. Sinar di wajah itu memudar, senyumnya luntur. Taeyong pikir, Beomgyu pasti sangat mencintai laki-laki itu.

Awalnya Taeyong tak ingin ambil pusing, tapi ia mulai khawatir melihat Beomgyu yang semakin murung saat perjalanan menuju sekolah. Jaket abu-abu itu menutupi seragam sekolahnya, tudungnya ia gunakan untuk menyembunyikan kepala. Laki-laki itu memeluk tubuhnya dan menyandarkan kepalanya  di jendela kaca. Kedua mata indahnya menatap kosong ke arah jalanan. Taeyong pikir Beomgyu sudah baik-baik saja, ini sudah berganti tahun dan nampaknya masalah yang adiknya hadapi tak kunjung menemui titik temu.

"Gyu, lo marah? Gue cuma bercanda," ucap Taeyong menyelipkan nada tawa. Melihat Beomgyu yang diam saja, Taeyong jadi semakin khawatir, "Gyu, are you okay?"

Beomgyu ingin sekali berteriak bahwa dirinya tidak baik-baik saja. Ia ingin menumpahkan segalanya pada Taeyong. Ia ingin menceritakan semuanya. Semua kesalahannya, semua lukanya, semua rasa sakit dan segala rasa yang mampir di tubuhnya pada Taeyong. Akan tetapi, Beomgyu takut. Bagaimana jika Taeyong kecewa padanya? Jujur saja, Beomgyu lebih suka mendengar makian Taeyong daripada mata indah Taeyong yang memancarkan kekecewaan.

Beomgyu menggigit bibir bawahnya. Setelah peristiwa dirinya yang jatuh sakit dan berakhir dengan Taehyun yang mengantarnya pulang, ia tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu. Hingga libur sekolah tiba, Beomgyu tidak juga melihat sosok laki-laki itu.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang