Tujuh belas

1.7K 337 145
                                        

Berbukalah terlebih dahulu, sebelum membaca chapter ini.
Happy Reading.
**

Ini hari ke-lima sejak Taehyun kencan dengan Beomgyu. Kencan, ya anggap saja begitu. Beberapa ada yang berubah namun lainnya tetap sama. Kalau misalnya dulu Beomgyu bertukar pesan padanya hanya ketika laki-laki itu mendapat PR Matematika, setelah 'kencan' rasanya bertukar pesan tidak perlu alasan. Yang tidak berubah adalah rutinitas mereka dipagi hari—bertemu diatap sekolah dan mungkin perasaan Beomgyu padanya juga tidak- maksudnya belum berubah.

Minggu ini Beomgyu nampak begitu sibuk untuk persiapan pentas seni dan bazar di sekolahnya. Kalau biasanya, Taehyun akan menghabiskan makanannya di kantin sambil memandangi mahakarya Tuhan itu. Kini, Taehyun harus puas melihat laki-laki itu saat mereka bertemu diatap saja. Intensitas Beomgyu berkunjung ke kantin berkurang selama satu minggu ini. Pentas seni dan bazar semakin dekat, dia juga cukup sibuk mempersiapkan ini dan itu.

Pagi ini, seperti biasa Taehyun akan pergi keatap gedung. Ketika Taehyun membuka pintu dan ingin melanjutkan langkahnya, ia tersadar bahwa ada seseorang tengah duduk disebelah pintu.

Taehyun menutup pintunya.

"Gue hampir tidur nungguin lo," ujar Beomgyu. Laki-laki itu duduk bersila dengan airpods dikedua telinganya. Matanya nampak sayu, kedua mata itu menyipit menatapnya. Terlihat sangat- Ah sial! kenapa Google juga tidak tahu cara menjadi pacar Beomgyu?

"Tumben, berangkat sekolah pagi banget."

"So that we have more time together." Jawaban Beomgyu membuat Taehyun merasa terbang. Taehyun tersenyum simpul.

Tangan Beomgyu terulur, ia melambaikan tangan meminta Taehyun untuk duduk disebelahnya. Mana mungkin Taehyun menolak.

Begitu Taehyun duduk, Beomgyu bergerak. Laki-laki itu bergerak mendekati Taehyun, menghapus ruang yang tersisa diantara keduanya. Beomgyu tidak ingin ada ruang untuk udara menciptakan jarak antara dirinya dan Taehyun. Taehyun menoleh dan menyadari tangan Beomgyu yang terulur melepas airpods ditelinga kanannya.

Taehyun memperhatikan semua gerakan itu, setiap gerakannya terasa lambat. Belum lagi aroma lembut tubuh Beomgyu yang tanpa permisi menyapa indera penciumannya, membuat Taehyun tidak waras pagi ini. Semakin tidak waras ketika tangan kanan Beomgyu mencengkram pelan bahunya saat laki-laki itu memasang airpods ketelinga kanannya.

Jaraknya sangat dekat, begitu dekat hingga Taehyun tidak sempat menanyakan kabar organ-organ ditubuhnya—apakah mereka semua baik-baik saja? Apakah jantungnya masih berfungsi dengan baik? Serta logika! Taehyun harap logika masih tersisa diotaknya.

Suara lembut dari airpods menyapa telinga Taehyun. Beomgyu selesai memasang airpods ketelinganya, namun tangan yang sepertinya digunakan Beomgyu untuk menyangga dirinya masih bertengger manis dibahu Taehyun.

Taehyun menatap Beomgyu tepat ke iris hitamnya dan mengabsen setiap bagian wajah laki-laki itu. Dari poni yang tampak menghalangi mata, matanya yang berkedip lucu, iris matanya yang hitam, hidung mancungnya—entah kenapa terasa semakin dekat kewajah Taehyun. Dari hidung, ia beralih kepipi nya yang putih berseri. Niat mata ingin ikut mengabsen bibir yang tampak merah merona namun hembusan napas yang tanpa malu menyapa lehernya, menyadarkan Taehyun bahwa Beomgyu—apa yang dilakukan laki-laki itu? Apakah laki-laki itu memilih mencium lehernya daripada bibirnya? Taehyun sudah hilang kewarasannya.

Meski Taehyun tidak bisa melihat jelas apa yang sebenarnya tengah dilakukan Beomgyu, namun ia bisa merasakan bahwa hidung Beomgyu sebentar lagi akan mendarat dilehernya. Karbon dioksida yang keluar dari hidung Beomgyu membuat Taehyun refleks mencengkram paha Beomgyu. Cengkraman tangan Beomgyu pun ikut menguat karena ulahnya.

Turn Left | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang