We Have Each Other

1.2K 172 27
                                    

"Jadi maukah kau memakai ini, dan tidak pernah pergi dariku lagi? Menikahlah denganku, dan kita akan membesarkan Harin bersama. Hanya kita bertiga."

Sejeong membeku sesaat mendengarnya, gadis itu kini memandang manik milik Sehun lekat.

Jika boleh jujur, wanita mana yang tidak akan jatuh hati pada sosok dihadapannya ini?

Wajah Sehun tampan, pria itu juga berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang, belum lagi mengingat semua kebaikan Sehun padanya selama ini, rasanya mustahil jika Sejeong mengatakan kalau ia tidak pernah jatuh hati pada pria itu.

Sejeong menyukai cara Sehun memperlakukannya, gadis itu juga menyukai bagaimana Sehun menyayangi dan begitu peduli pada Harin.

Bahkan malam ini, ketika Pria itu melamarnya, Sehun bukan hanya mengatakan kalau ia mencintai Sejeong. Tapi pria itu juga mencintai Harin—dan bersedia untuk ikut membesarkan anak itu bersama dengannya.

Jadi dengan keyakinan, Sejeong menganggukan kepalanya pelan. Sepenuhnya menyadari kalau ia juga telah jatuh pada pesona Pria itu. Oh Sehun telah ada di hatinya.

Melihat itu, mata Sehun melebar tak percaya, tapi sedetik kemudian senyum diwajahnya tampak. Cepat - cepat pria itu berdiri, lantas memeluk tubuh Sejeong dengan Harin ditengah - tengah mereka erat.

Dalam hatinya, Sehun diam - diam berjanji akan menjaga kedua perempuan dipelukannya ini dengan seluruh hidupnya.

.

.

.

Seulas senyum tercetak begitu saja dibibir Sehun ketika maniknya menemukan sosok Sejeong yang terlihat tengah sibuk menata rambut Harin di sofa ruang tamu pagi itu.

Bahkan dengan gaun tidur selutut dan rambut yang diikat asal pun, perempuan yang kini telah resmi menjadi miliknya itu masih saja tampak cantik. Sehun selalu menyukai bagaimana kedua manik milik gadis itu membentuk bulan sabit tiap kali  tersenyum.

"Sejeong - ah, " Panggil Sehun, "Apa kalian sudah selesai?"

"Ah, tentu." Sejeong mengangguk kecil sebagai jawaban, kemudian dengan sedikit terburu - buru gadis itu meraih ransel milik Harin di atas meja. "Baiklah Harin - ah, sekarang sudah waktunya berangkat sekolah. Ingat, jadilah anak baik.  "

Harin mengangguk patuh, lalu Sehun seperti biasa akan membawa gadis kecil itu kedalam gendongannya. Tak lupa ransel milik Harin yang kini sudah menggantung di bahu kanannya.

"Kami berangkat dulu," Ujar pria itu, mulai mencoba lebih dekat  pada tubuh Sejeong, lalu tanpa- aba mengecup keningnya  sekilas. "Sampai jumpa, Sejeong-ah. Jaga dirimu."

Setelah itu, Sehun buru-buru melangkahkan kakinya keluar dari apartemen. Meninggalkan Sejeong yang masih mematung di ambang pintu, dengan seulas semburat merah dipipinya.

—agreement—


Karena salju yang kembali turun sore itu, sejak sampai di apartemen, Harin terus memaksa Sejeong untuk mengizinkannya keluar dan bermain di taman.

Awalnya tentu saja Sejeong menolak, tapi setelah melihat wajah Harin yang memelas seperti itu, pada akhirnya Ia tak punya pilihan selain mengabulkan permintaan sang adik.

Ceklek.

Pintu apartemen terbuka, Sejeong yang tadinya tengah sibuk memakaikan mantel serta syal pada tubuh Harin langsung menoleh, maniknya menangkap sosok Oh Sehun yang terlihat melenggang masuk dengan setelan kantornya.

"Sehun - ah? Kau sudah pulang?"

Sejeong melirik jam dinding di sudut ruangan. Baru pukul empat sore, bukankah seharusnya Sehun masih ada di kantor?

Agreement | Sehun & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang