Payback

2.5K 273 16
                                    

Sejeong buru-buru menjauhkan tubuhnya dari Sehun. "M-maaf, Tuan."

Suara keributan itu lantas mengundang manager restoran menghampiri mereka. Kilat amarah dimatanya sudah tampak jelas sejak melihat kekacauan yang terjadi disana.

"DASAR CEROBOH! SUDAH KUBILANG JANGAN MELAMUN! KAU INI INGIN DIPECAT, HA?" Teriaknya penuh emosi.

"Maaf, pak.Saya akan mengganti semuanya dengan gaji saya.T-tapi tolong jangan pecat saya." Ucap Gadis itu bergetar. Ia tak bisa kehilangan pekerjaan ini sekarang. Upahnya di tempat lain sudah pasti tak akan cukup untuk melunasi hutang yang masih tersisa banyak.

"HAH? KAU BERCANDA? DASAR BODOH! GAJIMU SEBULAN SAJA TAK AKAN CUKUP UNTUK MENGGANTI SEBANYAK IT— "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HAH? KAU BERCANDA? DASAR BODOH! GAJIMU SEBULAN SAJA TAK AKAN CUKUP UNTUK MENGGANTI SEBANYAK IT— "

"Maaf pak, tapi anda tidak perlu sekasar itu—"

Sehun yang semula hanya mematung ditempatnya tiba-tiba berdiri disamping Sejeong dan memperingatkan manager restoran itu.

"T-tuan muda?" Manager itu terhenyak, menyadari bahwa putra pemilik restoran sedari tadi melihat tingkah laku buruknya pada salah satu pegawai.

"—atau justru kau yang ingin aku pecat?" Ancamnya tajam.

"T-tidak tuan, gadis ini memang sering sekali membuat ulah. Dia tidak becus."

"Tapi tidak harus dengan cara kasar dan tidak berpendidikan seperti itu, kan?"

"T-tapi tuan—"

"Berhenti bicara atau kau yang aku pecat."

Dengan kesal, Sehun kemudian menarik tangan Sejeong yang masih berusaha membaca situasi kalau pemuda dihadapannya ini ternyata adalah pemilik restoran tempatnya bekerja.

.

.

"Masuk."

Sehun membawa Sejeong ke mobilnya yang terparkir didepan retoran. Sementara Sejeong yang kebingungan hanya menuruti perintah pria itu.

"Maaf tuan, tapi kita mau pergi kemana?" Tanyanya pelan.

"Sebutkan saja dimana alamatmu."

"Maaf, tapi sepertinya aku belum bisa pulang sekarang, restoran sedang ramai."

"Aku pemilik restoran itu, jadi ikuti saja perintahku."

"Tapi aku masih punya beberapa pekerjaan lagi, Tuan. Jadi aku belum bisa pulang sekarang."

Dahi Sehun berkerut bingung. Memangnya ada berapa pekerjaan yang gadis itu kerjakan?

"Setidaknya gantilah pakaian kotormu itu dulu," ucap Sehun tak sabar, "cepat katakan dimana alamatnya."

Sejeong melirik pakaiannya yang dipenuhi noda. Ah, ia memang harus ganti baju secepatnya.

"B-baiklah, Tuan."

—agreement—

"Kau pasti sudah mendengar kabar itu dari Kim Doyoung, kan?" Sehun membuka percakapan mereka di ruang tamu Sejeong sore itu.

"Ya, Tuan." Balas Sejeong.

"Seluruh biaya pengobatan adikmu sudah dilunasi  dan untuk selanjutnya aku akan tetap membiayainya sampai sembuh. Minggu depan dia sudah bisa dioperasi."

Sejeong membulatkan matanya tak percaya.

"T-terima kasih, terima kasih banyak, Tuan. Aku bahkan belum melakukan apapun untukmu tapi kau sudah harus mengeluarkan uang sebanyak itu."

Ini tak sebanding dengan apa yang akan kau korbankan. Batin Sehun.

"Sudahlah, tidak perlu berterima kasih. Lagipula kita sama-sama impas, kan? Oh ya, jadwal transplatasinya bulan depan. Jaga kesehatan dan persiapkan dirimu baik-baik."

"Baiklah, aku mengerti."  Sejeong mengangguk paham dengan sebersit rasa takut.

Semuanya akan baik-baik saja,kan?

Sementara Sejeong bergelut dengan pikirannya, Sehun yang duduk di kursi seberang baru sadar kalau wajah gadis dihadapannya ini mulai memucat dan tangannya memegang perut sejak tadi. Ah, pria itu baru ingat kalau tadi dia membawa Sejeong pulang saat jam makan siang. Pasti dia belum makan.

Itu artinya ini tanggung jawabnya, bukan? Lagipula Sehun memang membutuhkan tubuh gadis itu, jadi sudah sepantasnya ia memperlakukannya dengan baik.

"Omong-omong, ayo pesan makanan.Kau pasti belum makan."

Sejeong memang lapar, tapi ia sudah banyak merepotkan orang ini sejak tadi. Rasanya tidak pantas menerima kebaikannya terus-menerus tanpa melakukan apapun.

"Tidak usah, Tuan. Aku akan makan setelah semua pekerjaan selesai. Lagipula tidak enak rasanya merepotkanmu terus."

Sehun menghela napas.

"Mulai sekarang cukup terima apapun yang aku berikan. Tidak perlu merasa tidak enak, anggap saja semua ini harga yang harus kubayar untuk mendapatkan hatimu. Jadi, jangan protes lagi, mengerti?"

Sejeong hanya mengangguk. Oh Sehun memang terlihat seperti orang yang tak ingin dibantah—setidaknya itu yang gadis itu pelajari setelah bertemu dengannya hari ini.

Dan tentang semua perhatian yang diberikan pria itu, sejak awal Sejeong memang tak ingin salah paham.

Meskipun menyedihkan, mari anggap saja semua itu hasil penjualan organ tubuhnya, tidak lebih.

–agreement–


Sorry for this super late update🙏

Next?








Agreement | Sehun & SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang