"Harin - ah, bangun. Kau harus berangkat ke sekolah. "
Sejeong menepuk perlahan pipi Harin yang masih tertidur lelap pagi itu. Ia baru saja pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya mengantarkan susu dan koran kepada para pelanggan, tugas selanjutnya adalah menyiapkan Harin untuk pergi ke sekolah sekarang juga atau mereka akan terlambat.
Setelah masa pemulihannya selesai seminggu yang lalu, Sejeong memang tidak ingin membuang - buang waktu, ia kembali pada pekerjaan lamanya sebagai pengantar susu dan juga koran sembari masih berusaha mencari pekerjaan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sekaligus membayar hutang. Sebagai tulang punggung keluarga gadis itu memang tidak boleh terlalu lama bersantai-santai di rumah.
"Ayolah sayang, kita bisa terlambat. " Ucap Sejeong tak sabar, gadis itu segera membawa Harin yang akhirnya terbangun ke kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk memakaikan Harin seragam sekolah, sekarang anak itu sudah ada di meja makan untuk menyantap sarapan.
" Ini enak sekali, kak. "
"Benarkah? Kalau begitu makanlah yang banyak. " Sejeong tersenyum, menyodorkan beberapa mangkok berisi makanan lain kehadapan Harin.
Rencananya setelah mengantarkan adiknya itu ke sekolah nanti, Sejeong akan berkeliling untuk mencari lowongan pekerjaan. Semoga saja ia bisa segera mendapatkan pekerjaan baru dan bisa secepatnya menghasilkan uang.
Sejeong bertekad akan melakukan pekerjaan apa saja, bahkan jika itu berat sekalipun.
.
.
.
"Jaehyun, hari ini sepertinya aku akan sedikit terlambat. Tolong urus semuanya sampai aku datang. "
"Baik, Tuan. Saya akan mengurus semuanya."
"Ya, terimakasih. Kalau begitu kututup telepon nya. "
Sehun menjauhkan handphone dari telinganya, memasukkan benda pipih itu kedalam saku celana lalu kembali memfokuskan diri menatap keluar kaca jendela mobilnya.
Pagi ini ia berencana untuk melihat keadaan Sejeong dan Harin sebentar, Karena itulah Sekolah Harin menjadi pemberhentian pertamanya sebelum pergi ke kantor.
Kedua sosok yang ditunggu Sehun akhirnya muncul, Sejeong terlihat mengelus kepala adiknya pelan sebelum melepas gadis kecil itu masuk kedalam area Taman kanak-kanak.
Syukurlah, kelihatannya mereka berdua baik - baik saja. Sejeong bahkan kelihatan lebih bugar sekarang, gadis itu pasti sudah melewati masa pemulihannya dengan baik. Sehun tersenyum senang melihatnya.
Setelah pertemuan terakhirnya Sejeong waktu itu, Sehun memang tak bisa melakukan apapun selain mengawasi mereka dari jauh. Ia tidak ingin memaksakan kehendak untuk bertemu dan justru membuat gadis itu semakin membencinya.
Setelah melihat Sejeong masuk kedalam bus Sehun mulai menghidupkan mesin mobilnya, pria itu harus segera pergi dari tempat ini sebelum ia kehilangan kendali dan malah berlari kesana untuk memeluk mereka berdua.
—Agreement—
"Ini, setelah semuanya selesai dibagikan baru kau bisa mendapatkan upah. "
Seorang pria paruh baya pemilik restoran memberikan setumpuk brosur ke tangan Sejeong. Gadis itu lalu menerimanya dengan senang hati, artinya hari ini ia bisa mendapatkan uang tambahan.
"Baik, terima kasih banyak, Pak. Saya permisi."
Sejeong berjalan keluar restoran yang baru dibuka beberapa hari lalu itu lalu dengan semangat membagikan brosur kepada orang-orang yang berlalu-lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
FanfictionDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...