Sejeong memandang kosong lengan kirinya yang masih dipasangi infus. Setelah dipikirkan lagi, ucapannya pada Sehun saat keduanya terlibat pertengkaran tadi pagi terasa sedikit keterlaluan.
Hampir selalu seperti ini. Karena kemarahan yang masih menguasai hatinya, Sejeong selalu saja gagal mengendalikan diri tiap kali dihadapkan dengan Sehun.
Gadis itu selalu tanpa sadar bersikap kasar.
Padahal Sehun hanya memintanya kembali beristirahat untuk kebaikannya sendiri, jadi tidak seharusnya Sejeong bersikap berlebihan seperti itu.
Ia justru harus berterimakasih. Kalau saja Sehun tidak menolongnya semalam, mungkin kondisinya sekarang bisa lebih buruk lagi.
"Selamat siang. "
Suara pintu dan sapaan seorang suster mengagetkan Sejeong, buru - buru gadis itu tersenyum tipis. "Selamat siang, Suster Park. Pemeriksaan rutin lagi? "
Ternyata suster itu adalah suster Park Sooyoung. Suster yang ikut menangani Sejeong saat gadis itu kehilangan kendali tadi pagi. Karena mereka sebaya, rasanya tidak sulit untuk berteman meski baru bertemu kurang dari sehari, keduanya bahkan sudah merasa nyaman untuk berbicara santai satu sama lain.
"Ah, bukan. Aku kesini untuk melepas infus dan juga membantumu bersiap - siap. Kau sudah diizinkan pulang, Sejeong - ah."
"Benarkah? "
Suster Park yang tengah melakukan pekerjaannya itu mengangguk kecil, "Tentu saja. Entah bagaimana cara suamimu itu membujuk dokter sampai mereka mengizinkanmu pulang hari ini juga. " Ucapnya.
"Kalian berdua manis sekali. Meskipun tengah bertengkar, kelihatannya dia benar - benar mengkhawatirkanmu. Kalian juga memiliki seorang putri yang sangat cantik, Ah... Aku jadi iri." Lanjutnya lagi.
Sejeong menatap wajah suster sekaligus teman barunya itu keheranan, "Apa maksudmu? D-dia itu bukan suamiku! Kami hanya berteman, dan soal gadis kecil itu, dia adikku. "Jelasnya.
"Ah, jadi selama ini kami salah sangka? Lelaki itu menunggu disini semalaman dengan wajah cemas, dia juga kelihatannya sangat dekat dengan adikmu. Jadi tadi pagi kupikir kami tengah menyaksikan pertengkaran sepasang suami istri, maafkan aku Sejeong - ah. "
Sejeong tersenyum tipis, "Tidak apa - apa, kesalahpahaman seperti ini bisa saja terjadi karena kita belum berbicara banyak tentang satu sama lain. Mari bertemu lagi lain waktu, Sooyoung - ah."
"Tentu, kita harus bertemu lagi nanti. Nah karena infusanmu sudah selesai dilepas, sekarang ayo kubantu bersiap-siap dan berganti baju, suamimu itu sudah menunggu diluar."
"Sudah kubilang dia bukan suamiku! Kau ini sangat menyebalkan Nona Park!! "
"Ahahahaha... apa? Aku tidak bisa mendengarmu Nona Kim. Yak! Jangan memukulku seperti itu!"
.
.
.
Semilir angin menyambut mereka ketika ketiganya sampai di halaman Rumah Sejeong.Tentu semua itu berkat Sehun yang terus menerus memaksa untuk mengantarkan mereka pulang, dan Sejeong jujur saja sudah terlalu lelah untuk sekedar menolak dan berakhir dengan perdebatan diantara mereka.
Jadi tanpa banyak bicara Ia menyetujui tawaran itu begitu saja. Tak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan, selain suara musik dari radio selebihnya hanya hening yang menyelimuti mobil yang ditumpangi ketiganya itu.
Sejeong menghentikan langkahnya, ia beralih menatap Sehun yang kini berdiri di hadapannya. "Setelah ini, aku bisa mengurus diriku sendiri, jadi kau bisa pulang. Terima kasih banyak untuk semuanya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
FanfictionDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...