Sejeong melangkahkan kakinya lamat di lorong Rumah sakit yang panjang pagi itu. Hari ini, seperti biasa akan mengunjungi Harin, menungguinya hingga siang, lalu pergi untuk bekerja dibeberapa tempat sebelum akhirnya kembali pulang di penghujung malam.
Setelah sampai di ruang rawat, Gadis itu kemudian duduk di kursi dekat ranjang.Tangannya mengelus-elus surai Harin sayang.
"Cepatlah sembuh." Bisik Sejeong ditelinga Harin, berharap gadis kecil itu bisa mendengarnya.
Sebagai kakak dan satu - satunya keluarga yang dimiliki Harin hatinya meringis. Mengalami kecelakaan, Kehilangan sang ibu, hingga menderita cedera otak traumatik parah sejujurnya terlalu berat untuk dialami gadis sekecil ini.
Sejeong bahkan tidak bisa membayangkan kalau ia yang ada diposisi anak itu. Hari - harinya memang berat, tapi apa yang Harin alami juga sangat berat-jauh lebih berat.
Anak seusia itu harusnya hanya tahu bermain, merasakan bahagia disetiap detik hidupnya tanpa pernah tahu rasa sakit sebesar itu. Harin belum genap enam tahun, dia masih sangat membutuhkan kasih sayang orang tuanya tapi kini gadis kecil itu piatu, sedangkan ayah mereka tidak pernah diketahui keberadaannya lagi.
Ini terlalu menyesakkan-menyakitkan, takdir ini terlalu menyakitkan hingga membuat Sejeong bertanya - tanya, apa mereka berdua bahkan masih sanggup menjalaninya?
Tapi paling tidak dari semua ini, ada hal yang masih bisa mereka syukuri. Sejeong dan Harin masih diizinkan untuk saling memiliki satu sama lain. Bukankah itu yang paling penting?
Karena kalau sampai Tuhan mengambil anak ini juga, Sejeong tidak tahu lagi bagaimana ia harus melanjutkan hidup.
Harin, satu - satunya alasan yang membuatnya masih ingin bernapas dan hidup didunia ini untuk waktu yang lama.
.
.
.
"Kim Sejeong!!"Sejeong menoleh, mendapati Doyoung yang tengah melambaikan tangan sambil berjalan kearahnya.
"Ah, Doyoung. Ada apa?" tanyanya.
"Kau mau pergi bekerja, ya? Mari aku antar."
Mendengar tawaran itu Sejeong dengan cepat menggeleng "Tidak usah, aku tidak mau merepotkan. Kau baru saja sehabis menjenguk ibu Tuan Oh, kan? Lebih baik sekarang kau kembali ke kantor dan selesaikan pekerjaanmu."
Meski belum satu bulan saling mengenal, Sejeong dan Doyoung sudah cukup akrab. Bagi Sejeong, Doyoung seperti sosok teman yang menyenangkan. Sudah cukup lama ia tidak memiliki sosok seperti itu dihidupnya.
"Oh, Ayo lah, aku memaksa tahu! cepat ikuti aku!"
Dengan sekali entakkan, lelaki itu menarik Sejeong menuju mobilnya. Dengan kecepatan sedang, mereka mulai meninggalkan pelataran Rumah Sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
ФанфикDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...