Sejeong dan Sehun duduk berhadapan dengan canggung di ruang tamu. Setelah pria itu mencegahnya untuk berangkat kerja serta memaksa untuk mengantarkan Harin ke sekolah sekarang ia malah kembali lagi kerumahnya. Untuk mereka yang hanya berstatus sebagai atasan dan bawahan tentu saja menurut Sejeong ini agak berlebihan.
Meskipun bisa jadi Sehun bersikap seperti itu hanya untuk menjaga hati milik Sejeong, siapa yang tahu?
"Harus berapa kali lagi kubilang untuk tidak berangkat kerja? Kenapa kau tidak mau mendengar? Bahkan luka-lukamu saja belum sembuh sepenuhnya." Sehun menghela napas kesal saat melihat tubuh Sejeong yang bahkan masih dibalut perban, " Kau sudah sarapan? "
Sejeong hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Sehun berdecak. Lalu bergegas menuntun tubuh mungil Sejeong ke dapur rumah itu, mendudukkannya di kursi meja makan kemudian membuka kulkas dengan gerakan tak sabar.
Kulkas itu ternyata hanya berisi dua botol air dingin, beberapa kaleng sarden serta makanan kaleng lainnya. Dan Sehun cukup terkejut saat melihat tanggal kadaluwarsa yang tertera di kaleng-kaleng itu sudah lewat sekitar lima hari yang lalu.
Jadi selama ini gadis itu melewatkan jam makannya karena ia memang tak punya apapun untuk dimakan?
"Hah, sepertinya tidak ada apapun yang bisa kau makan disini. Sarden-sarden ini sudah kadaluwarsa, kenapa masih kau simpan? "
"A-ah, itu–"
"Jangan bilang kalau kau memakan semua ini juga? " Ucap Sehun curiga.
Sejeong hanya mengangguk pasrah. Cukup soal kemarin saja ia berbohong pada pria ini. Terlalu banyak berbohong pasti akan menyulitkannya juga pada akhirnya.
Jika keadaan mendesak, Sejeong memang seringkali mengambil produk yang tanggal kadaluarsanya telah terlewati beberapa hari untuk dikonsumsi. Karena pekerjaannya sebagai penjaga mini market, cukup mudah bagi gadis itu mendapatkan produk - produk itu secara cuma - cuma.
Sejeong tentu tahu apa yang dilakukannya ini bisa membahayakan tubuhnya, tapi keadaan membuatnya terpaksa melihat ini sebagai satu - satunya cara untuk mengisi perut dan tetap hidup.
"Lalu Harin? Apakah ia juga memakan ini? "
Sejeong menggeleng, "Tentu saja tidak, mana mungkin aku setega itu padanya. Harin masih kecil, ia harus tumbuh dengan baik. " Sejeong menjeda kalimatnya sejenak, "Lagipula semua ini lebih baik daripada tidak makan apapun. "
Hati Sehun yang awalnya dikuasai amarah, tiba-tiba mencelos begitu saja.Untuk Sejeong , haruskah hidup sebegini berat?
..
.
Sehun menatap Sejeong yang tengah memakan makanannya dengan lahap. Setelah tak menemukan bahan makan layak konsumsi disana, pria itu akhirnya memilih untuk memesan makanan secara online.
"Sejeong."
"Ya, Tuan? "
"Aku hanya ingin memberitahumu kalau operasi akan dilaksanakan satu minggu lagi, dan kau harus berada di rumah sakit sekitar sepuluh hari, jadi bersiaplah." Jelas Sehun, "Dan setelah ini ayo pergi berbelanja untuk mengisi kulkasmu. "
"A-ah, tidak perlu—"
"Tidak ada penolakan. Ayo cepat habiskan makananmu. "
Sejeong hanya mengangguk setuju. Percuma saja ia bersikeras menolak, toh pada akhirnya Sehun akan tetap melakukan apa yang diinginkannya. Gadis itu kemudian berniat untuk kembali menyuapkan makanan ke mulut nya jika saja tidak terdengar suara pintu yang diketuk dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
FanfictionDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...