Sejeong melayangkan pandangannya ke tiap sudut ruang tengah apartemen yang telah didekorasi Sehun untuk pesta perayaan ulang tahun Harin yang ke-enam hari ini.
Begitu banyak ornamen serta balon yang telah terpasang dengan cantik, sekarang Sejeong bahkan ragu untuk menyebut ini sebagai pesta kejutan ulang tahun yang mereka berdua rencanakan sebelumnya.
Sejeong pikir tadi malam keduanya sudah sepakat untuk memberikan Harin pesta kejutan kecil sebagai wujud rasa syukur. Hanya meniup lilin lalu makan kue bersama rasanya sudah cukup. Lalu kenapa sekarang pria itu malah melakukan semua ini?
"Sejeong-ah lihatlah. Bagaimana menurutmu?"
"Ini sangat bagus, Sehun-ah." Puji Sejeong, "Tapi bukankah ini terlalu berlebihan? Kau tahu, kita tidak pernah berencana membuat pesta besar, dan lagipula aku hanya menyuruhmu membeli beberapa buah balon serta pita untuk dekorasi, lalu kenapa jadi seperti ini?" Ucap Sejeong, diam - diam merasa curiga kalau Sehun memindahkan nyaris seluruh isi toko ke apartemen mereka.
"Ah itu, aku tidak tahu yang mana yang lebih bagus, jadi kubeli saja semuanya." Sahut Sehun santai. "Sudahlah, lagipula kita tidak merayakannya setiap hari kan? Tidak perlu marah seperti itu. Ah, setelah kupikir lagi, sepertinya kau akan membunuhku saat melihat kamarnya." Lanjutnya seraya terkekeh, tapi kali ini nada suaranya terdengar gelisah.
"Kamar?"
.
.
.
"Jadi ini yang kau lakukan setiap pulang kerja hingga larut malam?"
Sehun mengangguk pelan "Iya, aku tidak mau siapapun tahu tentang ini, jadi kadang aku memasukkan barang-barang berukuran besar saat tengah malam dan kalian berdua sudah tidur." Jelasnya. "Tolong jangan marah, aku hanya mau memberikan ini sebagai hadiah ulang tahun untuk Harin."
Sejeong tersenyum tipis, bagaimana mungkin dia bisa merasa marah saat gadis itu tahu seberapa besar kerja keras Sehun untuk membuat ini? Pria itu bahkan merelakan waktunya sepulang kerja selama seminggu penuh ketika Ia bisa dengan mudah membayar orang lain untuk melakukannya.
Dibanding merasa marah, Sehun telah berhasil membuatnya dan Harin merasa begitu dicintai.
"Terimakasih Sehun-ah, terima kasih karena sudah menyayangi Harin."
"Sama-sama, dia anak yang baik, tidak akan sulit bagi siapapun untuk menyayanginya. Bagaimana menurutmu? Apa Harin akan suka ini?
"Apa maksudmu? Kamar ini sangat indah, tentu saja Harin akan menyukainya. Saat dia pulang nanti, kita harus cepat - cepat memperlihatkan ini." Puji Sejeong.
Kamar ini memang benar - benar cantik. Dindingnya berwarna ungu muda—warna kesukaan Harin—
terdapat sebuah ranjang ditengah ruangan, dan serta lemari hingga meja belajar yang berwarna senada."Senang mendengarnya." Sehun tersenyum puas, "Harin sudah bisa menempati kamar ini mulai besok. Kita akan segera menikah, dan dia juga sudah semakin besar, jadi akan lebih bagus jika dia terbiasa tidur di kamarnya sendiri."
Ah benar, pernikahan mereka akan diselenggarakan dalam beberapa bulan kedepan.
"Sehun-ah. Tentang pernikahan, bagaimana kalau keluargamu tidak menyukainya? Maksudku—"
"Aku tidak peduli. Pendapat mereka tidak akan merubah apapun. Kau tidak perlu memikirkan hal itu. "
"Bahkan jika mereka mengancam akan mencabut hak-mu sebagai pewaris dan mengambil perusahaan darimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
FanfictionDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...