"Sejeong-ah, beristirahatlah dulu, kau bisa sakit."
Sejeong tersenyum ketika sebuah tangan memegang pundaknya. Gadis itu kemudian berbalik, dan menemukan sosok Oh Sehun sudah berada dihadapannya.
Ia memang nyaris tidak tidur semalaman penuh karena menjaga Harin yang demam tinggi, tapi itu bukan berarti Sehun harus mengkhawatirkannya sampai seperti ini.
Sejak dulu, Sejeong sudah terbiasa merelakan waktu tidurnya terpotong karena pekerjaannya di minimarket, jadi untuknya ini jelas bukan apa - apa.
Dibanding Sejeong, Sehun seharusnya lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri. Sore nanti pria itu harus berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis, jadi jelas dia harus memastikan tubuhnya telah cukup beristirahat.
"Aku baik - baik saja, Sehun-ah." Sahut Sejeong. "Lagipula aku hanya membereskan buku - buku Harin, ini bukan pekerjaan berat." Jelasnya.
"Biarkan aku membantumu, setelah itu kau harus beristirahat."
"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri." Tolak Sejeong, berusaha menyingkirkan tangan Sehun yang ingin turut serta memunguti buku yang berserakan di meja dan karpet, membuat pria itu memicingkan matanya kesal.
"Oh ayolah, Sejeong - ah, biarkan aku membantumu."
Karena Sehun terus bersikeras memaksa, Sejeong pada akhirnya hanya bisa menggangguk pasrah. "Kalau begitu, bisakah kau temani Harin sebentar? dia ada di kamar. " Pintanya.
"Tapi setelahnya kau harus berjanji untuk beristirahat."
"Aku janji."
"Baiklah, bagus. Aku akan pergi ke kamar sekarang."
Sehun tersenyum puas. Pria itu kemudian langsung melangkah pergi ke kamar, meninggalkan Sejeong yang kembali kembali fokus pada aktivitasnya membereskan buku Harin yang berserakan.
Kala Sejeong hendak memasukkan buku - buku itu ke laci, secarik kertas tiba - tiba terjatuh dari halaman salah satu buku. Gadis itu kemudian memutuskan untuk mengambil dan membaca tulisan yang tertera disana.
Ternyata itu adalah undangan pentas dari sekolah Harin, tapi kenapa anak itu tidak pernah memberitahunya?
Tanpa pikir panjang, Sejeong langsung berjalan menuju kamar. Ketika ia melewati pintu, terlihat Harin yang tengah menggambar diatas ranjang dengan Sehun yang berada disampingnya.
"Harin-ah, kakak menemukan undangan ini terselip di bukumu." Sejeong membwa kertas berwarna merah muda itu kehadapan Harin dan Sehun, "Kenapa tidak memberi tahu kakak, hm?" Tanyanya.
Gadis kecil itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Membuat Sejeong dan Sehun mengerutkan kening mereka heran.
"Ada apa Harin-ah?" Tanya Sejeong lagi.
Harin mulai menulis di catatan miliknya, kemudian menunjukkannya kepada dua orang dewasa dihadapannya.
"Aku tidak akan datang. Teman-teman bilang, anak yang tidak punya orang tua tak boleh datang karena ini pementasan untuk orang tua."
Jawaban Harin cukup untuk membuat Sejeong terdiam. Rasanya, ia kembali diingatkan kalau sejak hari itu, hidup mereka berdua memang tak pernah sama lagi.
Sebesar apapun rasa sayang Sejeong pada Harin, nyatanya ia tak akan pernah bisa menggantikan posisi ibu atau ayah di hidup anak itu.
Dan sekarang Sejeong bahkan tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan adiknya. Ini terlalu sulit.
"Umm, Harin-ah, bukankah kita bisa berpura-pura?" Ujar Sehun. "kami bisa datang ke sekolah sebagai orang tuamu, bagaimana?"
Harin yang awalnya tampak murung, mulai terlihat sumringah. Sementara Sejeong menatap mereka ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement | Sehun & Sejeong
FanfictionDemi kesembuhan adiknya, Sejeong menyetujui perjanjiannya dengan Sehun tanpa rasa ragu hari itu. Gadis itu memang nekad. Ia rela melakukan apa saja, termasuk memberikan separuh dari hatinya untuk ibu Sehun, hanya agar sang adik bisa menjalani operas...