P2 [Prolog]

357 242 63
                                    

"Qilefyi Kirana Putri!" Tasya berteriak tegas ketika gadis di hadapannya tidak menghiraukan, mengumpat dan melototi sang lawan bicara.

"Berisik." Kirana menyenderkan kepalanya pada tembok, sama sekali tidak tertarik dengan ucapan gadis manis namun cerewet di sebelahnya. Buku sastra Indonesia kali ini membuatnya nampak semangat membaca, mengingat kalau pelajaran Bahasa Indonesia adalah kegemarannya.

Menutup telinga rapat-rapat, berdecak pelan ketika gadis manis yang bernama Tasya Aurelia itu mengguncang tubuhnya. Dia menguap malas, menatap sayup gadis yang terlihat jengkel tersebut tanpa menutup buku sastranya.

"Kir, sesekali aja tanggepin curhatan gue, bisa?" Tasya menghela, menatap memohon dengan raut sedih hampir menangis.

Tanpa rasa prihatin sama sekali, Kirana kembali menguap, melirik kalimat yang berada di bukunya dan kembali melanjutkan bacaan. Dia terlalu bosan mendengar curhatan Tasya yang hanya seputar tentang Acazio Elando, lelaki berperawakan tampan dan menawan yang mampu membius perhatian setiap mata. Kirana tidak memperdulikannya.

Lagipula, dia memiliki sahabat yang tak kalah tampan. Namun Kirana terlalu malas mengakui ketampanan seorang Revano Telgran. Revan begitu mengesalkan, selalu mengganggu fokusnya dan berusaha mengalihkan atensinya dari buku.

Lelaki itu pula selalu memohon pada Kirana agar dia mengerjakan tugas sekolahnya. Walaupun malas, Kirana tetap mengerjakannya, meski mendapat nilai standar KKM. Revan pun mengakui kalau sahabatnya tidak benar-benar pintar meski selalu membaca buku.

"Nggak bisa gue ... nggak bisa." Kirana menggeleng dramatis, menyilang tangannya di atas meja lalu menelungkup tanpa beralih dari sastra Indonesianya.

Sekali lagi Tasya mendengus, binar bening yang terbendung di matanya hampir menetes. "Shella lagi nggak masuk, Kir. Gue nggak ada temen." Tasya menyedot ingusnya susah payah, pendramatisan. "Kalo gitu, anterin ke kantin aja, yuk!" Dia mengalihkan topik.

"Halo epribadeh!" Ando mendekat, tersenyum lebar. Lelaki tersebut menarik kursi di hadapan Kirana lalu mendudukinya. "What the froblem this time?" Ando sok Inggris, menatap Tasya yang hampir menangis dengan heran.

"Problem bukan froblem. Kalo mau sok jangan gini caranya." Kirana masih menelungkup, mengerjap lambat membaca bukunya. Dia membalik lembaran baru, lalu menguap tenang.

Danu terbahak, tergelak melihat Ando yang bersemu padam. Maloe. "Songong sih lo!" Dia memukul pundak Ando sambil terus tertawa.

Ando menepis tangan Danu, dia terkekeh geli. Segera kembali menatap Tasya yang berwajah lesu dan murung. "Ada masalah apa kali ini, glaidis?" tanyanya perhatian.

"Gladys bukan glaidis. Koreksi dulu deh, Ndo, kuping gue nggak enak denger lo ngomong begituan." Kirana terpaksa bangkit, berjalan terseok sambil memegang beberapa meja untuk menuntutnya. Tanpa melepas perhatiannya dari buku, dia berjalan malas menyeret kakinya menuju perpustakaan. Telinganya memanas mendengar ucapan Ando yang dibuat-buat.

Sementara Danu kembali ngakak, terpingkal-pingkal. "HAHAHAHA! Perut gue jebol!" Lelaki berkacamata itu heboh, masih tertawa keras.

Bugh!

Danu semakin memegang perutnya karena nyeri, tawanya bahkan lebih lepas. Dia sungguh tergelak melihat Kirana yang tersungkur sebab menabrak pintu dan menyeret tubuhnya keluar kelas dengan malas.

Bahkan hampir seisi kelas menertawakan Kirana yang terlalu malas hanya untuk bangkit lalu melanjutkan langkah kakinya. Tak memperdulikan jika dirinya menjadi bahan tertawaan para teman-temannya, Kirana tetap menyeret tubuhnya susah payah.

"HAHAHAA ... Kiran—HAHAHA! Kirana jadi suster ngepot, anjir! HAHAHAA!"

***

Suka dengan prolog Kirana? Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote atau pun komentar disetiap chapter-nya, oce?

Peraturan dalam membaca cerita Kirana :

1. Taruh story Kirana di perpus unyu kalian.
2. Wajib vote.
3. Tinggalkan setidaknya satu komentar positif ataupun kritik, lebih banyak lebih baik.
4. Baca Kirana dari awal hingga akhir agar feel-nya dapet dan ceritanya juga nyambung. Kau yang memulai kau juga yang harus mengakhiri, jangan maen maen ... jangan maen maen!

HAHAHAA, ayo lho patuhi peraturan!

Let's read Kirana! Enjoy ^^ ...

Salam hangat,

Jihanyra
@jihan.yra ; @jihanrtie

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang