17. Traktiran

122 77 64
                                    

Now playing: Could Be - Arash Buana

***

Bala-bele (3)

Tasya : Lo terima tuh cowok nggak, Kir?

Revan : Dia belum ketemuan.

Ando : PASTI COWOKNYA TEKANAN BATIN DULUAN, HAHAHA!

Kirana baru membuka salah satu grup pada ponselnya, dia mencebik lalu mematikan ponsel. Tasya di sebelahnya menelisik, ingin tahu hubungan Kirana sejauh apa dengan lelaki yang menaksirnya? Namun, Kirana memilih tidak menjawab, sungguh merepotkan.

"Ketemuannya nanti pulang sekolah, ya?" Tasya bertanya sekali lagi, nampak antusias menatap gadis pemalas di sebelahnya.

"Hm." Kirana berdeham saja, dia merasa lebih lemas dari biasanya. "Ambilin buku dong."

Tasya menurut, mengambil buku di salah satu meja, menyodorkannya pada Kirana yang langsung mulai membaca. Entah itu buku siapa? "Perlu gue temenin?" Dia menawar dengan senang hati.

"Nggak perlu repot-repot."

"Nggak repot kok." Tasya memang gadis hiperaktif, dia selalu gembira dan ceria selagi suasana hatinya tengah baik-baiknya. Secuek apapun si lawan bicara, dia tetap berinteraksi walau tahu akan tetap diabaikan saja. "Takutnya tuh cowok ngapa-ngapain lo lagi."

"Emang, bakal diapain?" Kirana menoleh pada Tasya dengan sorot ngantuk, gairah hidupnya sama sekali tidak membara, dirinya seakan menunjukkan sisi 'lebih baik mati saja.'

Tasya nampak gelagapan, "Diapa-apain pokoknya."

"Ya ... diapain? Kalo dikasih perpustakaan buku sih gue mau." Kirana manggut-manggut, dia menyender pada tembok agar lebih nyaman, kembali mengarahkan atensi pada buku entah-milik-siapa itu.

Tasya meringis, takut berucap salah dan mengakibatkan Kirana lebih waspada pada lelaki di sekitarnya karena berpikir akan melakukan tindakan serupa. Dia memilah kata yang pantas diucap, agar tidak terlalu frontal dan blak-blakan. "Diambil keperawanannya gitu, lho, Kir."

"Oh ..." Kirana membulatkan bibir, manggut-manggut paham. "Ambil aja sih," sambungnya dengan ekspresi wajah masih sedatar triplek. Merasa lemas untuk merespon berlebihan, dia memilih tidak terlalu peduli saja.

Tentu Tasya tidak habis pikir, pikiran Kirana memang sulit ditebak. Gadis itu bahkan terlihat tidak peduli pada keperawanannya jika direnggut paksa. Capek berbincang, Tasya memutuskan kembali duduk di tempatnya bersamaan dengan Bu Ani masuk ke dalam kelas.

Selepas memberi salam kepada guru yang mengajar, Kirana merasakan kepalanya berdenyut, matanya memanas, dan suhu tubuhnya pasti kembali panas. Mengingat kalau tadi sempat kehujanan saat pergi ke sekolah, juga dirinya baru pulih dari sakit akibat tidur di kamar mandi kemarin lusa.

Ditambah hawa dingin seolah menusuk kulit pucat itu, karena hujan di luar terlihat belum juga mereda, walau bau tanah basah sedikit menenangkan, Kirana tetap merasa tidak enak badan.

Dirasa tidak sanggup mengikuti pelajaran, dan jika dia memaksakan mungkin akan pingsan. Dia pun meminta teman di sebelahnya untuk mengantar ke UKS, karena dirinya seakan sulit hanya untuk melangkah.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang