10. Party [2]

160 154 11
                                    

Kirana menggigit jagung bakarnya, lalu kembali menghadap buku. Para teman-temannya berbincang, dia lebih memilih asik sendiri. Firasat Kirana mulai tak enak, namun tetap tak beranjak dan menghiraukan.

Benar saja, Kirana terperanjat ketika seorang gadis yang lebih manis darinya tak sengaja menumpahkan segelas minuman dan mengotori dress Kirana. Beralih Kirana menatap sang pelaku, dia mengernyit tak suka. "Becca ..."

"Eh, maaf, Kir. Gue nggak sengaja." Becca membersihkan dress Kirana, dia merasa sangat bersalah telah mengotorinya. "Ayo ke toilet, gue bersihin."

Kirana menyekap dress selututnya, Becca membelalak. "Kotor, Becca ...," ujar Kirana menunjuk noda yang diperbuat Becca.

Cepat-cepat Becca menutup kembali lutut Kirana, memegang tangan gadis itu lembut. "Gue bener-bener nggak sengaja. Ayo gue bersihin." Dia menarik Kirana, mau tak mau Kirana mengikutinya.

Ketika melewati Revan, lelaki itu menghadang mereka. "Widih, akrab juga kalian." Revan tersenyum manis pada Becca, beralih menatap Kirana yang cemberut. "Mau ke mana?"

"Becca jahat, Van." Ucapan Becca tersendat, dipotong oleh Kirana yang menatap bengis ke arahnya. Dia makin tak enak hati.

"Kenapa lagi?" tanya Revan bingung.

"Dua bini lo emang nggak bisa akrab, Bro!" Dilon menepuk pundak Revan. Mereka sudah cukup berkenalan, bahkan berbincang-bincang banyak tadi. Hanya Elan yang terlihat asing menurut Revan.

"Lo mau gue sunat lagi?" Revan mengancam. "Bini gue Becca doang."

"Pasti Kirana lagi maki-maki lo dalem hati." Danu yang berada di samping Dilon menimbrung, sok tahu.

Kirana mengangguk, meski itu sama sekali tidak benar. "Revan pilih kasih," ungkapnya membuat mereka membelalak.

"Tuh, 'kan. Disetiap persahabatan lawan jenis kek lo berdua, pasti ada diantara kalian yang jatuh cinta." Ando berkata bijak, mengelus surai Kirana pelan, merasa kasihan. "Kirana sudah ngaku hal itu, tapi sahabatnya lebih milih orang lain." Ando berdecak, Dilon dan Danu mengikutinya.

Merasa tersudutkan, Revan menajamkan tatapannya pada Ando. Lelaki itu hanya bisa mengeruhkan suasana saja. Bukannya takut, Ando malah mengancam, memandang Revan remeh. "Emang kalian mau ke mana?" tanyanya pada Becca dan Kirana.

Becca tersenyum kikuk, "Tadi gue nggak sengaja tumpahin minuman ke gaun Kirana. Sekarang kita mau ke toilet, bersihin gaunnya."

Revan beralih menatap dress yang dipakai Kirana, ada sedikit noda di sana. "Oh, yaudah. Sana aja dulu ke toilet, nanti balik lagi." Lelaki itu tersenyum tulus, Becca mengangguk.

Segera Becca mengajak Kirana ke toilet, berjalan sopan setelah berpamitan. Sifatnya itu terlalu ... sempurna, Revan bersyukur memiliki Becca. Revan tersenyum memandang dua punggung gadis tersebut, menoleh sengit saat Dilon menyenggolnya.

"Awas bini-bini lo bertengkar di toilet. Berabe!" Dilon memasang wajah horornya, Revan tidak menghiraukan.

"Bini gue cuma Becca."

"Bisa jadi Kirana punya niat jahat, terus dia bunuh Becca di toilet. Serem, uy!" Ando bergidik, Revan menatapnya tajam.

"Atas alasan apa Kirana mengotori kedua tangannya, hah?"

"Wih, Tuan acara jangan marah dong. Kita, 'kan cuma guyon. Mungkin juga kejadian itu 'bisa jadi' kejadian, 'kan? Namanya juga hidup, nggak ada yang tau." Kali ini Danu menimpali, sangat tidak akal.

"Kalian mau gue gorok?" Revan melirik mereka sekilas, meminum minumannya dan memakan jagung bakarnya khidmat. Menghela napas, merasa penat menghadapi teman-teman barunya yang memiliki gangguan kejiwaan. Ya, menurut Revan mereka tidak normal, selain lelaki yang sedari tadi diam menyimak.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang