Setelah sekian lama banget, ya, Kidz. Akhirnya saya update walau cuman 900 kata HAHAHAHA gomenasai ...
***
Kirana menopang dagunya, matanya fokus mengamati gerakan Revan yang mondar-mandir mempersiapkan cemilan. Menguap, Kirana mengambil remote televisi lalu mematikannya. Revan datang dari dapur dengan dua toples cemilan. Kirana menyorot lempeng ketika si tuan rumah menaruh cemilan tersebut di hadapannya dan kembali melenggang ke dapur.
"Acara apaan sih kok banyak bener makanannya?" Jengah, akhirnya Kirana bertanya dengan kantuk yang mulai melanda.
"Yaelah, biar banyak cemilan aja, Kir. Ntar kalo nonton, 'kan enak sambil nyemil," jawab Revan sembari duduk di sebelah Kirana, menyenderkan kepalanya lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di sana.
Kirana manggut-manggut. "Oh, gitu. Repot, ya."
"Gue yang repot kok malah lo yang sewot. Huh ..." Revan menyoraki Kirana, berdecak, kemudian mendorong sahabatnya.
Kirana tak tahan lagi. Setelah Revan mendorongnya, dia langsung terjengkang ke karpet yang diduduki dan mulai memejamkan mata.
Menguap.
Lalu siap untuk terlelap.
Sudah lebih dari sejam dia berada di rumah Revan karena rencananya mereka akan menonton film. Namun, si pemilik rumah malah mempersiapkan makanan sebanyak-banyaknya dan menunda dengan alasan kerabatnya belum juga datang.
"Iya, Beb. Besok aku jemput, ya. Kita jalan-jalan ke mana aja. Terserah mau ke mana, asalkan itu sama kamu." Revan membaca pesannya yang dia kirim ke Becca sambil cekikikan.
Kirana yang mendengarnya jadi kejang-kejang, merasa seluruh tubuhnya memanas dan perutnya mulai mual karena jijik. Ingin sekali dia berteriak tepat di telinga Revan kalau saja mulutnya mau diajak bekerja sama. "Najis. Alay. Bangke."
Tak lama kemudian, bel di depan rumah berbunyi.
"Bangun, Kir. Ando ma Danu dah dateng tuh." Revan menepuk-nepuk pipi Kirana agar si empunya terbangun. Pesan masuk dari Ando jika lelaki itu dan Danu sudah berada di depan rumahnya, membuat Revan segera membangunkan sang sahabat.
Kirana menggeliat marah, dia menendang-nendang asal. Tampak kesal dibangunkan padahal baru saja dia akan terlelap.
"Wassup, Guys!" Ando menyapa, dia duduk di sebelah Revan diikuti oleh Danu. Langsung mencomot kacang polong yang disediakan pemilik rumah, lalu bertanya, "Kirana kambuh lagi malasnya, Van?"
Revan mengedik. "Yo."
"Kasihan, mana masih muda," sahut Danu geleng-geleng kepala. "Eh, btw, kita mau nobar film apaan?"
"Film anu."
"Anu apaan, woi?!" Ando bertanya tak santai.
Revan cekikikan, dia meninju lengan kedua temannya. "Film zombie, njir. Ambigu ah lo pada, nggak asik!"
"Zombie itu macem Kirana ngga sih?" Ando mulai jahil. "Lempeng-lempeng ngga punya tujuan."
Tertawa lagi.
Padahal garing sekali.
Kirana menendang perut Ando cukup keras, membuat si empunya meringis enggan mendekat. Rasanya jika tak disandingi dengan pertengkaran akan mati ditelan kebosanan.
Revan mulai memutar filmnya. Mereka menonton seksama, kecuali Kirana yang ogah-ogahan untuk membuka mata. Bukannya fokus pada film yang ditayangkan, dia malah meraih-raih buku di atas rak dengan posisi tengkurap.
"Buset, mau dong diperkosa sama setannya. Cantik bener, cuy!" Seperti biasa, Ando tak berhenti bersiul ketika melihat yang menggoda mata. Cewek cantik berwujud setan saja dipuji habis-habisan.
"Ogah banget diambil keperjakaannya ama setan," timpal Revan.
Danu menghela napas, mengerutkan kening, sedikit terganggu dengan obrolan singkat keduanya. Jika sudah ditampilkan film yang menarik, keseriusannya mengalahkan Elan si Kutub Selatan. Percekcokan teman-temannya tak ada yang dia hiraukan. Dari balik bingkai kacamata, kedua manik matanya terus terfokus pada satu titik di depan.
"Zombie bukan setan, bodoh." Kirana menyela. Tangannya melambai-lambai ke arah rak, seakan buku di atas sana sangat sulit untuk digapai.
Revan yang melihat itu lantas terbangun dan memukul kepala Kirana menggunakan buku yang baru saja diambilnya. "Punya mulut itu dipake, bodoh. Jangan sok bisu deh, bodoh."
"Muka Ando lebih serem dari zombienya. Gue ngerasa kena jumpscare terus." Ando selalu menjadi sasaran maut Kirana. Selalu menyalahkan Ando apapun yang terjadi. Revan berkata apa, Kirana akan mengatakan Ando-lah akibatnya.
Bukan tanpa alasan Kirana selalu mengejek Ando. Gadis itu muak, hampir setiap hari naik darah sebab Ando yang merusak kebahagiaannya. Jika setiap Kirana bermasalah Revan akan menyalahkan 'bukunya', maka Kirana akan mengatakan Ando adalah penyebabnya.
Ando mengejek Kirana tanpa bersuara, sesekali melempar kulit kacang kepada Kirana yang sedang membaca.
***
"Berdoa ... selesai." Kirana terperangah melihat ketiga orang di hadapannya mengusap wajah sambil berkata 'Amin' tanda doa yang dipanjatkan telah selesai.
Hari sudah gelap, mereka baru hendak pulang dari rumah Revan. Kirana hanya diam tak mau ikut bergabung dalam circle gila tersebut, saat ketiganya membuat lingkaran dan membaca doa bersama dengan Danu yang memimpin. Itulah ritual mereka setiap selesai menonton film yang menyeramkan.
"Semoga kita tetap dalam lindungan Allah dan tidak ada makhluk gaib yang mengikuti kita ke kamar mandi."
"Amin ..."
"Ayo pulang!" Ando berjalan lebih dulu, menaiki motornya setelah mengamati sekitar rumah Revan yang sepi dan gelap. "Cepet, Nu!"
Danu buru-buru naik di belakang Ando, wajahnya kusut ketakutan saat melihat gelapnya jalanan. "Lindungi kami Ya Allah ..."
"Hati-hati, ya! Gue doain semoga pulang dengan selamat!" Revan merapatkan kedua tangannya sambil terus merapalkan doa.
Kirana terbahak pelan, tak sanggup melihat kebodohan temannya. Padahal memiliki sifat penakut, tapi masih nekat untuk menonton film tersebut. Makan tuh cewek cantik.
Dia makin menjadi, mulai menunjuk-nunjuk ke arah belakang Ando dan Danu, matanya melotot lebar seakan melihat sesuatu di belakang mereka, ekspresi wajahnya dibuat ketakutan. Berniat mengerjai mereka yang sudah gelisah sejak awal.
"Apaan sih, Kir?! Jangan gitu, ah!" maki Danu yang duduk di jok belakang.
Kirana menggelengkan kepala, wajahnya kembali datar. "Nggak papa."
Ando sudah berkeringat dingin, tangan serta kakinya gemetar ketakutan. Selain terkena dinginnya angin malam, juga karena efek ketakutan. Dia berbisik pada Danu yang tertegun takut, "Maaf, ya, Nu." Ada jeda, "Nggak janji selamat sampe rumah."
"Anjing!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Qilefyi Kirana Putri. Ini kisah tentang seorang gadis beriris sayu, memiliki ambisus tinggi, dan kutu buku akut. Kirana namanya, membaca buku hobinya. Gadis dengan tatapan bengisnya itu sering kali membuat lawan bicara mend...