3. Bergosip di Tengah Pertandingan

222 198 35
                                    

Semua murid berdesak menuju lapangan basket, di mana akan diadakan pertandingan persahabatan antar kelas. Para pangeran sekolah berkumpul dengan wajah mempesona. Elan sebagai pemimpin tim A maju ke depan, sementara Dilon, Ando, Danu, Leo, Oskar, dan Rafi bersiap-siap.

Peluit dibunyikan, bola basket dilambungkan ke udara oleh wasit. Pertandingan dimulai, suasana semakin ramai. Para tim cheerleader bersorak riuh menyemangati. Para penonton pun tampak riang sembari menepuk-nepuk tangan meneriaki para lelaki tampan yang tengah melakukan pertandingan.

Sementara Kirana, gadis itu memasang headset karena suasana begitu ramai. Hiruk pikuk para murid membuatnya nampak risih. Jika saja Tasya dan Shella tidak menyeretnya hingga ke mari, dia pasti akan tetap berada di kelas sambil membaca buku tenang.

"Nih!" Shella menyodorkan lemon tea, minuman dingin yang cocok dicuaca terik begini. Gadis itu duduk di sebelah Kirana setelah Kirana menerima minuman tersebut, Tasya mengikutinya.

"WOAHH!!" Semua bersorak ketika Dilon mampu mencetak satu poin, memasukkan bola ke ring dengan mudahnya.

Shella berteriak tak kalah riuh, Dilon yang mendengar teriakan tersebut memberikan kiss jauh untuk Shella. Shella terpanah, terlebih Dilon berpeluh membuatnya semakin terpesona. "Pacar gue emang hebat deh!" pujinya. "DILON! DILON! DILON!" Dia berteriak kencang menyemangati sang pacar.

Tasya melirik sinis, "Belum tau king basket aja lo, Shell." Gadis manis itu menatap Elan yang berusaha melempar bola ke dalam ring. "SEMANGAT ELAN!" Dia memberi semangat.

"Idih idih. Iri aja jomblo ini." Shella menyesap minumannya, menatap Dilon yang melambai ke arahnya dengan berbinar.

"Sama aja lo ngatain Kirana tau nggak? Kirana juga jomblo." Tasya melirik Kirana yang masih saja sibuk membaca bukunya. "Kir, lo dikatain jomblo tuh." Dia memprovokasi.

Tanpa mengalihkan pandangan, Kirana membalas. "Oke."

"Lo nggak marah gitu?" Tasya nampak heran.

"Tuh, Kirana aja nggak ngamuk. Lo yang lebay, Sya." Shella menuding sang sahabat.

Kirana menggeleng, "Ngapain gue iri sama orang yang pacaran? Tau uang kalo dihambur-hamburkan nggak?" tanyanya skeptis.

Lantas Tasya mengangguk cepat. "Tau! Kenapa tuh?" Dia penasaran. Menurutnya, Kirana itu sosok yang bijak, selain mempunyai ambisius tinggi, Kirana juga pandai memberikan pencerahan.

"Pacaran itu ibarat uang yang dihambur-hamburkan, waktu yang disia-siakan. Sampai kapanpun, orang berpacaran nggak bakal ada untungnya, kalo rugi sih ada ... banyak malah." Dia membalik halaman bukunya, mengerjap dua kali, lalu menyesap minumannya. "Jadi, ngapain mesti iri? Lo iri sama orang yang nggak memanfaatkan masa mudanya dengan benar? Kalo gue sih nggak, ya." Kirana terkekeh pelan, sementara Shella merasa tersindir mendengar.

Tasya terbahak, menatap prihatin gadis di sebelahnya. "Tuh, denger. Nggak guna, Shell!"

Shella mendelik tajam, menggaruk tengkuknya. "Tapi kemarin gue lihat lo sama cowok, Kir."

"Revan?"

Shella menggeleng. "Gue nggak tau namanya. Anak SMA sebelah deh keknya, soalnya seragamnya persis banget," ujar Shella jelas. "Oh, jadi namanya Revan?" Dia manggut-manggut.

"Hm," balas Kirana singkat. "Pacar Becca anak XII IPA 1."

Tasya membelalak, "Ganteng banget pacar Becca!"

"Oleng dari Elan, Sya?" Shella menatap Tasya bingung.

"Tapi lebih jauh gantengan si Elan, serius!" tekan Tasya menggertak, mengangkat kedua jarinya tinggi-tinggi. Peach ...

Shella beralih kembali ke Kirana dengan mata membola malas. "Jadi, hubungan lo sama tuh cowok apa?"

Kirana bergeming sejenak. "Dia ... tetangga gue."

Shella mengangguk-angguk. "Terus, kenapa lo biarin tuh cowok pacaran sama Becca? Kata lo nggak ada untungnya?"

"Ingat Dilon, Shell! Jangan mau rebut punya Becca!" Tasya memperingati.

"Gue sudah nyuruh dia buat mutusin si Becca karena Becca orang jahat." Penuturan dari Kirana membuat Shella dan Tasya semakin tertarik menggosipi sosok Becca, menghiraukan pertandingan basket yang tengah berlangsung.

"Jahat gimana sih? Becca cewek ramah, lho," ucap Tasya mengusul.

Shella menganggukinya. "Sehari yang lalu dia bantu gue bawa barang belanjaan di Mall waktu nggak sengaja pas-pasan."

"Pokoknya jahat, ah. Males gue ceritain, nanti makin kesel." Kirana menolak untuk menceritakan mengapa dia menyebut Becca adalah orang jahat. Antara segan dan tidak ingin ditertawakan oleh kedua gadis itu. Hanya Becca menertawakannya, Kirana menyebut pacar sang sahabat jahat.

"Ternyata nggak sebaik yang kita kira, ya?"

"Mending suruh si Revan putus deh dari Becca, takut tuh cewek bermuka dua."

"Jangan-jangan Becca jahat karena selingkuh dari cowoknya?"

Tasya dan Shella mulai berpikir negatif pada Becca. Tentu saja perkiraan mereka tidak ada yang betul. Kirana mengakui kalau Becca itu adalah orang ramah dan baik, oleh karena itu Revan sangat mengagumi gadisnya. Namun melihat Becca ikut menertawakannya saat dia tertatih berjalan, membuat Kirana merasa tidak suka.

Iseng saja merasa tidak suka, hitung-hitung membunuh rasa bosan dan menambah topik pembicaraan.

"Eh, si Becca kemarin masuk BK nggak sih?"

"Iya, Sya?"

Mati sudah! Sedari tadi orang yang mereka bicarakan berada tepat di hadapan. Entah sadar dirinya dijadikan topik pembicaraan atau gadis itu sibuk menonton pertandingan? Tasya tersenyum kikuk, dirinya tertangkap basah menyebutkan nama Becca. Sementara Kirana, sumber topik tersebut masih membaca bukunya tenang.

Shella menengahi, dia tersenyum lebar. Malu juga ternyata. "Nggak, Ka. Kamu cocok sama Revan."

Becca terkekeh pelan, dia berpikir mengapa jawaban yang diucapkan Shella berbeda dengan ucapan Tasya beberapa menit yang lalu? Dia memicingkan matanya, masih tersenyum simpul hingga gigi gingsulnya terlihat samar.

"Kalian lagi nggak gosipin gue, 'kan?"

Wanjer!

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang