Revan meringis ketika mendapat tatapan tak bersahabat yang dilempar beberapa pasang mata di sekolah barunya. Dia hanya tersenyum ramah membalas, ingin mendapat teman bukan tatapan mengerikan. Setelah menuju ke ruang guru, Revan langsung menuju kelasnya diantar oleh Kirana walau gadis itu terpaksa.
XII IPA 3.
Gadis yang masih bertatapan dengan bukunya itu akan melangkah kembali ke kelas, namun Revan mencegah. Revan melirik sekitarnya, begitu asing. "Kir, gue main ke kelas lo dulu. Ntar kalo bel masuk baru gue balik lagi. Boleh, 'kan?"
"Nggak boleh. Murid baru nggak boleh sok akrab sama kelas orang." Kirana menepis tangan Revan, melanjutkan langkahnya terseok, beberapa orang yang melewat di sekitarnya memilih menghindar jika gadis itu lewat. Bukan terlalu menghormati, hanya saja takut tertabrak seperti banyak kejadian lalu-lalu.
Revan kikuk, mendadak kakinya beku tak dapat bergerak. Dia mengutuk dalam hati, semua menatapnya heran. Revan menahan malu, ingin bersikap tidak peduli namun tak bisa, dia jadi gugup sendiri.
"Hai." Seorang lelaki menyapanya, menatap bersahabat.
"Hai juga." Revan nyengir lebar, sepertinya lelaki itu begitu ramah. "Lo murid baru juga?" Wah, Revan jadi sok akrab padahal baru beberapa detik mereka dipertemukan.
Lelaki tersebut menggeleng, Revan makin malu. "Lo yang murid baru, 'kan?" Dia tertawa renyah.
"Iya." Berusaha tetap tersenyum, meski terlihat aneh karena dipaksakan. Revan melirik kelasnya sekilas, "Lo kelas ini juga?"
Lelaki itu kembali menggeleng. "Nggak, gue IPA 1. Biasa, anak pinter." Dia terlihat sombong, namun Revan tak mempermasalahkan.
Double kill, Revan malu salah menebak lagi. "Mau jadi temen gue dong? Ya kali geleng lagi, Bro." Revan tertawa, menepuk pundak lelaki berkacamata itu akrab. Memang seorang Revano Telgran mudah sekali mendapat teman, dia berbangga dalam hati.
Lelaki bertampang polos itu menggeleng tak minat. "Gue sudah punya temen. Lagian lo keliatan nggak asik."
Triple kill.
Revan terkekeh pelan, ingin sekali memaki kalau dirinya baru saja mengenal lelaki yang sudah menyebutnya tak asik. Haruskah Revan melakukan roll saat ini juga agar dibilang asik? Dia berusaha sabar, murid baru harus tegar diawal. "Terus mau ngapain?"
"Lo siapanya Kirana?"
Pertanyaan tersebut sanggup membuat Revan menjengit, dia menatap heran. "Lo siapanya Kirana? Pacar? Lo salah paham, Bro. Gue nggak ada apa-apa sama Kirana." Revan tidak menyangka jika Kirana telah memiliki kekasih, bisa-bisanya gadis itu menutupi hubungannya. Sahabat macam apa itu?
"Jawab gue dulu. Lo pasti ada apa-apa sama Kirana, 'kan?" Lelaki berkacamata dengan wajah menyebalkan menatap Revan curiga, menatap dari bawah hingga atas sang lawan tatap. "Fix ini mah!" Dia kekeh.
"Eh, nggak!" Revan geleng-geleng, tak ingin terlibat dengan hubungan Kirana yang sudah membuatnya jengkel. "Demi apapun gue nggak pacaran sama Kirana!"
"Demi 'itu' lo potong?"
Revan meringis, "Iya!"
Lelaki itu kini percaya, namun kian penasaran dengan Revan. "Oh, btw nama lo siapa?"
"Revan, 17 tahun, tetangga Kirana," ucap Revan lengkap, menyungging senyum ramah. "Kalo lo?"
"Danu, temen Kirana." Lelaki berkacamata itu memperkenalkan diri. Tak sengaja manik mata Danu menangkap sosok Ando dari kejauhan yang nampak cemberut. Buru-buru dia meninggalkan Revan, "Gue duluan, Van!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Qilefyi Kirana Putri. Ini kisah tentang seorang gadis beriris sayu, memiliki ambisus tinggi, dan kutu buku akut. Kirana namanya, membaca buku hobinya. Gadis dengan tatapan bengisnya itu sering kali membuat lawan bicara mend...