15

4.2K 409 70
                                    

Selepas kejadian malam itu mereka menerima hukuman dari sekolah, tidak berat hanya berdiri didepan meja guru. Dari Seo-jun yang jujur hingga terakhir Su-ho yang datang ke ruang guru.

"Maafkan aku, ini semua gara gara diriku," Juk-yung angkat bicara.

"Seharusnya Seo-jun yang harus meminta maaf padamu, hei! Seo-jun," Soo-jin melirik Seo-jun yang tidur dengan tengkurap di meja cukup banyak orang itu.

Seo-jun menghela nafas, "Dia terlihat baik-baik saja, lagipula kau tidak punya mulut untuk berteriak di malam itu?"

"Tak bisakah kau bicara yang baik?"

Seo-jun memutar bola matanya malas, "Lupakan, mereka tak akan mengganggumu lagi, jangan khawatir."

"Kau tak berkelahi untuk memperingati nya kan?" tanya Juk-yung cemas.

"Kenapa aku harus berkelahi? Kau kira mereka berani melawanku?"

Seo-jun mengepalkan tangannya, " Jika dia menyentuhmu lagi akan ku hajar mereka sampai jadi bubur," lalu Seo-jun kembali tengkurap tidur.

Soo-jin memutar bola matanya malas, sedangkan pasangan lebay dipojok sana sudah memasang wajah takut.

"Bagaimana denganku? Jika aku di posisi Juk-yung apa kau akan mengatakan hal yang sama?"

#

Hingga suara bel membubarkan mereka dari ruangan guru, menulis permintaan maaf 10 lembar membuat tangan mereka ingin patah rasanya. Tentunya Seo-jun tidak lah sepatuh itu, ia menulis dengan huruf yang besar dalam satu kertas dengan mudah.

Jika dipikir-pikir lagi tidak ada salahnya Seo-jun berterimakasih kepada Su-ho, semuanya sudah terjadi bukan? Pertolongan Su-ho juga membuat Ibunya semakin membaik.

Seo-jun menghela nafas panjang, berjalan ke toilet sebelum mencari keberadaan Su-ho. Namun takdir malah mempertemukan mereka lebih cepat.

Su-ho ada di sana sedang mencuci tangannya, melihat itu Su-ho hanya acuh saat Seo-jun menatapnya, sedangkan dua anak adam yang berada di samping Su-ho malah tergesa-gesa keluar dari ruangan itu.

"Lee Su-ho."

Su-ho menatap Seo-jun.

"Terlepas dari masalah kita dan perbuatanmu untuk ibuku, itu masalah yang berbeda,"

"Aku tetap harus berterimakasih padamu atas masalah ibuku."

Su-ho masih diam, Seo-jun itu masih sama. Masih tenggelam dalam ego yang dalam.

"Tapi kedepannya, aku harap kau jangan terlibat dalam urusanku."

Su-ho mendekati Seo-jun entah kenapa rasanya ia sangat ingin memejamkan mata, lalu saat ia bangun berada di dalam pelukan Seo-jun, namun setelah memperhatikan wajah Seo-jun secara detail sangat mustahil jika dipikirkan lagi.

Su-ho mendekati Seo-jun, dia terlalu tinggi sehingga Su-ho hanya bisa mencapai pundak Seo-jun, kepalanya tersentuh dengan bahu Seo-jun yang kokoh, dan ini sangat nyaman.

Entah keberanian darimana yang Su-ho dapatkan hingga berani mengambil tindakan ini.

Hal itu tidak berlangsung lama karna ia tidak ingin seseorang melihat mereka, lagipula Seo-jun juga terlihat sangat kaget, ia tahu Seo-jun akan bertanya apa yang ia lakukan sekarang, dan Su-ho akan menjawab dengan alasan yang tidak masuk logikanya nanti.

Su-ho keluar dari toilet tanpa permisi, matanya seakan hidup kembali setelah beberapa waktu lalu sayu. Yang ia pikirkan sekarang, ia hanya ingin bahu kokoh itu menjadi miliknya.

enemy loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang