5

4.7K 474 19
                                    


"Hei, Lee Su-ho."

Su-ho melirik Seo-jun sekilas lalu kembali melakukan aktivasi nya, mengepel lantai lapangan basket.

"Apa kau tuli huh?"

"Hei!"

"Lee Su-ho!"

"Ck, benar kau tuli ternyata,"

"Aish benar benar menyebalkan."

Seo-jun duduk di pinggir lapangan menatap Su-ho yang sibuk dengan air dan lantai, seharusnya dia juga ikut membersihkan karna memang hukuman untuk keduanya kan? Namun untuk apa mempekerjakan OB di sekolah jika tidak menyuruh nya?

Bisa saja kan memberi hukuman yang lain, mungkin skorsing? Itu lebih baik, dia bisa tidur sepanjang hari tanpa memikirkan tugas dan sekolah, sedangkan ini? Sudah dua hari mereka di hukum sama, berlari 3 putaran setiap pagi di lapangan bola lalu melanjutkan mengepel lantai dan setelah itu harus mengantarkan buku/print yang diperintahkan oleh Pak Han, ini sama saja namanya dengan bekerja tidak dibayar.

"Dengar, ini semua salahmu jadi jangan mengeluh," ucap Seo-jun.

Lalu waktu tadi siapa yang mengeluh?

"Seharusnya kau berterima kasih padaku, karna aku menemanimu di sini."

Terima kasih omong kosong, sejak kemarin saja hanya dia yang mengerjakan hukuman ini, Seo-jun hanya berceloteh sepanjang ia bekerja, oh jangan lupa dengan jejak sepatu yang disengaja ia buat.

"Ngomong ngomong kau suka dengan Juk-yung?"

Su-ho menghela nafas, dengan berbagai pertanyaan random yang selalu keluar dari mulut cerewet itu.

"Ani"

"Jangan berpura-pura tidak minat seperti itu."

"Lalu apa masalahnya denganmu?"

"Tidak ada, aku hanya bertanya, kencan butamu sudah diketahui bukan oleh kalangan sekolah?"

"Aku tidak berkencan."

"Lalu?"

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Hanya bertanya, kau menyukai Juk-yung?"

"Aku sudah menjawabnya."

"Tidak? Kukira mulutmu berbohong."

"Jika kau tidak benar benar menyukainya, aku akan mendekati Juk-yung."

Seketika Su-ho menghentikan aktivitasnya, lalu manatap Seo-jun, yang ditatap menaikan alisnya.

"Wae? Kau berubah pikiran?"

Su-ho kembali menatap lantai, mengertakkan rahangnya saat Seo-jun mengatakan bahwa dirinya ingin mendekati Juk-yung, ada rasa kesal didalam hatinya.

"Ani, aku hanya berteman dengannya."

"Teman? Kau yakin pria dan wanita bisa menjadi teman?"

"Memang benar adanya."

"Baiklah selesaikan pekerjaanmu kawan, aku akan menjemput calon kekasih ku dulu,"  Seo-jun berucap tepat pada telinganya, seakan mengejek, lalu pergi setelah menepuk pundaknya.

Lagi-lagi rahangnya mengeras, tangannya terkepal, menatap punggung Seo-jun yang semakin menjauh. Hingga mulutnya terbuka dan mulai mengatakan sesuatu.

"Tunggu, aku menyukai—"

26/01/21gambar hanya pemanis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26/01/21
gambar hanya pemanis

enemy loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang