Sedikit ubahan kata kata hanya sama dalam tempat dan topik
(18+/BL)
Karya tulis ini dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada maksud lebih untuk menjatuhkan atau merugikan pihak manapun. Dan segala masalah yang terpaut pada cerita ini tidak ada hubu...
Ramainya pagi tergantikan oleh sunyinya malam, tidak dengan Su-ho yang hidupnya selalu sunyi, dunianya hanya dia sendiri. Tidak ada teman dekat, keluarga, saudara, ataupun seseorang yang selalu ada disampingnya.
Su-ho beranjak dari kamar mandi ke kasurnya, menatap dinding-dinding kamar miliknya. Dia memang tinggal sendiri, setelah Ibunya meninggal, hubungan Su-ho dengan Ayahnya tidak lagi akrab, bahkan bisa dibilang seperti menjaga jarak.
Hingga beranjak dewasa, ia menemukan dua sosok teman yang tahu akan perasaanya, namun lagi-lagi bahagia tidak berpihak pada Su-ho. Temannya pergi, pergi membawa dirinya sendiri, dan pergi membawa Seo-jun atas kesalahpahaman.
Ia memutuskan untuk keluar mencari angin segar di taman, walaupun sendirian dia menikmati kesunyian malam ini. Orang orang berlalu lalang berjalan, memakai jaket tebal karna cuaca kadang tak menentu.
Ia duduk disebuah bangku taman, berdiam meraskan semilir angin, lama berdiam diri ia mendengar suara motor ugal-ugalan, 2 orang memakai motor sport ah ingat Seo-jun! Apa dia masih membawa motor seperti itu? Ugal-ugalan seperti tidak punya aturan. Namun setelah ia kembali melirik, orang itu memang mirip dengan Seo-jun.
citt!!!!
Orang itu berhenti dengan motornya tepat didepan taman yang ia duduki sekarang, saat seseorang itu membuka helm, Su-ho baru menyadari jika itu memang Seo-jun. Di kepung banyak laki-laki brandal sekitar enam orang. Bagaimana bisa ia di kejar namun turun dari motor? Mengapa ia tidak melewati pos polisi agar para brandal itu tidak mengikutinya lagi?
Samar-samar Su-ho mendengar percakapan mereka, memang tak jauh namun badan Su-ho tertutup oleh satu mainan seluncur warna merah untuk anak anak.
"Cih, apa mau kalian?"
"Kau sudah berani menyentuh bos kami, saatnya balas dendam anak tengil."
"Apa? Aku tidak salah dengar? Anak tengil?" Seo-jun mendengus.
bugh!
Tanpa aba aba Seo-jun meninju perut salah satu pemimpin dari mereka dan setelahnya terjadi pemukulan antara satu dan lain.
Mungkin ini hari sial Seo-jun, ia kalah karna salah satu dari mereka memukul tepat di lengan kirinya lalu badannya di tarik seolah ingin diikat.
"Hhah kau banyak gaya anak tengil," ejek mereka.
Su-ho beranjak dari duduknya membawa potongan kayu lumayan besar yang ia temui di samping ayunan, dan saat para brandal itu ingin memukul Seo-jun ia langsung memukul kepala mereka dan terjadinya saling memukul lagi setelahnya.
Para brandal itu kabur saat mendengar suara mobil polisi mendekati tempat mereka, terkapah kapah seperti orang mabuk, mabuk darah.
"Shh-aw!"
Seo-jun miringis sakit saat obat luar itu menyentuh permukaan kulit lebam nya, memang tidak banyak namun rasanya perih.
Oh ya, mereka duduk bersebelahan dengan jarak tipis di bangku taman. Su-ho yang mengobati Seo-jun, Seo-jun yang selalu meringis di setiap sentuhan kapasnya.
Setelah selesai, Su-ho menutup obat luar itu dan menatap Seo-jun yang sudah ia beri landasan plaster luka berwarna putih dengan warna coklat di tengahnya, walaupun wajahnya banyak lebam wajah Seo-jun masih tampan.
Hening, keduanya sama sama diam seolah hanya duduk dengan patung. Su-ho sibuk mengamati daun-daun yang bergerak karena angin, sedangkan Seo-jun diam sibuk berkelana dengan hatinya berfikir untuk basa-basi dahulu atau langsung meninggalkan Su-ho sendiri, dan pada akhirnya ia memilih pergi tanpa sepatah kata apapun.
Su-ho tak masalah, ia menunggu Seo-jun pergi karna jantungnya sudah tidak aman sekarang, atau mungkin cuaca terlalu dingin pikirnya. Ia akan kembali, kembali ke rumah dengan wajah yang datar namun hati yang bimbang.
Semoga setelah ini dia bisa tidur nyenyak karna ia sudah bertemu dengan orang yang menjadi masalah di dalam pikirannya.
24/01/21
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.