"Tunggu, aku menyukainya."Seo-jun menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Su-ho yang sama menatapnya, tangannya ia sembunyikan di belakang punggung namun wajahnya tidak bisa bohong, dia sedang seperti menahan amarah.
"Apa?" tanya Seo-jun memastikan.
"Benar aku berkencan dengannya, jadi kau tidak perlu menjemput dia."
Seo-jun terkekeh, bukan kekehan senang namun kekehan mengejek, "Bernarkah?" ia mendekati Su-ho.
Seo-jun mendekat hingga jarak mereka sangat dekat. Menatap wajah bak pangeran itu dengan lamat.
"Jika begitu bukankah lebih seru kita mendekatinya bersama? Lalu kita tunggu dia akan memilihmu atau memilihku, gampang kan?"
"Itu tidak gampang,"
untuk hatiku, lanjutnya dalam hati.
"Kalah sebelum perang? Kurasa sifat pengecutmu masih sama seperti dulu."
Su-ho terdiam.
"Kenapa? Kau menyadarinya sekarang?"
"Aku pikir sebaiknya kau memperbaiki sifatmu dulu agar Juk-yung tertarik dan luluh dengan seorang pembunuh."
Ingin sekali rasanya ia mengatakan bahwa yang ia suka adalah Seo-jun saat punggung lebar itu kembali melangkah pergi.
Namun lidahnya kelu, seakan tidak satu tujuan dengan pikiran dan hatinya. Memilih untuk diam hingga menanti waktu yang tepat.
#
"Juk-yung, kau... pulang dengan siapa?"
Juk-yung menatap Seo-jun dengan tatapan terkejut, bayangkan saja Seo-jun awal masuk sudah mengebrak mejanya bahkan setelah itu menatapnya dengan tatapan sinis, lalu dengan tiba-tiba mengatakan bahwa dia akan pulang dengan siapa?Takdir memang suka bercanda.
"Aku? Apa itu ada kaitannya deng—"
"Ani, aku ingin mengajakmu pulang bersama."
"Bersama? Kau dan aku?"
"Aishh mengapa kau mengulangi kata kata ku?"
"Aku hanya terkejut tiba-tiba kau mengajakku pulang bersama."
"Baiklah sekarang, jawab pertanyaan ku?"
"Ah, aku akan pulang bersama—"
"Bersama ku," potong Su-ho, dia baru saja masuk kedalam kelas dan tak sengaja mendengar percakapan keduanya, dia bukan termasuk menguping, kan?
Seo-jun berdecih lalu menegakkan badannya menatap Su-ho, "Benarkah? Jalan kaki? Juk-yung terlalu cantik untuk berjalan kaki hingga sampai rumah."
tapi kau lebih cantik.
"Tidakkah itu romantis? Hanya mengandalkan motor juga bisa membuat Juk-yung celaka," bela Su-ho pada dirinya sendiri.
"Ck, hari ini masih mengandalkan romatis?itu sudah tidak berguna."
"Oh ya? Kau terlalu menjadi manusia purba sekarang? Romantis itu pasti diinginkan oleh setiap wanita dari prianya."
"Aku bisa memberinya ciuman setiap hari, bukankah itu romantis?"
Juk-yung yang hanya mendengar perdebatan mereka melotot tak percaya.
"Hei hei jangan berteng—"
"Ciuman? Itu terlalu brengsek untuk seorang pria yang hanya ingin memainkan wanita."
"Oh?" kaget Seo-jun dibuat-buat.
"Brengsek? Bukankah lebih brengsek jika menyakiti hati wanita hanya tidak ingin kalah dengan temannya? Ah maaf maksudku musuhnya."
Su-ho mencengkram seragam Seo-jun, "Hhah! Kau terlalu emosian untuk Juk-yung, bagaimana jika kalian sedang bertengkar lalu tiba-tiba kau bermain tangan? Oh itu mengerikan!" Nada suara mengejek membuat siapapun terpancing emosi mendengarnya.
Teman sekelasnya juga melihat mereka bertiga, Juk-yung adalah masalah utamanya, bukankah dia direbutkan oleh dua lelaki tampan? Ah! Dewa sangat berpihak pada Juk-yung.
Belum sempat Su-ho melepaskan cengkramannya, Pak Han sudah terlanjur melihat mereka dengan posisi yang menyebabkan kesalahpahaman, tentu saja sehabis ini hukuman mereka ditambah.
26/01/21
tidak ada gambar pemanis
karna kamu udah manis, peace ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
enemy love
أدب الهواةSedikit ubahan kata kata hanya sama dalam tempat dan topik (18+/BL) Karya tulis ini dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada maksud lebih untuk menjatuhkan atau merugikan pihak manapun. Dan segala masalah yang terpaut pada cerita ini tidak ada hubu...