Bab 17

4.7K 344 4
                                    


Allah tahu kamu kuat, makanya cobaanmu lebih berat.
...

...

-Happy Reading

Pukul 03:00, Haura duduk di atas sajadah, mengadukan semua keluh kesahnya kepada sang pencipta.
Haura menangis dalam do'a, mengingat mungkin dia banyak melakukan kesalahan dan lalai dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.

Setelah melakukan sholat sunnah, Haura melanjutkan dengan mengaji Al-Qur'an dan mengulang hafalannya.

"Eh ... Al-Qur'an yang biasa aku pakai kemana ya." monolog Haura.

"Perasaan, dari kemarin aku taruh disini deh. kok sekarang nggak ada ya." Matanya menelisik mencari mushaf berwarna biru itu. "Kok nggak ada, padahal kemarin baru aja aku pakai."

"Yaudah, deh. pakai ini aja," ujarnya sembari mengambil mushaf berwarna coklat tua itu.

Haura kembali ke tempatnya tadi, duduk. sembari membuka dan mencari surah Al-Mulk, dia tidak pernah absen membaca surah favoritnya itu.

"Ini kertas apa ya." ujar Haura sambil membolak-balikan kertas origami warna coklat tua, yang dia dapat dari dalam mushaf. "Buka atau nggak ya? takut nggak sopan, ini punya orang." Tambahnya.

"Buka aja deh, siapa tahu ini cuma kertas biasa."

Tunggu aja tanggal mainnya-nsy.

Setelah membuka kertas origami itu, Haura di buat bingung dengan maksud dari kertas itu.

"Ah ... mungkin, ini punya yang biasa memakai mushaf ini, yuk lanjutin aja Haura, gausah mikirin isi kertas itu." Haura memulai acara mengaji nya.

"Shodaqallahhuladzim,"ucap Haura setelah selesai mengaji, dia langsung membereskan peralatan sholatnya dan mengembalikan mushaf ke tempat semula.
"Masih jam empat kurang lima belas menit, lumayan masih ada waktu buat tidur sebelum sholat subuh." Haura melangkahkan kakinya meninggalkan masjid menuju kamarnya.

Haura tidak tahu, sedari tadi ada yang memperhatikan gerak-gerik nya, sembari tersenyum licik.

.......................

Suara dan langkah kaki para santri saling bersahut-sahutan ramai sekali, padahal masih tiga puluh menit lagi waktu sholat subuh, Haura yang masih tidur pun ikut terganggu, lalu melihat ke kasur atasnya. Nayya juga tidak ada.

"Ada apa sih Fi?" tanya Haura pada Fifi adik kelasnya yang sedang lewat.

"Kotak amal di masjid hilang mbak."

Haura langsung membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar yang adik kelasnya itu katakan. "Kamu beneran Fi? kok bisa?"

"Aku juga nggak tahu mbak, tadi tuh aku denger yang lain pada ribut gitu, terus katanya kotak amalnya hilang, terus nanti keamanan mau lakuin razia."

"Yaudah mbak, aku kesana dulu." tambahnya

Haura mengangguk, lalu masuk kedalam kamar mengambil jilbabnya. ikut bergabung dengan para santri.

"Nay, udah ada yang tahu belum siapa yang ambil?" Tanya Haura pada Nayya setelah bertemu.

Nayya menggeleng. "Tega banget ya Ra, bisa-bisa nya kotak amal di ambil."

Haura mengangguk menyetujui apa yang di katakan Nayya. "Nggak ingat dosa kali, padahal itu kotak amal."

Allahu akbar allahu akbar

Suara adzan menggema, menandakan waktu sholat akan segera dimulai, yang mula nya para santri sedang ribut mencari siapa yang mengambil kotak amal,  sekarang mereka berlari menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh.

...............

"Untuk seluruh santri putri, segera berkumpul di lapangan." suara dari pengeras suara ruang keamanan.

"Eh ... pasti itu pengurus udah nemuin siapa yang ambil kotak amalnya," Ujar Haura saat mendengar pengumuman itu.

"Nah ... ayo Nay, aku pengen lihat siapa sih yang ambil."

"Yaudah yuk."

Sesampainya disana mereka turut bergabung dengan para santri putri, ternyata tidak hanya santri putri santri putra pun turut hadir dan di suguhkan pemandangan yang tidak mengenakkan, yaitu wajah garang para keamanan, yang siap menghakimi yang telah mengambil kotak amal.

Tak hanya para keamanan, bahkan Abah, Ummah, ustadz/dzah, dan gus Rafa pun hadir.

"Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Suara Luluk, ketua keamanan santri putri.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para santri serempak.

"Pasti kalian sudah tahu, apa tujuan kalian di kumpulkan disini."

Hening

Tidak ada yang berani menjawab, jangankan menjawab, menatap wajahnya pun tidak ada yang berani.

"Saya tadi pagi, mendapat laporan dari salah satu santri putri, kalau kotak amal di masjid santri putri hilang."

"Ada yang mau mengaku? sebelum saya sendiri yang menyebutkan," ujarnya dengan tegas.

Abah berbisik kepada Luluk, mengambil microfon, Luluk beringsut mundur. memberikan tempat untuk abah.

"Assalammualaikum warahmatullahi wabaraktuh." salam beliau, dengan tatapan mata teduh.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para santri serempak.

"Untuk kasus ini, jujur. Abah sangat kecewa, apalagi yang mengambil santri putri, seharusnya santri putri memiliki sifat dan akhlak yang lebih baik dari santri putra," tutur beliau.

"Entah apa tujuannya mengambil kotak amal masjid, seharusnya sudah tahu, bahwa mencuri itu perbuatan tercela, selama disini abah, ummah, dan pengajar lainnya tidak pernah mengajarkan tentang mencuri, entah dari mana belajar seperti itu."

"Jika alasannya, belum dapat uang kiriman. kenapa tidak bilang abah, ummah ataupun ustadz/ustadzah? insyaallah meskipun sedikit bisa memberikannya."

"Hanya ini yang ingin abah sampaikan ke kalian semua, supaya ilmu yang kalian dapatkan berguna."

"Wassalammualaikum warahmatullahi wabaraktuh."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Setelah abah mundur, kembali ke tempatnya. Luluk kembali maju.

"Masih tidak ada yang mau mengaku?" tanyanya.

"Sebelum saya umumkan, saya ingin mengingatkan peraturan ponpes, mencuri takzir gundul dan di keluarkan dari pondok dengan tidak hormat. saya harap kalian masih mengingat itu, dan ... jika berani mengakui kesalahannya, mungkin akan sedikit di ringankan."

Luluk mengambil tas dari belakang tempatnya berdiri lalu menentengnya, menunjukkan kepada semuanya.

Gabisa bikin konflik hiks😭




Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang