Bab 28

4.9K 301 52
                                    

Hai haii semuaa, haura po bulan ini Insya Allah.
jangan lupaa ikutan po yaa😍

Setelah makan malam, Haura memilih masuk kedalam kamarnya, dia mengambil benda pipih berlogo apel digigit yang sudah lama tidak dia pegang, saat mengaktifkan data banyak sekali pesan masuk di hp nya, Haura memilih mengabaikannya.

dia mulai merebahkan badannya, hampir saja matanya terpejam dia ingat, dia belum merapikan bajunya. 

Haura mulai membuka resleting koper, mengeluarkan satu persatu baju lalu di tata rapi di dalam almari.

Setiap baju memiliki kenangan sendiri bagi Haura, dia masih berfikir, kenapa bisa setega itu dengan dia, dia merasa tidak pernah punya musuh selama ini.

"Aku keluar aja kali ya, di kamar juga nggak ngapa-ngapain," ucap Haura setelah selesai menata baju-bajunya.

Haura menghampiri abi, ummi dan kakaknya yang sedang menonton tv di ruang tamu, Haura sedikit melupakan tentang masalahnya disini bukan dia yang salah, dia tidak akan melupakan ini tapi dia simpan sebagai pengalaman.

"Eh ... sini sayang duduk sini," ucap ummi saat melihat Haura datang. 

Haura duduk di samping umminya, dia teringat tawaran tantenya, adik dari abinya yang tinggal di Mesir. "Abi, Ummi, semisal Haura terima tawaran tante Zulfa gimana?" 

Hisyam mengernyit. "Tawaran apa?"

"Tinggal dan sekolah di Mesir," ucap Haura.

Hisyam mengangguk mendengar penuturan adiknya.

Abi menatap ke arah anak bungsunya itu. "Kamu yakin, nggak mau sekolah disini saja?"

"Kamu yakin sayang, ummi takut kamu susah beradaptasi nanti disana," ummi ikut menimpali.

Haura mengangguk mantap. "Haura yakin, lagian disana Haura juga sama tante Zulfa ada om Fahrul juga."

Ummi menghela nafas pelan. "Bukan masalah itu sayang, ummi yakin om dan tante bisa jaga kamu, tapi ummi khawatir nanti kamu disana susah beradaptasi sama lingkungannya, cuaca dan lain-lain."

Haura mengerti kekhawatiran umminya, tapi dia merasa dia lebih baik tinggal disana.

"Nanti abi bicarakan ke tante Zulfa," ucap abi yang seketika membuat seuntai senyum terbit di bibir Haura. 

"Nak, pesan ummi jangan pernah benci kepada siapapun, meskipun orang itu pernah membuatmu sedih ataupun kecewa, jangan pernah mengeluh tentang cobaan yang Allah berikan, percayalah di balik semua itu ada kebahagiaan yang menantimu." 

Haura mengangguk. "Haura tidak akan benci dengan siapapun ummi." 

Ummi tersenyum lalu membawa Haura kedalam pelukannnya.

Abi dan Hisyam yang melihatnya pun ikut tersenyum, melihat dua bidadarinya tersenyum cukup membuat hati mereka bahagia.

Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang