Bab 22

4.7K 343 24
                                    

Kamu hebat, jangan nyerah ya .... 


Malam ini Haura memenuhi janjinya kepada Nayya, sekarang mereka berdua sedang berada di taman belakang. tempat ini kalau malam memang sepi, tapi ada beberapa dari mereka yang disini juga.

"Jadi, gimana?" tanya Nayya yang sudah tidak sabaran.

Haura menghela nafas pelan. "Jadi gini ----

Flashback on 

Seperti biasa, setiap pagi tugas Haura menyiapkan kopi untuk gus Rafa, dia melangkah menuju ndalem. selama di perjalanan banyak dari mereka yang membicarakan tentang perjodohan gus Rafa dan ustadzah Nasywa. 

Jika di tanya, apakah Haura berhasil membuka hatinya untuk gus Rafa setelah beberapa hari yang lalu gus Rafa mengungkapkannya. Rasa itu pasti ada tapi Haura tidak mau terlalu berharap dengan itu, apa yang dia takutkan terjadi dia sudah bisa menebak para laki-laki berdarah biru seperti gus Rafa pasti tidak jauh dari kata di jodohkan.

Sesampainya di ndalem Haura mengucap salam, tidak ada yang menjawab. Sepi. 

Haura mulai melakukan tugasnya, lalu pergi ke tempat biasanya gus Rafa duduk pagi ini. 

"Assalammualaikum gus, ini kopi nya," ucap Haura sambil meletakkan segelas kopi.

"Waalaikumussalam, terimakasih tapi saya sudah minum kopi tadi, silakan kamu bawa pergi atau kasihkan ke kang santri saja."

Haura mengernyit mendengar ucapan gus Rafa, tapi Haura tetap menuruti gus Rafa untuk memberikan kopi tersebut kepada kang Fahmi yang kebetulan ada disana.

"Dan ... mulai sekarang kamu tidak usah membuatkan kopi saya lagi, biar Nasywa saja. dia lebih pantas dari kamu," ucap gus Rafa sebelum Haura pergi.

 Ucapan gus Rafa membuat hati Haura sakit, setidaknya jika ingin Haura berhenti tidak bisa kah dengan kata-kata yang lebih baik.

"Iya gus."

"Untuk ungkapan perasaaan saya, anggap saja itu cuma bercanda. tidak mungkin saya mencintai perempuan PENCURI seperti kamu!" ucap gus Rafa dengan menekankan kata pencuri.

Air mata Haura turun tanpa di minta, dia sakit hati. orang yang selama ini memberikan semangat tiba-tiba langsung mengatakan hal yang membuat siapapun yang mendengar pasti patah semangat. 

"Saya sudah melupakannya gus, tapi ingat satu hal saya bukan pencuri," ucap Haura yang mati-matian menahan air mata-nya agar tidak jatuh lagi, dia tidak boleh terlihat lemah. 

"Bagus kalau kamu sudah melupakannya, kalau bukan pencuri, lalu apa? bukankan orang yang mengambil barang seseorang tanpa izin itu pencuri? kamu sudah kelas sebelas tidak mungkin kamu tidak tahu."

"Saya masih menghormati njenengan karena njenengan dzuriyat pondok, njenengan putra murobbi  saya, njenengan juga guru saya, saya nggak mau ilmu yang selama ini saya dapatkan sia-sia hanya karena ini. saya permisi assalammualaikum," ucap Haura yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban gus Rafa, dia tidak peduli jika di cap tidak sopan.

Gelas kopi yang dia pegang bergetar, dia menangis lagi.

Meski hatinya berkata "jangan menangis" nyatanya dia tetap menangis, dia sakit dengan kata-kata gus Rafa yang menuduhnya sebagai pencuri.

"Kamu kira dengan menangis mampu membuat semua orang iba?" tanya gus Rafa yang tiba-tiba muncul di belakang Haura.

Haura menoleh kebelakang menghadap gus Rafa, lalu pergi tanpa mengucapkan apapun dia terlalu sakit meski hanya untuk mendengar suara gus Rafa. kata-kata gus Rafa yang menyebutnya pencuri masih terngiang di kepalanya. 

Flashback off 

"Jadi gitu Nay ceritanya," ucap Haura sambil mengusap air matanya kasar, dia tidak bisa menahan tangisnya ketika ingat itu. 

"Tega banget ya dia, andai dia bukan dzurriyat pondok sudah aku bikin perkedel dia," ucap Nayya yang emosi setelah mendengar cerita Haura. 

"Hust ... dia gurumu."

"Gini nih, wajahnya bidadari kelakuan roh halus."

"Heh, Nay nggak boleh gitu, dia gurumu nanti ilmu yang selama ini kamu cari, kamu dapatkan sia-sia, cukup doakan semoga bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi." 

"Ajari aku Ra, agar bisa sepertimu, hatimu lembut bahkan orang yang telah menyakitimu pun kamu masih membelanya, aku tau selama ini banyak yang mencaci mu tapi yang ku lihat kamu hanya memberikan senyum manis mu tanpa ada satu kata kasar terucap dari mulutmu, kamu luar biasa Ra. semoga di balik ini ada kebahagiaan besar menantimu."

"Aamiin fi qobul, kamu lebih luar biasa Nay, mungkin jika orang di luaran sana yang mengatakan bahwa sahabat tapi dia meninggalkan sahabatnya di saat seperti ini tapi kamu tidak Nay, bahkan kamu ikut masuk dalam masalahku, aku rasa selama ini kau selalu mengikutiku Nay?"

Nayya nyengir menampakkan gigi-gigi putihnya yang rapi. "Aku takut Ra kalau nanti ada yang nyakitin kamu, makanya aku ikutin kamu."

"Yaudah yuk balik, udah hampir setengah sebelas nanti kita ketahuan tim keamanan," ucap Haura lalu menarik tangan Nayya sebelum Nayya mager.

 

JANGAN LUPA IKUTAN PO NOVELNYA YAAA GAES😎

Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang