Part 29

4.9K 304 15
                                    


J

ika kamu datang hanya untuk menorehkan luka, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalmu. -Haura

.

.

.

.

.

Setelah perbincangan tentang tawaran tante Zulfa  beberapa hari yang lalu akhirnya abi dan umminya mengizinkan Haura untuk berangkat ke Mesir, dia berangkat dua minggu lagi.

Saat ini Haura sedang duduk di balkon kamarnya di temani secangkir coklat panas, udara pagi ini segar sekali langitpun cerah, acara memandang langit Haura terhentikan karena satu notif di ponselnya yang dia kenali.

Nayya😝🌈

Assalammualaikum Haura, aku pulang, aku kangen kamu ....

Haura membaca pesan dari Nayya, sudah dia duga pesan ini dari Nayya. dia memang sudah memberikan notifikasi khusus untuk orang-orang khusus.

Waalaikumusaalam, aku juga kangen kamu Nay

Read.

Kamu apa kabar?

Alhamdulillah, aku baik, kamu sendiri?

Read.

Alhamdulillah, aku baik cuma sepi aja kalau di pondok nggak ada kamu.

Hahahaa ... yaudah kamu istirahat aja dulu, nanti hari Jum'at ada kajian di masjid kota kita ketemu disana gimana?

Read.

Boleh bangett, yaudah ya Ra, aku istirahat dulu, assalammualaikum.

Waalaikumussalam.

Read.

Jarak rumah Haura dan Nayya memang tidak terlalu jauh, hanya lima belas menit jika pakai motor.

Haura membuka aplikasi berlogo kamera, sedari pulang dia belum sama sekali membuka aplikasi tersebut. banyak sekali notif yang masuk hanya ada satu yang menarik perhatian Haura.

Rafaakbar2128 mulai mengikuti anda.

Haura membuka akun tersebut, ternyata benar itu akun gus Rafa, bahkan gus Rafa juga meng like beberapa postingannya.

Haura memencet tombol ikuti balik, lalu dia mulai melihat satu persatu foto yang gus Rafa post, foto gus Rafa mengingatkan Haura kepada kata-kata gus Rafa kemarin, sebelum Haura kembali sakit hati dia segera memencet tombol kembali.

"Jika kamu datang hanya untuk menorehkan luka, aku lebih memilih untuk tidak pernah mengenalmu." monolog Haura sambil menatap langit.

Tok tok tok

Haura melangkah menuju pintu kamarnya, dia menemukan Hisyam yang sedang membawa laptopnya.

"Mau numpang duduk di balkon, balkon kakak nggak enak panas."

Haura mendengkus. "Hilih, biasanya juga langsung masuk nggak izin."

"Biar sopan baginda ratu."

Haura tertawa pelan, dia bisa tertawa hanya karena candaan garing kakaknya. dia sadar untuk apa berlarut dalam kesedihan, sia-sia waktunya.

"Dek, ambilin minum dong, sekalian camilan," ucap Hisyam seenak jidat.

"Ambil sendiri, mager naik turun tangga."

"Di kamar kakak ada, jadi nggak usah turun."

"Oke."

Setelah melaksanakan perintah dari baginda raja Hisyam, Haura meletakkan beberapa camilan dan minuman di depan Hisyam.

"Makasih baginda ratu," ucap Hisyam yang masih fokus dengan laptopnya.

"Ngapain sih kak?" tanya Haura kepo.

"Bisnis, diem aja dulu kamu."

Haura mendengus kesal, dia kira setelah dari Kairo kakaknya itu akan hilang sifat nyebelinnya tapi nyatanya tidak, bahkan semakin bertambah.

"Gimana mau punya istri, sama adik sendiri aja galak. yang ada ntar istrinya tertekan."

Hisyam melotot mendengar perkataan Haura, adik macam apa dia.

"Jangan bawa-bawa istri deh dek, kakak lemah soal istri."

Haura sangat mengerti, kakaknya sering di desak agar segera menikah oleh ummi. "Kakak emang mau nikah kapan?" 

Hisyam menatap Haura. "Pertanyaan macam apa itu?"

Haura mengendikkan bahunya.

"Kakak sih mau-mau aja nikah, tapi masalahnya kakak belum punya calon, kalau soal nafkah mah kakak siap."

"Sombong!"

"Serius deh dek, kamu mau kakak ipar yang kayak gimana?"

"Haura mau kakak ipar yang baik, cantik itu relatif lah yaa beda mata beda cara memandang, cantik disini bukan hanya cantik fisik tapi hati juga, sayang sama keluarga, faham agama, udah itu aja."

"Kakak sebenarnya udah ada si, tapi ya gitu belum dapat kepastian."

"Lah, kok gitu? dia siapa emang?"

"Namanya Nasywa, dia ustadzah juga di pondok kamu yang dulu."

Haura menatap kakaknya tak percaya, bukankah ustadzah Nasywa akan di jodohkan dengan gus Rafa tapi kenapa memberikan secercah harapan untuk kakaknya.

Haura menghela nafas dalam. "Kak, ustadzah Nasywa kemarin sudah di jodohkan dengan gus Rafa mereka berdua juga sudah menerimananya."

Hisyam tampak membulatkan matanya tapi setelah itu kembali ke ekspresi awalnya. "Sudah kakak duga, makanya kakak nggak mau bilang ke abi sama ummi, makasih dek udah kasih tau kakak."

Haura mengangguk, tak habis pikir dengan ustadzah Nasywa, jika dia selama ini dekat dengan kakaknya, lalu untuk apa dia menerima perjodohan itu.

Menambah beban pikiran!

Menambah beban pikiran!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 HAURA OPEN PRE ORDER!! yuuk gass ikutan😍 bisa pesan dengan format di nomor yang tertera, bisa juga di nomorku ya ....
(085745609879)

 

Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang