Bab 7

5.5K 425 31
                                    

"Hiduplah sebagaimana maumu, tetapi ingat, bahwasannya engkau akan mati. dan cintailah apa yang engkau sukai, namun ingat,  engkau akan berpisah dengannya. dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat , engkau pasti akan menerima balasannya nanti."-Imam Al-Ghazali🌹

Bismillahirrahmanirrahim:)
Happy reading💗

Haura pov.

Aku sedang berada di kamar sendiri, Nayya dan yang lain sedang piket ndalem, mumpung sepi, aku mencoba melalar hafalanku, hafalanku terhenti ketika ada Nurin, abdi ndalem yang lebih muda dariku.

"Assalammualaikum mbak Haura, mbak Haura di timbali Ummah," ucap Nurin di depan pintu kamar.

"Waalaikumussalam, sekarang dek?" tanyaku sambil meletakkan mushaf.

"Iya mbak sekarang, tidak baik membuat beliau menunggu."

"Iya, yaudah yuk," ucapku sambil berjalan keluar.

Selama di perjalan aku hanya fokus memikirkan, kenapa ya Ummah memanggilku, tak biasanya seperti ini.

"Yasudah mbak, saya tinggal ya, ummah ada di ruang tengah,"ucap Nurin ketika sampai di depan ndalem.

"Makasih ya dek, aku masuk dulu."

"Iya mbak," jawab Nurin sambil melangkah meninggalkanku disini.

"Assalammualaikum," salamku saat berada di depan pintu.

"Waalaikumussalam, nyari siapa?" ternyata yang menjawab salamku gus Rafa.

"Cari ummah gus," jawabku sambil menundukkan kepalaku.

"Masuk, ummah ada di ruang tengah,"ucapnya yang kembali fokus pada bacaannya.

"Nggeh gus," jawabku yang langsung masuk menuju tempat ummah berada.

"Assalammualaikum ummah," salamku sambil mencium tangannya takdzim.

"Waalaikumussalam, sini nduk duduk di atas," jawab beliau.
(Nduk=panggilan anak perempuan di jawa.)

"Mboten usah ummah, mriki mawon," jawabku menolak dengan halus, jika harus duduk di atas dengan beliau aku rasa kurang sopan.
(Mboten usah ummah, mriki mawon=Enggak usah ummah, disini saja)

"Jadi gini nduk, Fiha dulu pesen sama ummah, katanya dia milad minta pulang, tapi di jemput sama kamu nduk, nanti kamu bareng gus Rafa jemputnya, kalau mau, kalau enggak enggak apaa-apa nduk," beliau menjelaskan tujuan memanggilku kemari, dan apa tadi, dengan gus Rafa?kalau menolak pun tidak enak.

"Tapi ummah ... Kula kalihan gus Rafa mboten mahram, nanti kalau ada fitnah," jelasku dengan hati-hati.
(Kula kalihan gus Rafa mboten mahram=Saya sama gus Rafa bukan mahram.)

"Bukan berdua nduk, nanti ada Nadira yang ikut," beliau menjelaskan kalau ada Nadira, keponakan gus Rafa dari kakak pertamanya Ning Fidia.

"Nggeh ummah," jawabku memutuskan, meskipun masih ragu.

"Ya sudah, kamis depan ya nduk," ingat beliau.

"Nggeh ummah, ya sudah saya permisi ummah, assalammualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabaraktuh."

Saat aku akan melangkah keluar, suara gus Rafa membuatku spontan berbalik.

"Izin dulu kepada pengagum rahasia mu, jika akan pergi denganku," ucapnya yang langsung pergi.

"Pengagum rahasia? Kenapa dia bisa tahu?" gumamku dalam hati.

Sepanjang perjalanan menuju ke kamarku, aku masih memikirkan, kenapa dia bisa tahu kalau aku punya pengagum rahasia?

"Assalammualaikum," ucapku saat masuk kedalam kamar, yang ternyata Nayya dkk sudah kembali.

"Waalaikumussalam," jawab mereka bersamaan.

"Kamu darimana Ra?" tanya Freya.

"Dari ndalem, di panggil ummah,"jawabku.

"Oalah, ada apa emang?" tanya Nayya.

"Kamis nanti, di suruh ummah ikut gus Rafa jemput Ning Fiha di ponpes, bukan cuma berdua, sama ning Nadira juga,"jelasku yang tak ingin membuat mereka berfikiran negatif.

"Ohh, jemput ning Fiha," ucap Freya sambil menaik turunkan alisnya.

"Iya," jawabku sambil menganggukkan kepalaku.

"Jemput ning Fiha bonus pdkt," kata Nayya menggodaku.

"Jangan ngadi-ngadi kalian, udah ah aku mau keluar,"ucapku menghindar, sebelum aku habis di goda mereka.

"Ciee Haura salting cieee," ucap mereka bergantian, saat aku sudah keluar dari kamar.

Aku berjalan menyusuri jalan setapak di taman pondok, tempatnya asri, siapapun yang disini pasti akan betah. taman ini terdapat berbagai macam bunga, dua kolam ikan, dan tiga pondok untuk istirahat.

"Andai, boleh pindah kamar kesini," pikirku berandai-andai.

"Jelas itu tidak mungkin boleh mbak," ujar seseorang di belakangku, sebelumnya, aku belum penah melihatnya.

"Njenengan sinten?" tanyaku, takutnya hantu yang sedang gentayangan, konon katanya di desa sebelah ada laki-laki yang bunuh diri gara-gara gagal nikah. Memikirkannya saja membuatku merinding.

"Mbak belum kenal sama saya?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Belum," jawabku seadanya.

"Hehe ... , perkenalkan mbak, nama saya Rahman Naim, biasa di panggil ustadz Rahman, sekaligus pengagum rahasiamu," ucapnya, yang spontan membuatku terkejut.

"Pengagum rahasia?" tanyaku sekali lagi, siapa tahu salah dengar.

"Iya, pengagum rahasia," jawabnya mantap.

"Kenapa memilih menjadi pengagum rahasia saya? sedangkan disini masih banyak yang lebih cantik, lebih baik, lebih pintar dari saya yang hanya santri biasa, njenengan kan ustadz, pasti banyak ustadzah yang naksir njenengan."

"Saya tidak mencari yang cantik, pintar dan yang kamu sebutkan tadi, untuk banyak ustadzah yang suka sama saya, saya tidak peduli itu, tapi yang terpenting, hati saya berlabuh padamu."

"Bahkan saya baru mengenal ustadz tadi."

"Kau memang baru saja mengenalku, tapi aku sudah mengenalmu lama, bahkan namamu istimewa dalam doaku, dan maafkan aku, telah lancang memakai namamu tanpa seizinmu," ujarnya dengan senyuman manisnya, aku yang melihatnya langsung menundukkan kepala, ku akui dia memang tampan, tapi, untuk sekarang aku belum bisa membalasnya.

"Jika njenengan serius dengan saya, silahkan temui orang tua saya," ujarku, yang di tanggapi dengan anggukan mantap.

"Berikan alamat rumahmu, saya akan kesana saat liburan," jawabnya yang membuatku membelalakkan mata.

"Njenengan serius ustadz?" tanyaku sekali lagi.

"Serius Haura," jawab beliau mantap.

Saat kita sedang bergelut dengan pikiran masing-masing suara seseorang menginterupsi kita berdua.

"Berduaan dengan yang bukan mahram dapat menimbulkan fitnah, kurasa kalian berdua sudah mengetahui itu ..."

Tbc💗

Ada yang kepo suara siapa?😂

Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang