Bab 18

4.3K 351 26
                                    

Allah tidak akan memberikan cobaan, di luar batas kemampuan seorang hambanya.

--------

.........

--------

Happy reading.

Luluk mengambil tas dari belakang tempatnya berdiri lalu menentengnya, menunjukkan kepada semuanya.

Nayya yang melihatnya, sontak membelalakkan matanya, lalu menatap Haura yang sama-sama terkejut.

"Ada yang merasa memiliki tas ini?" tanya Luluk.

"Ra, itu tas kamu kok bisa ada di dia si?"tanya Nayya kepada Haura yang sama-sama terkejut.

"Aku juga nggak tahu Nay."

Semua santri berbisik-bisik, sambil sesekali menatap ke arah Haura tidak percaya.

"Ada yang memiliki tas ini?" tanya Luluk lagi.

Haura memberanikan diri mengangkat tangannya.

"Haura, silakan maju ke depan."

Haura melangkah menuju tempat yang Luluk katakan.

"Kamu kenapa mengambil kotak amal?"tanya Luluk dengan intonasi santai.

Haura mengambil nafas dalam, "Saya tidak merasa mengambil kotak tersebut, saya juga tidak mengetahui kenapa bisa ada di tas saya."

"MANA ADA MALING NGAKU!" sahut ustadzah Nasywa.

"Saya memang benar-benar tidak merasa mengambilnya ustadzah, saya memang belum di kasih kiriman abah dan ummi saya, tapi tidak pernah sedikitpun di kepala saya terlintas untuk mencuri."

"Halah, gausah sok polos deh. mana ada maling ngaku, kalau ada mah penjara rame."

"Ngapunten ustadzah, bisa diam dulu?" ucap gus Rafa.

Ustadzah Nasywa yang menengar ucapan gus Rafa langsung diam, lalu beringsut mundur.

"Selain bukti tas dan kotak amal ada di dalamnya, ada bukti yang lebih kuat?" tanya gus Rafa kepada keamanan.

"Mau bukti apalagi sih gus, sudah jelas-jelas kotak amalnya ada disitu," sahut ustadzah Nasywa.

"Ustadzah bisa diam tidak, saya sedang bertanya kepada keamanan, bukan njenengan!" suara gus Rafa naik satu oktaf.

Luluk menggeleng."Tidak ada gus."

Gus Rafa mengangguk. "Lalu apa yang membuatmu sangat yakin kalau Haura yang mengambil?"

"Kotak amal berada di dalam tas Haura apakah bukan bukti yang kuat gus?" tanya Luluk.

"Bisa saja, ada orang yang tidak suka dengan Haura, lalu menjebak Haura dengan itu?"

"Jangan suka su'udzon gus," sahut ustadzah Naswa.

"Saya hanya menebak ustadzah."

"Lalu ini bagaimana gus?" tanya Luluk.

"Saya minta ke kalian waktu tiga hari untuk mencari bukti yang lebih kuat, hanya bukti seperti ini saya masih kurang percaya," ucap gus Rafa.

"Baik gus, tapi jika setelah tiga hari tidak menemukan bukti bagaimana?"

Gus Rafa menatap ke arah Haura yang sedang menunduk, bahunya terlihat bergetar, dia sedang menangis. "Silakan lakukan takdziran."

Luluk mengangguk, "Untuk semuanya silakan kembali ke dalam kamar masing-masing, untuk perhatiannya saya ucapkan terimakasih. wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Gabisaa buat konflik hiks😭

Jangan lupaaa votement nya😎

Haura Pesantren [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang