Aku memutar knop pintu kamar milik Jisoo Unnie. Kulihat dia sedang terbaring diatas tempat tidur dengan mata tertutup.
Satu hari sudah berlalu tapi sepertinya dia belum pulih. Aku menghampirinya, duduk dipinggiran ranjang seraya menempelkan telapak tanganku dikeningnya. Demamnya sudah turun.
Tanganku beralih mengelus pipinya dengan lembut, sebuah senyuman tanpa kusadari terpancar dibibirku. Aku sangat senang akhirnya aku dan Jisoo unnie sudah berbaikkan.
Kini tinggal urusan kami dengan Lisa. Jujur dari awal aku bingung dengan sikap Lisa. Dia berubah dratis, dia seperti bukan Lisa yang kami kenal. Aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Lisa akhir- akhir ini, itu sebabnya dia berubah.
"Sudah pulang?"
Suara itu menyadarkanku dari lamunanku. Kulihat Jisoo Unnie sedang mengerjap-ngerjapkan matanya. Aku mengangguk dan tersenyum padanya sebagai balasan
Setelah pertengkaran tadi siang aku, rose dan Lisa dipanggil ke ruangan Manager Oppa sementara Jisoo Unnie yang masih sakit dibiarkan didorm.
"Apa masih pusing?" tanyaku, dia menggeleng dengan cepat kemudian dia bergerak mengubah posisinya menjadi duduk. Aku membantunya untuk bersandar pada kepala ranjang.
"Bagaimana dengan masalah tadi?" Aku menggeleng lemah dan menghela nafas kasar.
"Lisa tidak mau bicara, dia terus saja diam"
"Gwaenchanna, mungkin dia masih belum siap untuk mengatakan alasan dia berubah. Untuk saat ini biarkan dia sendiri dulu. Dia pasti punya alasan terbaik untuk tidak mengatakan hal tersebut" Jisoo Unnie tersenyum seraya mengambil tanganku kemudian dia genggam dan dia elus dengan lembut. Aku sangat merindukan perlakuannya ini.
"Sudah makan malam?"
"uhum, bubur yang kau buatkan sebelum pergi tadi"
"Sudah minum obat?"
"Sudah" Aku tersenyum mendengar jawabannya. Dia benar-benar penurut.
"Bagaimana denganmu?" Tanya seraya mencium punggung tanganku yang membuatku lagi-lagi tersenyum mendapatkan perlakuan manis darinya.
"Sudah, sebelum pulang Manager Oppa mengajak kami makan dulu tadi" dia mengangguk dan tersenyum, merasa puas akan jawabanku.
"Boo.." Panggilku dengan nada manja membuat Jisoo Unnie mengerutkan keningnya bingung.
"Bogoshipo.. Boleh aku memelukmu?" Aku bertanya padanya sebelum aku berhambur ke pelukannya, bagaimanapun aku harus bertanya terlebih dahulu padanya apalagi sudah lama aku dan Jisoo unnie tidak berpelukan semenjak kejadian salah paham itu.
"Kenapa harus bertanya Dear? Kau bebas memelukku kapanpun kau mau" Jawabnya Merentangkan kedua tangannya seraya tersenyum.
Ya Tuhan.. Kenapa dia hobi sekali tersenyum? Hatiku jadi tidak karuan melihat senyumannya itu.
Aku memajukan tubuhku masuk kedalam pelukannya, dia dengan senang hati menerima pelukanku dengan hangat.
Kami berdua berpelukkan dengan sangat erat, menghirup aroma dari masing-masing yang begitu kami rindukan.
"Aku merindukanmu, sungguh" bisikku yang masih menikmati aroma tubuhnya. Dia terkekeh sebentar sebelum akhirnya melepaskan pelukan kami.
Aku mengerucutkan bibirku kesal, aku benar-benar masih merindukannya tapi kenapa dia melepaskan pelukan kami?
"Aku jauh lebih merindukanmu" Ucapnya dengan suara yang sedikit serak. Suara itu ntah kenapa membuatku menjadi kepanasan. Bagiku suara itu terdengar sangat seksi dan aku sangat menyukai suara itu.