Jisoo, Jennie, Minsung dan Hayul kini berada disebuah Taman yang tak jauh dari rumah Orangtua Jisoo. Setelah meminta izin kepada Kakak Jisoo untuk membawa Ponakan mereka keluar, Mungkin Taman ini sangat cocok untuk menikmati sore.
Taman yang tidak terlalu ramai ini membuat mereka merasa nyaman, Apalagi disini tidak takut ada Paparazzi jadi Sangat Leluasa bagi Jisoo dan Jennie untuk beraktivitas.
Jennie duduk disalah satu Kursi Taman dengan Hayul dipangkuannya sementara Jisoo dan Minsung sedang kejar-kejaran tak jauh dari sana. Sayang sekali Minjung tidak mau ikut, pasti akan ramai dan seru jika Minjung mau ikut.
Jisoo menghampiri Jennie dan Hayul untuk beristirahat, dia sedikit terengah-engah akibat berlarian. Sedangkan Minsung melanjutkan bermain dengan anak-anak yang berada disitu. Ntah sejak kapan dia mendapatkan seorang teman.
“Menyenangkankah?” Tanya Jennie, Jisoo mengangguk semangat.
“Sudah lama rasanya tidak seperti ini” Jisoo tersenyum seraya menatap Langit, bayangan akan dirinya yang dulu terlintas. Dimana dia bebas kemanapun tanpa harus menyamar.
Sekilas dia berfikir jika dia ingin seperti dulu lagi, ingin menjadi Jisoo dimana orang-orang belum mengenalnya atau bahkan tidak mengenalnya tapi dia juga tidak bisa meninggalkan dunianya yang sekarang, Dunia dimana nama Jisoo terkenal hampir diseluruh dunia dan Jangan lupakan soal Jennie. Jika saja Jisoo tidak mengambil jalan untuk menggapai keinginannya mungkin dia tidak akan pernah kenal dengan Jennie, dia tidak akan menjalin hubungan dengan Jennie dan tidak akan pernah merasakan kebahagiaan karena telah memiliki Jennie.
“Mau Ice Cream?” tanya Jisoo, Jennie mengangguk. Tak perlu pikir panjang Jisoo pun pergi mencari kedai Ice Cream terdekat.
Jennie terus menciumi pipi Chubby Hayul. Rasanya dia tidak pernah puas mencium bayi itu sekali saja apalagi yang dicium tidak merasa terganggu sama sekali yang membuat Jennie semakin gemas ingin menggigit pipi itu. Sesekali matanya melihat kearah Minsung yang sedang bermain. Dia benar-benar mengawasi Minsung layaknya seorang Ibu.
“Boleh aku duduk disini?” Suara itu sedikit mengejutkan Jennie, dia menoleh kearah sumber suara tersebut yang mendapati seorang Nenek-nenek sedang berdiri menatapnya.
Jennie sedikit ragu untuk memperbolehkan Nenek tersebut untuk duduk tapi kemudian dia mengangguk. Nenek itu tersenyum lalu duduk disamping Jennie.
“Dia mirip sekali denganmu” Jennie kembali menatap ke nenek tersebut, bingung dengan siapa yang dimaksud mirip dirinya karena dia juga tadinya mengawasi Minsung disana.
“Nde Haelmoni?”
“Putrimu, dia sangat menggemaskan” Nenek itu tersenyum seraya menatap Hayul sementara Jennie sedikit terkejut mendengar kata ‘putrimu’. Sepertinya Nenek itu tidak mengenal Jennie. Tapi syukurlah, setidaknya dia tidak perlu capek-capek menghadapi pertanyaan dari orang yang mengenalnya.
“Haelmoni, dia bu-“ Belum sempat Jennie menyelesaikan ucapannya. Haelmoni itu malah memotongnya.
“Dia Anugerah terindah yang Tuhan berikan, jagalah baik-baik. Dunia ini sangat kejam. Kita tidak tau akan yang terjadi nantinya, ntah itu sebuah kebahagian, kesedihan maupun kesusahan. Hanya tuhan yang tau akan semua itu tapi kenapa kita sebagai manusia tidak mau menjadikan hal itu sebagai Acuan kita untuk tetap bersyukur? Diberikan seorang anak tapi malah menghilangkan nyawa malaikat kecil yang tak berdosa itu? Kenapa? Karena mereka yang seperti itu merupakan orang yang tidak pernah bersyukur. Jika memang mereka sudah tau konsekuensinya akan tumbuh seorang bayi, kenapa mereka melakukannya?”
Jennie terdiam mendengar ucapan Nenek tersebut, dia bahkan tidak tau nenek itu sedang membicarakan siapa sekarang.
“Terkadang hidup ini tidak adil, kenapa orang jahat diberikan seorang malaikat kecil sedangkan orang baik sebagian besar sangat sulit untuk memiliki malaikat kecil itu, tak jarang mereka menghabiskan begitu banyak biaya dan berusaha serta berdoa hanya untuk menantikan hal itu. Jadi jagalah Putrimu baik-baik, Kau sudah mendapatkannya dan kau harus bersyukur dengan adanya dirinya”