Aku membuka mataku saat kudengar suara Alarm yang begitu keras. Aku segera mematikan alarm itu, setelah itu aku berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Minum secangkir kopi panas mungkin dapat menyegarkan pagi ini.
“Sudah bangun?” Aku sedikit dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba itu, pasalnya sedari tadi tampak sepi. Kupikir yang lain belum bangun tapi ternyata Jennie sudah berada disini. Memang kami tidak tidur dikamar yang sama tadi malam jadi wajar aku tidak tau dia sudah bangun atau belum.
“Um, dimana yang lain? Belum bangun?” tanyaku seraya mengambil gelas dan mulai membuat kopi sementara Jennie kini sedang berkutat didepan kompor. Ntah apa yang sedang dia masak tapi apapun itu pasti rasanya akan sangat lezat.
“belum, mungkin karena waktunya diundur menjadi pukul delapan makanya mereka belum bangun sepagi ini” Aku mengangguk dan berjalan menuju kursi di pantry. Menontonnya memasak seraya menyeruput secangkir kopi merupakan hobiku sekarang jika kami diwaktu senggang seperti ini.
“kenapa diundur?”
“Molla. Tapi Ji, menurutmu siapa yang akan menjadi CEO kita nantinya?” tanyanya yang masih sibuk dengan teplon itu, bukankah dia terlihat seperti seorang istri sekaligus ibu rumah tangga sekarang? Dia seorang idol tapi dia rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk memasak.. Kalau aku sih mending pesan makanan saja lebih hemat dah praktis kkk~
“Siapapun CEO nya yang pasti memiliki saham paling tinggi di YG” jawabku seraya menyeruput kopiku kembali.
“siapapun itu, kuharap bukan Kwajangnim yang naik jabatan menjadi seorang CEO. Tamat sudah riwayat kita jika dia benar-benar menjadi pemegang saham YG Entertainment” Aku sedikit terkekeh mendengar ucapannya. Dia begitu membenci Manager Public YG Entertaintment.
Memang sih ditahun 2018 Kwajangnim sempat membuat aku dan Jennie menjadi renggang tapi bukankah tujuannya baik? Mungkin dia melakukan itu hanya ingin aku dan Jennie fokus dengan Blackpink tanpa mencampuri hubungan asmara kami dengan pekerjaan. aku selalu berfikir positif dan mengatakan pada Jennie untuk mengambil sisi baik dari perlakuan Kwajangnim yang mungkin bermakna penting bagi kami tapi Jennie yang sangat keras kepala tetap menyalahkan Kwajangnim dalam hal apapun.
“Ji.. kau mendengarkanku tidak sih?” dia terlihat sangat kesal saat aku tidak menjawab perkataannya. Aku tersenyum melihat wajah kesalnya, demi apa. Aku sangat menyukai wajah kesalnya itu, terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
Aku berjalan menghampirinya kemudian dengan sigap kukecup bibirnya, tidak. Bukan hanya kecupan tapi aku melumat bibirnya dengan lembut untuk menghilangkan rasa kesalnya.
“Yah, kau memasukkan Kopi kedalam mulutku?” Ucapnya mengakhiri ciuman kami, aku mengangguk dan tersenyum.
“Iiss, tertelan olehku bodoh” Kesalnya seraya meminum segelas air putih, aku kembali terkekeh melihat ekspresinya. Dia sering menjailiku dengan menyelipkan mangga disela ciuman kami tapi sekarang giliran aku yang berbagi kopi dia terlihat kesal. Oh ya ampun, Jennie Kim tidak pernah salah. Dia selalu benar Ck!
“Jika tidak tertelan maksudmu kopinya akan membuat kubangan didalam mulutmu begitu” tanyaku, tanganku sudah memeluk pinggangnya erat. Tatapan kami bertemu. Dia masih kesal kkk~ dasar pemarah.
“Cium aku”
“Eh?” Aku terkejut mendengar ucapannya, mungkinkah aku salah dengar?