Kakiku bergerak mengikuti Treadmill yang kugunakan. Kecepatannya sedikit diatas kecepatan normal namun sepertinya kakiku tidak merasakan lelah sedikitpun.Ucapan Jennie tadi benar-benar terngiang-ngiang dikepalaku, aku tidak bisa berhenti memikirkan ucapan itu.
Dia benar, aku lah yang egois disini. tanpa mau mendengarkan penjelasannya, aku malah marah padanya dan parahnya aku memutuskan dia hanya karena kecemburanku yang berlebihan ini.
Maafkan aku Jennie-ah. Aku salah..
“Jangan melampiaskan kekesalan dengan benda mati, jika kau sudah sadar maka kau akan merasakan sakit yang teramat sangat nanti”
Sebuah suara yang begitu familiar terdengar saat aku ingin menambah kecepatan pada Treadmill itu. Aku menolehkan wajahku kearah samping, menatap Seulgi yang sedang berjalan diatas Treadmill dengan santai. Matanya menatap kearahku dan aku langsung melihat kearah lain.
“Kau masih belum meredam?”
Kuturunkan kecepatan Treadmill itu menjadi kecepatan pelan kemudian mengehela nafas panjang sebelum membalas ucapannya.
“Sedang apa kau disini? saat ini aku ingin sendiri” Ucapku tanpa menatap wajahnya dan fokus menatap kearah depan. Walaupun dia sedang menaiki Treadmill tapi aku tau tujuan dia kesini bukanlah untuk nge-Gym tapi untuk berbicara denganku.
“Berhenti keras kepala Jisoo-ah, apa kau tidak melihat bagaimana tersiksanya Jennie karena masalah ini?” tanganku mematikan alat Treadmill tersebut dan diam sejenak.
“Bagaimana tersiksanya dia? Lalu bagaimana denganku? Aku jauh lebih tersiksa darinya tapi kenapa kalian semua menyalahkanku?!”
“Tidak ada yang menyalahkanmu Jisoo-ah. tapi ada baiknya masalah ini dibicarakan dengan baik-baik, jangan hanya diam. Diam tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah, kau tau itu”
Aku turun dari Treadmill dan berjalan mengambil handuk. Mengelap wajah dan leherku yang sudah dipenuhi oleh kringat dan meminum sebotol air mineral tanpa membalas ucapan Seulgi.
“Kita pernah berkata kan jika salah satu dari kita menyakiti pasangan kita maka kita harus siap dihajar? Ayo hajar aku seulgi-ah, hajar aku sampai aku tidak bisa merasakan sakit ini lagi” tanganku mengambil tangannya untuk memukul wajahku namun dia menahannya dan menepis tanganku dengan kasar.
“Berhenti bertindak seperti anak kecil Jisoo-ah. kau sudah dewasa jadi berhenti merengek! Temui Jennie sekarang dan selamatkan hubunganmu sebelum hubunganmu benar-benar akan berakhir nantinya” Aku tersenyum miring.
“Nyatanya hubungan kami sudah berakhir” ucapku melemah yang membuatnya terduduk dilantai, begitu Syok mendengar penuturanku. Lalu kami pun terdiam dengan pikiran masing-masing.
“Apa Kau sudah gila Kim Jisoo!!! Kemana perginya Jisoo yang dulu?! Kenapa kau terlihat begitu lemah? Wake Up Jisoo-ah. berakhirnya hubungan bukanlah akhir dari segalanya, kau masih bisa membawanya kembali padamu karena kalian berdua masih sama-sama saling mencintai. Minta maaflah padanya dan dengarkan penjelasannya maka Jennie mungkin akan menerimamu kembali”
Aku masih diam mendengar ucapan Seulgi, mencoba merenungi setiap kata yang dia ucapkan. Mungkin yang dikatakannya ada benarnya, berakhirnya hubunganku dengan Jennie bukanlah akhir dari segalanya karena kami berdua masih saling mencintai.