BUGH!!
Tanganku memukul keras stir mobil saat ingatan tentang Lisa yang menghampiri Jennie tadi terus berputar dikepalaku. Emosiku meluap-luap membayangkan kebodohanku yang menyuruh Jennie untuk menjauh. Tidak seharusnya aku mengatakan hal itu disaat aku juga tidak menginginkannya.
Memang bodoh kau Kim Jisoo, sangat bodoh. Sekarang kau tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi karena Lisa sudah satu langkah didepanmu. Selamat menikmati rasa sakitmu sendirian Kim Jisoo.
“Aaaarrrrggghhhh” Aku mengantuk-antukkan kepalaku pada stir mobil dengan keras. Sakit mungkin tapi tidak sebanding dengan rasa sakit dihatiku. Aku sangat menyesal. Harusnya aku membali memeluknya, mencium bibirnya dan mengatakan maaf karena telah membuatnya menangis. Seharusnya itu yang kulakukan bukan malah semakin memperburuk suasana seperti ini.
Ddddrrrtttt….
Ddddrrrtttt….
Ddddrrrtttt….
Ponselku bergetar menandakan ada panggilan masuk, aku merogoh saku ku kemudian melihat nama Rose dilayar ponselku. Tanpa pikir panjang aku langsung menggeser tombol hijau dilayar ponselku.
“Nde Rose?”
“-------------------““Aku diparkiran”
“---------------------------“
“Eh? nde arraseo. Aku akan segera kesana”
Panggilan berakhir setelah aku mengatakan akan segera kesana. Jujur aku sangat khawatir sekarang. Kata Rose dia menemukan Jennie pingsan didepan lift dan belum sadarkan diri. Aku harus segera kesana. Aku takut terjadi sesuatu padanya.
Aku keluar dari Mobil dengan cepat kemudian setengah berlari untuk meninggalkan Parkiran.
“Kau punya nyali untuk pulang setelah melukai hati Jennie Unnie?”
Langkahku terhenti saat mendengar sebuah suara. Dapat kulihat Lisa berdiri didepan salah satu mobil seraya menyilangkan tangannya dan menatapku sinis.
Aku menghela nafas, malas meladeni Lisa yang mungkin bisa membuat emosi kembali meluap-luap. Untuk saat ini tidak ada yang penting selain aku menemui Jennie dan mengetahui keadaannya.
“Muka tembok sekali. Jika aku jadi dirimu mungkin aku tidak akan pernah kembali karena telah melakukan kebodohan yang membuat semuanya hancur” Aku kembali berusah meredam amarahku lalu berjalan pergi.
“Kau mengabaikan ucapanku karena kau tidak berani atau kau memang bodoh?” Aku terus berjalan dan mengabaikan ucapannya.
“Tapi syukurlah, sekarang kau dan Jennie Unnie sudah putus jadi aku bisa mendekati Jennie Unnie” Aku masih terus berjalan menjauh walaupun ucapannya masih terdengar.
“Aku bisa mencium bibirnya dan yang paling penting aku bisa berhubungan intim dengannya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sexy nya Jennie Unnie saat diatas ranjang” Aku berhenti kemudian berbalik menghampirinya. habis sudah kesabaranku mendengar ucapan Lisa.
PLAK!!
Satu tamparan keras aku daratkan di pipinya sehingga membuatnya sedikit terhuyung. Tatapan membunuh aku pancarkan saat melihat bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Apa dia senang sekarang? Senang setelah melecehkan Jennie melalui perkataannya?