Ketika hadirku hanya bayangan semu, aku memilih pergi. Melupakan semua hal yang pernah terjadi.
~ Aluna Camelia~
Pada akhirnya, ketika perjuangan tidak mendapati kebahagiaan. Dia memilih pergi, jauh dari rasa sakit yang diterimanya. Tidak ada alasan lagi untuknya bertahan. Yang diperjuangkan malah menjadi perusak untuk dirinya. Miris, memikirkan kenyataan. Biarlah perjuangannya sia-sia. Tidak mengapa karena tuhan masih memberi tempat untuknya. Dimana orang tersayangnya selalu menunggu dan menerimanya dengan sepenuh hati. Kali ini Aluna memilih pergi dari kesakitannya. Meninggalkan luka dan pilu yang semakin hari merusaknya.
Dalam beberapa hari ini dia tidak keluar. Traumanya kembali muncul, dan dia memilih sendirian. Merasakan rasa sakit yang amat sangat dalam. Dan kini, Aluna pun telah sadar tidak ada yang bisa diharapkan dengan menetap disini dan tidak ada yang bisa menolongnya. Seseorang yang dia harapkan menjadi pahlawan nyatanya menghancurkannya dengan amat kejamnya. Dan kini menjadi mimpi buruknya.
Dan disinilah sekarang ditemani kedua sahabatku Lexa dan Gabryl yang menangis sesugukan karena Aluna akan pergi meninggalkan mereka. Aluna tidak sanggup lagi dikota ini. Dan dia memilih pergi melanjutkan hidup bersama mereka yang menyayanginya.
" udah jangan nangis lagi, kita masih bisa telponan kok" ucap Aluna ttersenyum. Menguatkan dirinya agar ia tidak menangis.
"maafin kita Na karena ga ada disisi lo, seandainya kami ada pasti Alka ga nyalahin lo. Dan lo ga akan pergi huhu"ucap Lexa tersendat
"iya. Ini salah kita. Jangan pergi Na. jangan ninggalin kami" Gabryl berucap sembari menghapus air matanya
"Ini bukan salah kalian. Gak ada yang salah. Alka bener gue itu pembunuh" ucap Luna gemetar menahan tangis.
Lexa dan Gabryl memeluk Aluna erat."ini bukan salah lo Lun!! Itu musibah. Ga ada anak yang mau mamanya meninggal. ini Emang udah takdirnya gitu"
"gue harap dengan lo pergi, disana lo bisa nyembuhin luka lo. Kembalilah saat lo udah mampu menghadapi. Kalo emang lo ngga sanggup pulang kesini, gapapa Lun biar kami kesana. Gue mau lo bahagia Lun" ucap Gabryl yang diangguki Lexa,
"makasih selalu ada buat gue. Dan ya gue akan bahagia" ucap Aluna tersenyum. "gue pergi dulu ya, pesawat nya udah mau berangkat. Sekali lagi terimakasih. Gue bakalan kangen banget sama kalian" Aluna memeluk mereka sekali lagi yang dibalas dengan pelukan erat Lexa dan Gabryl.
Aluna berjalan pelan melambaikan tangannya kepada dua sahabatnya yang selalu menemani dirinya. Tidak ada sang papa yang mengantarnya karena dia pergi tanpa mengabarinya. Tidak masalah untuknya. Dia sudah terbiasa diabaikan. Pada akhirnya dia memilih pergi dari kesakitannya, meninggalkan semua rasa sakit dan kenangan buruknya. Memandang keluar jendela pesawat. Aluna memejamkan mata. Selamat tinggal Jakarta. Selamat tinggal papa. Dan selamat tinggal Alka.
***
Liburan telah usai. Sudah saatnya para pelajar menghadapi kenyataan hidup. Begitu pula dengan Alka. Semenjak kejadian itu, Aluna tidak lagi menghubunginya. Dia tau dia sangat salah. Menyalahkan tanpa mau mendengar penjelasan dari Aluna. Alka hanya panic melihat seseorang hampir mati karena Aluna. Bukannya dia menyukai Amel, namun dia tidak mau Aluna terkena masalah. karena hal itu dia mengeluarkan kata yang begitu kejam. Teramat kejam. Dan hari ini dia berencana menemui Aluna untuk meminta maaf. Dia juga ingin mengetahui kejadian sebenarnya dari Aluna. Bukan berarti dia tidak percaya kepada Amel, namun dia hanya ingin mendengarkan penjelasan Aluna tentang kejadian kemarin.
Alka memasuki kelas menuju mejanya. Namun kali ini berbeda, tidak ada apapun diatas mejanya. Biasanya akan ada roti dan susu kesukaannya. Menghela nafas dia mengalihkan pandangan kesekitarnya melihat sahabatnya yang mengabaikannya. Sahabatnya menyalahkannya atas kejadian yang terjadi, mereka menyayangkan sifat Alka yang begitu kejamnya menyebut Aluna pembunuh di hadapan semua orang.
Mengabaikan perasaan bersalahnya dia mengambil buku dan membacanya. Namun konsentrasinya buyar karena terjadi kegaduhan diluar.
"mana si Alka kaparat itu!! Gue mau buat perhitungan sama dia" teriak Lexa di depan kelas Alka
Melihat Lexa yang menyebut namanya. Bergegas ia pergi keluar diikuti sahabatnya yang ternyata penasaran. Mereka melihat Gabryl dan Lexa yang memandangnya dengan tatapan permusuhan.
Alka bersikap tenang dan bertanya " kenapa lo cari gue?"
Lexa dan Gabryl mendengus melihat Alka dengan penuh kebencian " Puas lo sekarang? Puas udah bikin sahabat gue ninggalin gue" Ujar Lexa
"maksud lo apa?". Alka berusaha tenang walaupun pikirannya mulai berkelana.
"Aluna pergi. Dia kembali depresi dan mencoba bunuh diri setelah sekian lama luka yang dipendamnya mencuat keatas. Dan itu semua karna lo. Selamat Alka. Selamat. karena sekarang gak akan ada yang gangguin lo lagi. Itu kan yang lo mau? " ucap Gabryl sarkas
Lexa melemparkan kotak yang dibawanya ke arah Alka. Namun Alka tidak menangkapnya dia masih terkejut dengan fakta yang diterimanya. " itu semua barang yang diambil Aluna dari lo. Dia gak sudi nyimpen barang dari penjahat kayak lo. Oh iya, Aluna juga bilang ke gue saat lo ngatain dan nyalahin Aluna. Dia bilang gak ada lagi rasa cinta buat lo" ujar Lexa penuh penekanan. Sedangkan Alka hanya diam hatinya merasa sakit mendengar pernyataan itu.
Alexa memandang sekitarnya. Melangkah menarik seeorang yang akan menjadi saksi kejadian sebenarnya "jelasin ke mereka semua kejadian sebenarnya. Kalo lo gak mau gue bakalan buat lo keluar dari sekolah" seru Lexa membuat indah yang ketakutan menjelaskan kejadian sebenarnya. Mulai dari dia yang disuruh memanggil Aluna. Sampai dimana Amel yang mau mendorong Aluna kejurang. Namun naasnya, malah Amel yang jatuh dan membuat pernyataan bohong ke Aluna dihadapan semuanya.
Semua siswa yang mendengarnya terkesiap. Mereka tidak menyangka dibalik wajah polosnya Amel tidak lebih dari seorang monster. Alka mengepalkan tangannya. Dia merasa benci terhadap dirinya sendiri. Seandainya dia mendengarkan penjelasan Aluna. Seandainya dia tidak bertindak gegabah. Maka Aluna tidak akan pergi.
" Kalian semua gak lebih dari seorang pengecut. Sahabat gue dia itu orang baik dan kalian malah menghakiminya seakan kalian adalah tuhan yang tahu segalanya. Tapi terimakasih, setidaknya dengan kejadian ini Aluna gak bakal lagi kesusahan dengan ngejar lo yang kayak sampah" ucap Lexa tergugu menahan tangisnya.
Fakta yang diterimanya secara bertubi membuat Alka merasa godam besar di dadanya. Setelah lama Alka berdiam diri dengan susah payah dia mengeluarkan suaranya " Aluna dimana?"
Gabryl berdecih benci kenapa Aluna harus cinta terhadap sampah ini " kenapa? Mau mintaa maaf. Tapi sorry ya gue ga bakalan pernah mau ngasih tau keberadaan dia. Jadi sekarang nikmati rasa bersalah lo" ujar Gabryl. Mereka pun pergi meninggalkan Alka yang termenung.
Vero menepuk pundak Alka dan berucap" Gimana Al? sakitkan. Klo ini aja lo sakit apalagi Aluna yang lo katain PEMBUNUH. Gak ada seorang anak yang mau orang tuanya meninggal. Selamat ya Al. gue turut bahagia dengan perginya Aluna dari lo." Vero , Ferdi, Radit pergi meninggalkan Alka.
" Terkadang kita mesti kehilangan dulu, baru kita tahu perasaan kita sebenarnya. Selamat ya Al. lo udah bikin Aluna depresi". Kevin meninggalkan Alka setelah mengucapkan kata menusuk. Mereka sahabat Alka bukannya tidak peduli terhadap Alka. Namun mereka hanya ingin Alka bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya
****
Realitanya mereka yang akan tersakiti memilih pergi. bukan kalah, namun mereka sudah lelah untuk berjuang. Luka hati memang membekas, tapi kesakitan terlalu sulit untuk diperlihatkan.
~ yang pernah berjuang~
#janganlupavotedankomen
05 februari 2021
salam
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't Have You
ChickLitAku terus menerus berjuang mengejarmu. Lelah. Tapi bagiku itu tidak ada apa apanya. Bukankah kesulitan selalu diiringi kebahagiaan. Mungkin disinilah aku yang mengejarmu lanyaknya kau pencuri. Namun aku selalu berharap agar kamu melihat kearahku. Se...