Happy Reading!!
Nyatanya tidak semua kebenaran bisa terungkap didepan mata. Tidak semua kebaikan bisa diperlihatkan dan tidak semua kasih sayang bisa di utarakan.
~ Aluna Camelia~
Aluna, Gabryl dan Lexa sekarang jarang berkumpul bersama karena sebentar lagi ujian akhir semester akan dilaksanakan. Bukan karena Aluna yang sibuk. Tapi faktanya orang tua Lexa dan Gabryl memaksa mereka berdua untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka dan mereka dipaksa untuk rajin membuat segala macam tugas yang ketinggalan lebih tepatnya tugas yang tidak pernah dikerjakan.
Aluna hanya tersenyum miris, mengingat tidak ada yang menyuruhnya untuk belajar. Terkadang ia merasa iri dengan kedua temannya. Setiap ada masalah mereka punya tempat untuk mengadu. Memang sekarang ia Cuma punya papanya. Namun untuk apa ada jika tak ada sedikitpun perhatian dan kasih sayang terhadapnya.
Aluna duduk meringkuk dibalkon dengan lampu menerawang. Memejamkan matanya membiarkan angin malam mengusap wajahnya. Dia menikmati cahaya bulan yang malam ini berbentuk sabit. Sinarnya redup, tapi sangat indah untuk di pandang. Dia menikmati kesendiriannya. Sungguh ia sudah terbiasa. Terbiasa diabaikan. Terlalu biasa untuk merasakan kesepian.
Aluna menerawang jauh. Betapa indahnya kehidupannya dahulu. Tidak seperti sekarang penuh kehampaan dan kesepian. Aluna meniup telapak tangannya karena rasa dingin seakan menembus tulang. Dirasanya angin malam yang semakin kencang, dia memutuskan kembali kedalam kamar. Memilih membaringkan tubuhnya diatas kasur.
Disaat Aluna hendak berbaring, dia mendengar suara handphone nya berbunyi. Panggilan dari luar negeri. Melihat nama yang tertera membuat Aluna memekik senang. Nenek yang berada di Jerman meneleponnya.
" Yaaa halo disini dengan orang sibuk". Ucap Aluna jahil. Mendengar dengusan geli diseberang Aluna menahan senyum.
" Orang sibuk tapi masih sempet nonton drama korea". Sahut neneknya dengan tawa geli diseberang.
Aluna tertawa geli. Masih inget aja neneknya tentang kebiasaanya nonton drakor. Menghela nafas panjang, dia pun bertanya" Nenek apa kabar?"
" Alhamdulillah nenek baik, kamu gimana? Nenek dapat laporan kalo kemarin kamu sakit" Tanya neneknya.
" Hmm, Luna udah sembuh nek. Jangan terlalu dipikirin, Luna bisa jaga diri kok" jawab Aluna. Dia menggigit bibirnya resah, Aluna tau neneknya selalu mengawasinya walaupun dari jauh.
" Syukurlah kalo gitu. Kalo ada apa-apa kamu jangan lupa hubungi nenek ya!. Nenek nggak tenang kamu sendirian disana''.
" Kan disini ada papa nek. Luna ngak sendirian kok". Ujar Aluna dengan nada ceria mencoba menyembunyikan kesakitan yang dia rasa.
" Nggak usah bohong sama nenek. Nenek tau semuanya. Nenek tau semua sikap papa kamu terhadap kamu disana. Jadi jangan pernah bohong sama nenek. Walaupun nenek dan kakek nggak ada di sisi kamu tapi kami selalu awasin kamu dari jauh sayang. Luna nggak usah merasa sendirian. Sekalipun papa kamu nggak perhatiin kamu, masih ada nenek dan kakek disini. Kami sayang sama kamu. Kamu cucu satu-satunya yang nenek punya. Cucu kesayangan nenek dan kakek." Ujar nenek,
Aluna mendengar tangisan neneknya diseberang. Ia mencoba menahan air matanya agar tidak keluar.
"Nenek nggak usah nangis. Luna baik-baik aja disini." Ucap Aluna serak.
Aluna mendengar suara kakeknya diseberang. Kakeknya mencoba menenangkan neneknya yang sedang menangis.
"Halo nak, ini cucu kakek kan?". Tanya kakeknya
" Iya kek, ini Luna cucunya kakek" menghela nafasnya pelan dan berucap " Kek, Aluna kangen sama kakek sama nenek"
" Kakek juga kangen sama Luna. Maafin kakek sama nenek yang nggak bisa jenguk kamu. Kakek dan nenek udah cukup tua untuk berpergian". Ucap kakeknya dengan nada sedih. Memang sudah dua tahun kakek dan neneknya tidak lagi pergi keluar negeri. Kakeknya pun cukup sibuk dengan perusahaannya yang bergerak di bidang resort, perhotelan dan otomotif. Semakin hari usaha kakeknya disana semakin maju.
" Aluna ngerti kek."
"Luna" panggil kakeknya diseberang.
"iya kek" jawab Aluna
"Tinggal sama kakek ya!. Kamu pindah ke Jerman aja, tinggal sama kakek, nenek disini. Nenek juga ngeharapin kamu tinggal disini. Kamu nggak bakalan kesepian lagi disini. Ada kami nak disini yang sayang sama kamu".
"Maafin Luna kek. Untuk sekarang Aluna masih ingin disini. Apalagi Aluna mau ujian kenaikan kelas kek". Jawab Aluna.
Aluna mendengar kakeknya menghela nafas." Soal sekolah biar kakek yang urus. Luna Cuma perlu bilang iya. Semua hal biar kakek yang urus. Kamu mau kan sayang?". Tanya kakeknya berusaha membujuk Aluna. Karena kakeknya tau Aluna tipe keras kepala seperti Almarhum anaknya. Fisiknya pun sangatlah mirip seperti ibunya hanya mata yang menurun dari papanya.
" Maafin Aluna kek, sekarang Aluna belum siap". Cicit Aluna pelan. Aluna tau kakeknya pasti kecewa dengan keputusannya.
Kakeknya mendesah kecewa diseberang. " Oke, gapapa. Untuk sekarang kakek bisa terima. Luna pikirin dulu baik-baik. Kalo kamu udah yakin mau tinggal sama kakek di sini, kamu tinggal hubungi kakek. Kakek akan selalu ada buat kamu" ujar kakeknya.
"Iya kek Aluna ngerti. Udah dulu ya kek Aluna udah ngantuk nih. Salam sayang buat nenek". Aluna berpura-pura menguap agar menghentikan pembicaraan ini.
" Iya nanti kakek sampaikan. Have a nice dream princes nya kakek" ucap kakeknya. Aluna langsung mematikan teleponnya. Dia menghela nafas.
Memikirkan ucapan kakeknya tadi membuat ia merasa bimbang. Apa ia akan tetap tinggal disini dengan kesepian yang mendera setiap saat atau pergi ke Jerman tempat dimana ibunya dilahirkan. Ada kakek dan neneknya disana yang sanggup memberi kasih sayang kepadanya. Disatu sisi ia tidak sanggup untuk meninggalkan sahabatnya Lexa dan Gabryl. Apalagi sekarang Alka telah sedikit berubah terhadapnya. Jika dia menyerah, maka rugi segala pengorbananya selama ini.
Aluna menggeleng kepalanya pelan. Memikirkannya Cuma bikin Aluna sakit kepala. Biarlah semua seperti air mengalir. Dia hanya mencoba untuk mengikutinya. Mematikan lampu kamarnya Aluna memilih berbaring untuk tidur melupakan semua kegundahannya dengan memejamkan mata.
Seseorang masuk ke kamar Aluna dengan pakaian kerjanya. Dia papanya Aluna. Reno memperhatikan putrinya yang sudah remaja. Menghela nafasnya pelan. Melonggarkan dasi yang terasa mencekik. Dia terus memperhatikan putrinya yang sudah masuk kealam mimpi.
Semakin hari putrinya semakin cantik persis seperti istrinya sewaktu muda. Aluna mewarisi sifat dan fisik istrinya. Terkecuali mata. Hal inilah yang membuat ia jarang bertemu bahkan memberikan kasih sayang terhadap putri semata wayangnya. Putrinya terlalu mirip dengan Alea Almarhum istrinya. Setiap kali ia melihat Aluna ia akan langsung teringat semua kenangan bersama istrinya.
Reno tau ia salah karena telah menelantarkan anaknya. Membiarkan ia tumbuh tanpa kasih sayangnya. Mengusap pelan rambut putrinya ia berucap " maafin papa princes, maafin papa yang egois ini". Mengecup pelan kening anaknya dan berdiri meninggalkan Aluna yang masih ada di alam mimpi. Reno menoleh sekali lagi, sebelum menutup pintu kamar Aluna.
***
Pumky cuma ngeharapin kalian vote plus comen
salam sayang
Pumky_nis
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Can't Have You
أدب نسائيAku terus menerus berjuang mengejarmu. Lelah. Tapi bagiku itu tidak ada apa apanya. Bukankah kesulitan selalu diiringi kebahagiaan. Mungkin disinilah aku yang mengejarmu lanyaknya kau pencuri. Namun aku selalu berharap agar kamu melihat kearahku. Se...