(Materi)
Nggak jarang penulis terserang penyakit stuck dan cuma bisa disembuhkan dengan terapi refreshing, semacam jalan-jalan bareng doi ataupun bermesraan bareng doa. Stuck bagi penulis ibarat penyakit stroke yang melumpuhkan imajinasi seorang penulis yang pada akhirnya tulisan menjadi kacau dan segala rencana terpaksa harus tertunda.
Dalam keadaan seperti ini, penulis haram hukumnya memaksakan diri untuk terus menulis. Karena kondisi seperti ini, biasanya disebabkan oleh a tired state of the soul. Jadi wajib hukumnya bagi penulis memberi jeda beberapa hari (jangan kelamaan, ntar malah keenakan) untuk beristirahat, setidaknya merilekskan pikiran yang sedang mengalami tegangan tinggi. Kalau diibaratkan, otak manusia itu ibarat travo di tiang listrik yang terus-menerus mengalirkan energi listrik ke seluruh transformasinya. Pernah 'kan ngerasain listrik mati seharian? Nah itu, listrik juga butuh istirahat. Sama, otak manusia juga harus diistirahatkan.
Nah, supaya lebih enjoy ketika menulis, tulislah cerita seperti kita sedang bercerita, curhat, ghibah, atau sejenis komunikasi lainnya. Anggaplah kalau kita sedang berbicara dengan si lawan bicara yang hidup di dalam pikiran kita. Pernah 'kan bermonolog alias ngomong sendiri sampe nggak sadar ketawa atau sedih sendiri? Nah, kurang lebih seperti itu. Bedanya yang ini sambil ditulis.
Coba talk by myself seasyik mungkin, segila mungkin, sekocak mungkin. Karena ini cukup amat sangat bisa sekali untuk membantu agar cerita yang kita tulis nggak begitu flat dan justru membuatnya semakin flattered. Nah, pada saat yang sama tangan kita pun harus bergerak di atas keyboard untuk menuliskan semua monolog atau inspirasi yang singgah di kepala.
Inspirasi itu ibarat belalang yang hinggap pada ilalang. Ia akan hilang kalau nggak kita perangkap dengan tenang. So be enjoy when you write.
Sampe sini paham, kan? Semoga paham, ya.
I think this method is quite effective, karena memang saya pun telah membuktikannya. Dan dengan cara ini akan membuat tulisan kita menjadi so easy going dengan pembaca dan nggak kaku.
Kalo cara tadi masih sulit, coba untuk bermonolog dan merekamnya. Dari rekaman tersebut bisa kamu putar ulang, kemudian kamu ketik suara kamu menjadi tulisan versi kamu sendiri. Konon katanya, kalau kita berbicara nggak akan pernah mentok. So, write the way you talk.
***
(QnA)
Question:
Kak, gimana si caranya biar bisa sukses kayak Kak Nanta bisa nulis buku sebanyak itu apa kuncinya?
Answer:
By the way, saya belum sesukses itu. Namun saya bersyukur karena pada akhirnya saya mampu berkarya. Kuncinya cuma satu, Mel. Yaitu membulatkan tekad serta dibarengi dengan aksi nyata. Karena menurut saya ketika kita sudah membulatkan tekad tanpa dibarengi dengan aksi nyata hanyalah sebatas omong kosong belaka. Dan di sisi lain kenapa saya bisa menulis sebanyak itu, mungkin karena saya hobi berkhayal. Lagipula siapa yang nggak hobi sama kegiatan satu ini? Nah, daripada khayalan saya terbuang sia-sia. Saya mencoba untuk memperangkapnya ke dalam tulisan.
Question:
Kalau lagi pengen nulis, Kak, tapi males ngetik gimana, Kak, sarannya gimana? Mohon dijawab ya, Kak.
Answer:
Pernah, sih, saya ngalamin hal semacam itu. Dan saya mengatasinya dengan cara mencoba untuk nulis/ngetik selama 15 menit, kalau bisa dilanjut ya lanjut, kalo belum bisa lanjut mungkin kita ambil jeda sejenak dan mengisi waktu jeda tersebut dengan membaca buku. Saya sarankan buku yang sesuai dengan genre yang kamu tulis, ya. Karena itu bisa menambah kosakata yang kita miliki dan cukup membantu kita untuk bisa melanjutkan tulisan.Question:
Makasih materinya, Kak. Maaf kalau pertanyaannya agak melenceng. Apa gaya menulis akan terpengaruh sama kepribadian? Gimana kalau seseorang susah menuangkan pikirannya ke dalam tulisan karena kurang komunikasi juga sama orang lain dan sulit bergaul? Makasih, Kak.
Answer:
Btw, pertanyaan ini cukup menyentil kepribadian saya yang agak anu sama orang. Kepribadian memang cukup berpengaruh pada gaya menulis seorang penulis. Dan untuk mengatasi sulitnya menuangkan pikiran ke dalam tulisan karena kurang komunikasi sama orang lain, adalah kamu harus bisa lebih membuka diri untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingmu. Memang, awalnya agak susah. Saya pun sempat mengalami hal yang sama. Tapi lambat laun, saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman saya yang kebanyakan diam sekalipun di tengah keramaian kayak patung kuda depan Monas. Dan tenyata hal itu tidaklah buruk. Oh iya, satu lagi. Kamu pasti tahu hal apa yang bisa mempererat hubungan antar manusia. Yaitu komunikasi. Karena memang hidup ini tentang kepekaan antar manusia, dan yang hidup nggak cuma kita seorang.
Source: Berbagai media informasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tips & Trik Tipis Menulis
Non-FictionDaripada materi yang pernah saya sampaikan di seminar menjadi tumpukan file. Jadi, saya berinisiatif untuk menyebarkannya pada khalayak dengan cara yang layak. Semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada kekeliruan dalam penyampaian. Nb: Materi ti...