Literasi sebagai Jati Diri

17 3 2
                                    

Materi

Banyak di antara kita pun teman-teman kita yang merasa belum menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Dan lucunya saya pun belum tahu siapa saya sebenarnya. Hahaha.

Meski yang saya rasakan hanyalah seorang Ananta Sadewa yang menyukai seni, padahal tidak terampil berseni dan justru sebaliknya. Contohnya saja saat bernyanyi, Bapak yang mendengar suara saya justru menegur saya habis-habisan kalau nada yang saya pakai terdengar sangat sumbang. Ah, rasanya memang terlahir untuk tidak menjadi penyanyi. Hahaha. Atau memang seni musik bukan bidang saya dan bakat saya ada pada bidang seni lainnya.

Oke, kita lanjutkan. Anggap saja hal tadi hanya sebatas selingan yang menjadi pemanasan sebelum benar-benar memulai.

Jadi sebenarnya jati diri itu bisa kita bentuk dengan berbagai cara dan jalan yang tersusun sebagai suatu upaya. Tentu saja semua itu membutuhkan waktu. Atau mungkin, kita sudah menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Namun belum berani menunjukkannya. Yang bisa jadi karena takut dirundung, dihina, atau semacamnya.

Di sini saya tidak akan berbagi tips atau trik untuk membentuk ataupun menemukan jati diri. Melainkan hanya sebatas ingin berbagi yang semoga dapat menjadikan satu hal yang membangun untuk teman-teman sekalian.

Dan literasi yang belakangan ini sedang marak digandrungi oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja seusia kita, bahkan orang dewasa sampai yang usianya tidak lagi muda turut menerjunkan diri pada dunia literasi yang luas ini. Nah, melalui satu hal ini literasi dapat menjadi jati diri kita. Di mana melalui literasi kita akan banyak belajar yang tentunya akan turut membentuk seperti apa kepribadian kita kelak. Memang, efeknya tidak akan kita rasakan secara langsung karena semua itu butuh ruang dan waktu.

Contohnya saja, saat teman-teman kita lebih tertarik pada game online ketimbang dunia literasi. Sementara itu kita justru lebih memilih terjun ke dunia literasi yang kerap dianggap sebagai dunia yang paling membosankan. Tapi dari sinilah jati diri kita perlahan akan terbentuk secara lebih baik, membuat kita memiliki cara pandang yang lebih luas, membuat kita mampu mengasah keahlian daripada harus melakukan kesenangan sesaat.

Lantas bagaimana membentuk jati diri kita dengan baik? Sebenarnya sederhana. Contohnya saja saat teman-teman kita mengajak kita bermain, dan kita selalu membuat pilihan antara bermain atau lebih baik meluangkan waktu untuk mengasah kemampuan diri. Kita lebih terpacu pada opsi kedua. Dan alih-alih rebahan main HP untuk scroll akun pacar halu, kita lebih memilih untuk menenggelamkan diri pada buku yang paling ingin kita baca atau menulis apapun, karena dengan ini kita akan tahu seperti apa jati diri kita.

Dan menurut pendapat Suha Eli, kawan diskusi saya pun berpendapat bahwa "Literasi, kemampuan dalam mengolah dan memahami saat melakukan proses membaca maupun menulis, saya pikir besar sekali andilnya dalam membentuk jati diri seseorang. Jangankan menulis, dengan membaca saja, akan besar sekali manfaatnya. Baik membaca fiksi mau pun non-fiksi sama besar kegunaannya. Dengan membaca non-fiksi, bisa menambah ilmu pengetahuan. Sedangkan membaca fiksi, mampu membuat kita bejalar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Hal ini dapat menjauhkan kita dari egosentrisme; selalu memaksakan kehendak hanya dari sudut pandang diri sendiri. Untuk itu, teruslah membaca. Selain itu, membaca juga adalah latihan menulis."

Semoga pemaparan singkat ini dapat teman-teman pahami, ya. Mohon maaf apabila terdapat salah kata.

QnA

Question:

Huem ... Kak, gini. Lebih memilih rebahan dari pada mengikuti teman untuk jalan. Bisa membentuk jadi diri kita dalam dunia literasi. Nah, jadi bila sebaliknya kita malah mengikuti teman tapi masih membntuk jati diri dalam dunia literasi itu gimana?

Answer:

Di posisi seperti ini tergantung pada cara kita memilih teman untuk bermain. Dan bermain dalam hal ini bidangnya cukup kompleks, ya. Ada teman yang mengajak kita mabar game, ada juga teman yang lebih suka ngajak kita mampir ke perpustakaan meski hanya untuk baca sampul buku sampe bel istirahat habis. Lalu kita memilih ajakan teman pada opsi kedua. Sehingga dari hal ini kita dapat membentuk jati diri kita untuk lebih terbuka dalam berpandang, berpikir dan mengambil tindakan.

Question:

Izin bertanya, Kak. Misalnya kita suka dalam dunia literasi ini, tetapi belum menemukan jati diri yang sesungguhnya dalam bidang tersebut. Lantas hal apa yang bisa kita lakukan? Terima kasih.

Answer:

Fyi, jati diri itu bukanlah suatu bidang. Melainkan cara kita bersikap dalam menghadapi suatu masalah. Dengan cara tertutup, kah; terbuka, kah; atau justru menganggap semua masalah yang ada seakan nggak pernah terjadi.

Jadi menurut saya jati diri itu dibentuk bukan ditemukan. Dan terbentuknya suatu jati diri tergantung minat mana yang ingin kita cicipi.

Question:

Kak, kadang tuh kita udah ngerasa nemuin jati diri kita, tapi malah dikekang mulu buat ngelakuin apa yang gak kita inginkan. Itu gimana solusinya, Kak?

Answer:

Adaptasi. Meskipun terasa menyebalkan, namun saat jati diri kita sudah mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan, itu justru akan menumbuhkan rasa tertantang dalam diri kita. Dan rasa kekang yang sekarang kita alami, kelak justru akan menjadi sebuah cerita yang kita tertawakan.

Tips & Trik Tipis MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang