(Materi)
"Wih! Gila, keren! Baru kemaren update, hari ini udah update lagi aja, Bro! Btw, tipsnya apaan, nih?" tanya seorang teman dengan takjub saat mendapati dirimu mampu untuk rajin update cerita.
"Ya, harus rajin," jawabmu singkat. Sukses membuat temanmu berdecak sebal.
Ya memang, satu-satunya cara paling ampuh ya harus rajin. Tidak ada sejarahnya seorang pemalas yang kemudian sukses. Kecuali kalau seorang pemalas itu mengontrol dirinya dengan mengubah kebiasannya untuk menjadi lebih rajin lagi.
"Jadi harus rajin aja, nih, Bro? Nggak ada yang lain gitu?" tanyanya lagi.
"Oh, tentu ada, Pren. Rajin itu seperti makanan pokok, jadi biar makannya lebih nikmat, harus ada lauk, kan? Jadi buat rajinnya lebih konsisten, harus ada hal lain, kan?"
Temanmu mengangguk-anggukkan kepala. Seraya memandangimu dengan mematutkan jemarinya.
Ya, apa yang dikatakan si Bro ke si Pren itu tepat. Rajin itu ibarat sembako alias sembilan makanan pokok menuju lima sehat empat kenyang.
Eh, nggak gitu juga, sih.😭🙌
"Apa, tuh, Bro?" tanya Pren lagi yang masih penasaran.
"Disiplin," respon Bro tanpa hal lain.
Kita tidak akan bisa rajin jika tidak mendisiplinkan diri dalam segala hal, terutama menulis. Dalam hal ini, kita wajib mengatur waktu kita yang hanya tersedia 24 jam dan itu pun hanya tersisa 14 jam, sebab terpotong oleh waktu tidur selama 8 jam. Jadi di waktu yang cukup terbatas ini kita harus pintar-pintar mengatur waktu antara pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.
Pekerjaan sampingan bukan berarti pekerjaan yang tidak perlu dikerjakan, ya, Gengsss. Melainkan pekerjaan yang sama pentingnya dengan pekerjaan utama. Hanya saja, pekerjaan sampingan memiliki prioritas kedua setelah pekerjaan utama kita selesaikan.
Paham, kan?
Dah gampang, kalo masih kurang paham nanti bisa ditanyakan langsung, ya.😌
Tapi biarpun udah paham, jangan diem-diem aja kayak orang kurang kopi. Biar nanti saya yang tanya.😗
Oke lanjut, ya.🙌
Lanjut nggak, nih?
Nggak?
Ya udah, tidur.😹
Eh, nggak, ya. Kita lanjut, ya.😆
"Setelah disiplin apa lagi, Bro? Kan, nggak mungkin kalo cuma rajin sama disiplin." Pren kembali bertanya.
Bro menarik napasnya hingga lepas.
Eh, jangan. Belum siap. Belum ngerasain nikmat dunia yang katanya setara dengan nikmat di akhirat nanti.🤣
"Mungkin aja, sih, Pren. Sebab kita bisa rajin karena kita disiplin."
"Iya juga, sih." Pren menggumam setuju. "Terus?" tambahnya.
"Konsisten, Pren. Kita sudah belajar untuk rajin, lalu disiplin dan setelahnya kita harus konsisten. Sebab, kalo cuma rajin dan disiplin di awal itu nggak akan berarti apa-apa. Jadi, kita melakukannya harus konsisten dengan waktu yang kontinu. Nggak mungkin, kan, kita cuma bikin satu bab satu hari cuma sekali? Kalo kayak begitu, kapan cerita kita bisa tamat?" Bro menjelaskan dan Pren kembali mengangguk setuju.
"Tepat." Bro menjentikkan jari. "Terus-terus, ada lagi?"
"Ada banyak, Pren. Mau berapa lagi emangnya?"
"Semua!"
Bro mendesis. "Jari gue udah pengen rebahan, Pren."
"Ya, lo pelit amat, Bro." Pren mengeluh dengan memasang wajah memelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tips & Trik Tipis Menulis
Non-FictionDaripada materi yang pernah saya sampaikan di seminar menjadi tumpukan file. Jadi, saya berinisiatif untuk menyebarkannya pada khalayak dengan cara yang layak. Semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada kekeliruan dalam penyampaian. Nb: Materi ti...