Menulis Sebagai Luapan Hati

41 6 0
                                    

(Materi)

Segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati apalagi sepenuh hati, pasti pekerjaan itu akan terasa lebih ringan.

Gimana? Setuju gak sama kalimat di atas?

Baik, kita lanjutkan.

Bagi sebagian di antara kita, menulis adalah hal yang cukup rumit apalagi jika itu berkaitan dengan bagaimana cara menarasikan buah pikir kita. Ah, jika seperti itu mungkin kita belum sepenuhnya menulis dengan hati. Mungkin kita masih mengandalkan kekuatan otak kita yang tidak seberapa ini.

Sebab percaya atau gak, kerja otak lebih berat dari kerja hati. Maka dari itu, jika kita menulis hanya sebagai luapan isi kepala, kemungkinan besar kita akan cukup kesulitan untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Lain halnya jika kita menulis yang memang ditujukan untuk meluapkan isi hati, hingga yang bisa dituangkan ke dalam tulisan bukan hanya luapan isi hati saja, melainkan isi pikiran pun bisa kita tuangkan dengan baik.

Menulis dengan hati pun dapat mengurangi beban pikiran kita. Itulah mengapa menulis dengan hati bisa dikatakan lebih ringan untuk dilakukan. Bahkan siapapun bisa melakukannya, tak terkecuali orang yang mencap dirinya sendiri bahwa dia tidak berbakat dalam menulis. Mungkin dia hanya butuh berlatih untuk menulis dengan hatinya.

Pernah beberapa waktu lalu saya bertanya pada teman-teman di sosmed mengenai alasan mereka menulis. Dan jawaban mereka cukup menakjubkan.

Yang lebih unik lagi ada yang menjawab, "Oskadon." Memang, menulis dengan hati bisa semeringankan itu untuk beban pikiran kita.

Lalu ada juga yang menjawab, "Sebagai ungkapan hati." Namun sayang, mereka justru terkendala dengan bagaimana cara untuk meluapkan ungkapan hatinya ke dalam tulisan. Terkait satu masalah ini, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, di antaranya:

Pertama, kita bisa membangkitkan emosi.

Emosi di sini bukan hanya tentang marah saja. Melainkan lebih dari itu seperti bahagia, sedih, kecewa, dan lain-lain.

Kita bisa menuangkan segala emosi yang kita rasakan ke dalam tulisan, seperti halnya menulis di buku diary dengan mengekspresikan segala emosi yang kita rasakan ke dalam tulisan.

Untuk hal ini bagaimana cara memulainya? Saat kita merasa bahagia atau sedih, kita bisa menuliskannya dimulai dari sebabnya. Bukankah setiap ada sebab, pasti akan berujung dengan akibat?

Kedua, sebaiknya kita bisa membuka diri terhadap penilaian orang lain terhadap tulisan kita. Entah itu kritik baik atau buruk, saran yang mengherankan atau yang mengesankan.

Apalagi kebanyakan dari kita, justru takut dan malah menghindari kritik dan saran yang orang lain berikan. Terlebih jika cara yang disampaikan orang itu cukup membuat kita jatuh.

Berhubung kita menulis dengan hati, jadi kita harus berlapang hati dengan apa yang mereka katakan terhadap tulisan kita. Terima saja sebagai pembelajaran kita ke depannya dan jangan lupa untuk berterimakasih.

Ketiga, yang harus kita perhatikan selanjutnya adalah kita tidak boleh menggurui.

Hanya karena kita yang menulis, jangan lantas menganggap pembaca tidak lebih baik dari kita. Sebab, bisa jadi pembaca yang justru lebih paham dengan isi tulisan kita.

Di lain sisi, teknik yang seperti ini pun dapat mengurangi minat pembaca terhadap tulisan kita. Jadi, kita bisa tempatkan diri seperti halnya pembaca, lalu rasakan apa yang kita dapatkan dari tulisan kita, "Merasa menggurui, kah? Atau lebih merasa seperti seseorang yang sedang bercurah hati?"

Keempat, jujur adalah moral utama.

Kutipan ini bukan hanya ditujukan kepada pejabat, tapi juga seorang penulis. Di mana penulis harus jujur dengan apa yang dia tulis. Mengenai emosi dan isi hatinya yang dia ungkapan dalam katanya dan tidak dibuat-buat saat membuatnya.

Tidak melakukan plagiat terhadap karya penulis lain. Sebab satu tindakan ini akan membuat penulis diragukan dalam berkaryanya.

Jadi, tulislah berdasarkan apa adanya diri kita. Termasuk kelemahan kita yang semestinya kita akui untuk bisa kita perbaiki dan latih lagi.

(QnA)

Question:

Bagaimana seolah kita bisa masuk dalam cerita itu alias merasakan cerita itu dengan perasaaan?

Answer:

Menurut saya, penulis bisa menganggap dirinya sebagai tokoh yang dia buat. Jadi apapun yang tokoh itu rasakan, penulis juga harus merasakannya.

Misal, si tokoh merasakan kalau dia bahagia dapet bunga dari gebetannya. Si penulis juga harus bisa merasakan gimana bahagianya si tokoh.

Intinya, si penulis harus bisa menjelma menjadi si tokoh.

Semoga paham, ya.🙌

Question:

Kadang aku, tuh, suka nulis lewat otak gak lewat hati. Terus gimana tuh biar aku bisa nuangin ceritaku lewat hati bukan lewat otak?👉🏻👈🏻

Maaf kalo nyeleneh.🤧

Answer:

Kamu harus coba kontrol antara otak dan hati kamu. Ajak keduanya untuk bekerjasama, untuk saling kompromi. Dan cara yang paling ampuh adalah banyakin baca buku. Terutama buku-buku yang kamu suka. Setelah itu, pikirkan apa yang paling ingin kamu tulis.

Apalagi biasanya kita sebagai manusia suka ngebatin, tuh. Nah, dari batin bisa kita mulai tuangkan ke dalam tulisan.

Semoga bisa dipahami, ya.🍃

Question:

Kak, dalam memoles kata kita pasti mikir banyak hal untuk dituangkan ke dalam cerita. Jujur aku gak ada pengalaman dalam hal menulis dengan emosi apa lagi dengan hati, gimana sih, Kak, caranya memberi kata itu rasa supaya bermakna dan pembaca bisa merasakan apa yang menjadi bahasan dalam cerita?

Answer:

Sebelumnya kamu harus pahami teknik show dan tell. Yaitu antara menunjukkan dan menceritakan. Di mana kamu harus menunjukkan apa yang sedang dirasakan oleh tokoh dengan dua teknik ini.

Selanjutnya, sama seperti jawaban dari pertanyaan pertama di atas. Posisikan kamu seperti yang si tokoh alami. Emosi seperti apa yang si tokoh rasakan, dan tindakan apa yang akan si tokoh lakukan.

Semoga dapat dipahami, ya.🙏

Question:

Kak, gimana, sih, cara menuangkan maksud yang ada diotak menjadi sebuah kata-kata, soalnya aku suka ribet gimana, sih, caranya biar jadi kata-kata?🐱

Answer:

Mulailah dengan menulis apa yang paling ingin kamu tulis. Lalu buat satu kata yang bisa memancing kamu untuk menuliskan semua yang ada di pikiran kamu. Selanjutnya perbanyak baca buku, terutama buku yang dirasa sesuai dengan isi otak kamu. Sebab, hal itu dapat membantu kamu untuk mengeluarkan isi pikiranmu. Dan tulis seperti halnya kamu curhat pada temanmu sendiri.

Semoga dapat dipahami, ya.🙌

Tips & Trik Tipis MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang