Materi
Karya fiksi terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya novel; dongeng; puisi; pantun; drama; dan cerita pendek.
Untuk lebih memahami jenis-jenis karya fiksi, berikut penjelasannya:
1. Novel
Jenis karya fiksi ini memiliki ciri khas isi cerita yang panjang dengan kurun waktu tidak tentu serta mengisahkan kehidupan tokoh utama yang penuh pro dan kontra. Dalam pembuatannya, novel memiliki struktur tersendiri yang sistematis dengan plot mengarah pada suatu peristiwa demi peristiwa.
Sehingga agar dapat mendukung jalan cerita atau plot, penulis harus mengembangkan watak tokoh yang berkaitan dengan peristiwa dalam cerita. Oleh karena itu, novel memiliki dimensi waktu yang sangat luas.
2. Dongeng
Dongeng merupakan karya sastra yang lahir dari khayalan dan tersampaikan dari mulut ke mulut. Dengan tujuan untuk menghibur pendengar atau pun pembacanya.
Dongeng biasanya berisi cerita rakyat, yang artinya diciptakan oleh masyarakat setempat dengan menceritakan peristiwa unik serta sulit untuk dipercaya secara logika. Namun, dongeng memiliki nilai-nilai luhur yang disampaikan secara turun-temurun.
3. Puisi
Puisi merupakan karya fiksi dengan bahasa yang terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait. Sehingga dalam pembuatannya harus melakukan pemilihan kata yang pas.
Akan tetapi biasanya, puisi tercipta oleh sebuah rasa dan kesan yang tumbuh di hati penulisnya. Lalu dituliskan dengan bahasa yang baik, sehingga menciptakan irama yang enak dibaca atau didengar.
4. Pantun
Pantun merupakan salah satu karya sastra yang unik, karena memiliki komponen yang saling melengkapi di setiap lariknya. Sehingga secara umum, pantun selalu terdapat pola tertentu yang dibangun oleh empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik memiliki 8-12 suku kata.
Pantun juga merupakan puisi lama yang sudah melegenda di seluruh Indonesia. Dengan memiliki kata aslinya, yakni penuntun.
5. Drama
Drama merupakan jenis karya sastra yang disampaikan melalui gerakan. Sehingga tidak jarang drama menjadi pertunjukan di atas panggung dengan menceritakan kehidupan atau peristiwa yang dialami oleh para tokohnya.
Sementara itu, drama memiliki ciri khas penulisan naskah yang berbentuk dialog atau percakapan. Oleh sebab itu pengarang harus mampu memilih kalimat yang pantas dan sesuai untuk disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Cerita Pendek
Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri dibaca sekali duduk. Yang artinya, setelah dibaca tidak ada cerita selanjutnya.
Oleh karena itu, cerita pendek memiliki rentang waktu atau peristiwa yang terbatas. Sehingga penulis memfokuskan isi ceritanya hanya pada satu peristiwa saja.
QnA
Q: Kak, izin bertanya. Sebenarnya legenda itu termasuk cerita fiksi apa bukan, sih? Soalnya ada dua pendapat, nih. Guruku ada yang bilang fiksi, ada yang bilang ngga.
A: Ijin menjawab, ya. Menurut sedikit pengetahuan saya, legenda memiliki keunikan tersendiri dalam penyampaian ceritanya. Bisa dibilang, legenda itu setengah fiksi dan setengah non fiksi. Meski lebih condong ke arah fiksi.
Kenapa demikian?
Karena legenda biasanya termasuk pada dongeng khayalan yang dikaitkan dengan kisah tokoh sejarah yang memiliki keistimewaan, kesaktian atau bahkan keajaiban. Jadi, secara tokoh memang benar adanya. Namun secara alur kisahnya itu berasal dari khayalan semata yang kemudian biasanya dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat.
Q: Ijin bertanya, Kak. Kalo novel yang menceritakan kejadian, pengalaman, dan lain-lain yang berdasarkan kisah nyata seseorang itu tetap novel dan termasuk karya fiksi atau gimana, Kak?
A: Ijin menjawab, ya. Nah, kalo novel yang menceritakan kisah nyata. Itu biasanya disebut biografi atau autobiografi yang dituangkan ke dalam cerita. Jadi bisa dibilang novel tersebut bersifat non fiksi.
Q: Jadi novel itu ada yang fiksi dan non-fiksi ya, Kak?
A: Yaps, betul. Dan mudah seperti ini, novel yang diciptakan dari khayalan bersifat fiksi. Tapi kalo isinya menceritakan tentang kisah nyata dari tokohnya, itu disebut biografi atau autobiografi dan bersifat non fiksi.
Q: Kak, berarti saat membuat cerita non fiksi harus banyak imajinasi yang dibuat, ya? Biar karakternya lebih mengena dalam cerita. Tapi kalo tiba-tiba susah buat alur gimana, Kak?
A: Ijin menjawab, ya.
Jadi kalo untuk membuat cerita non fiksi itu yang diperbanyak bukan imajinasinya, melainkan riset.
Kenapa?
Karena ketika kita akan mendalami karakter dari tokoh utamanya, kita harus tahu mulai dari bagaimana si tokoh menjalani kehidupannya sampai akhirnya menemukan titik di mana si tokoh menghadapi masalah kehidupannya yang kompleks.
Nah, kalo tiba-tiba susah membuat alurnya. Baiknya kita ngobrol dengan si tokoh atau keluarganya, atau orang-orang yang dekat dan mengenal si tokoh. Setelah itu, kita kumpulkan informasi mengenai si tokoh dan kemudian kita rangkai plot atau alurnya.
Jadi, untuk membuat novel non fiksi ini memang harus banyakin effort dan kurangi rasa sungkan untuk observasi secara langsung ke kehidupan si tokoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tips & Trik Tipis Menulis
Non-FictionDaripada materi yang pernah saya sampaikan di seminar menjadi tumpukan file. Jadi, saya berinisiatif untuk menyebarkannya pada khalayak dengan cara yang layak. Semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada kekeliruan dalam penyampaian. Nb: Materi ti...