Tips Membangkitkan Jiwa Menulis di Kalangan Remaja

14 3 0
                                    

(Materi)

Memang, di usia remaja seperti kita ini banyak sekali mengalami kendala dalam menumbuhkan suatu minat. Bahkan karena kita merasa masih muda, tak jarang kita pun justru menganggap perjalanan waktu itu masih panjang. Padahal justru karena masih panjang, baiknya kita gunakan untuk mengembangkan karakter dengan menekuni minat dan bakat yang ada pada diri. Bukan malah berleha-leha dengan melakukan hal yang kurang manfaat.

Sebelum membahas lebih jauh lagi mengenai tips membangkitkan listrik, eh jiwa seorang penulis yang terkhusus pada kalangan remaja. Alangkah baiknya perlu kita ketahui lebih dulu apa yang menjadi kendala para remaja seperti kita ini dalam membangkitkan minat literasi dalam jiwa.

Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi kendala sekaligus solusi untuk membangkitkan jiwa menulis kita, yakni lingkungan dan kebiasaan.

Di mana lingkungan tempat tinggal kita yang akan menjadi faktor terbesar kita dalam mencintai literasi atau malah sebaliknya. Sebab di lingkungan sekitar kitalah yang menjadi tempat paling awal untuk perkembangan kita.

Juga kebiasaan kita di kehidupan sehari-hari. Sebab, dimulai dari kebiasaan pulalah yang akhirnya membuat kita terbiasa. Terbiasa menerima caci maki saat mulai menulis, misalnya. Atau terbiasa membaca setebal 500 halaman juga menulis sebanyak 5000 kata dalam sehari, misalnya. Karena saking melekatnya jiwa kepenulisan kita dalam diri. (Tapi ya nggak segitunya juga, sih).

Berawal dari Lingkungan, Berakhir dengan Kebiasaan

Nah, ada beberapa poin juga terkait kendala minat kita dalam berliterasi yang disebabkan oleh dua faktor ini, meski tidak konkret karena setiap di antara kita memiliki kendalanya masing-masing, tapi secara garis besarnya, yaitu:

1. Keadaan keluarga sekitar.

Keluarga adalah rumah belajar paling pertama yang kita kenyam. Sehingga dari keluarga pulalah yang akan membentuk karakter dan watak pada pribadi kita. Keluarga yang baik akan menjadi penentu pribadi baik kita, pun sebaliknya. Namun hal itu akan menjadi penentu, sebab kita sendirilah yang akan menentukan semuanya. Terhadap hal baik atau justru pada hal buruknya. Atau mempertahankan hal baiknya lalu memperbaiki hal buruknya.

Contohnya saja, ada keluarga yang tidak begitu memedulikan atau mementingkan pendidikan sang anak. Dan yang mereka pedulikan hanyalah soal cari uang. Bahkan tak jarang, dari keluarga pulalah yang menjatuhkan minat kita terhadap literasi dengan mencap bahwa menulis hanyalah buang-buang waktu.

Ah, sepertinya ini tugas kita untuk mengubah stigma buruk pada mereka yang mencap menulis adalah hal sia-sia, dengan meningkatkan loyalitas kita terhadap literasi. Padahal jika dipikir lagi justru berbanding terbalik dan ucapan merekalah yang termasuk perbuatan sia-sia.

Justru dari literasilah yang akan mengembangkan kemampuan kita sehingga mampu membangkitkan keterpurukan cara kita dalam berpikir. Rasanya tidak bisa kita bayangkan bagaimana dunia ini jika tanpa literasi, pasti tidak akan pernah ada peradaban yang terbangun sepesat ini.

2. Keadaan kawan sepermainan.

Di luar dari kondisi keluarga dan masuk ke dunia teman sepermainan kita yang ternyata cukup berpengaruh pada minat kita dalam hal literasi. Sebab bisa kita ambil contohnya, seperti saat kita bergaul dengan beberapa kawan pecinta game online, meski awalnya kita tidak minat, kemungkinan dan lambat laun kita akan ikut menyukai game online.

Namun akan beda cerita lagi saat kita memutuskan untuk keluar dari zona pertemanan yang tidak sevisi dengan kita. Tepatnya saat teman sepermainan kita memutuskan untuk menyukai game online, kita justru menjatuhkan diri pada dunia literasi dan memutuskan untuk keluar dari zona pertemanan itu lalu bergabung dengan orang-orang yang lebih sevisi dengan kita. Dari tindakan seperti ini pun bisa kita lihat bahwa ada benih-benih jiwa menulis yang mulai tumbuh dalam diri kita.

Tips & Trik Tipis MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang