4. Nginep dan Perasaan

42 6 1
                                    

"Akhhhhh....."

****

Viona POV

Terdengar suara teriakan frustasi dari Ersa.

Yup itu adalah suara Rere yang kesal alias frustasi akan soal yang dikerjakan olehnya.

"Kenapa Re?" tanya ku khawatir. Maklum guys aku kan cuma punya mereka yang selalu ada untukku.

"Hehehhe gak papa kok Vivi, cuma kesel aja sama tugas biologi ini." kata Ersa dengan cengiran khas nya.

"Huft.." aku menghembuskan nafas lega setelah mendengar jawaban itu dari nya.

"Hadeh......gue kira kenapa njir ternyata gara gara soal doang!" gerutu Lulu alias Lusi.

"Heh....Lo mah enak Lulu pinter, lha gue kan agak gak ngerti biologi!" sentak Rere pada Lusi yang hanya di balas dengan diam yang pasti malah tambah membuat Rere kesel.

"Udah udah, sini Rere soalnya apa biar aku bantu?" gue menoleh kearah Nesya saat Nesya berkata seperti itu.

"Ah...iya Rere tanya aja sama Syasa dia kan pinter biologi!" kataku pada Rere saat melihat nya memasang wajah sedih.

"Emang apa soalnya?" sahut Syasa setelah mendengar ucapan ku tadi.

"Jelaskan tentang peredaran darah kecil pada manusia!" jawab Rere cepat.

"Oalah....soal itu toh." sahutku saat mendengar soal yang selalu keluar sejak jaman sekolah dasar ini mah.

"Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang dimulai dari jantung ke paru-paru lalu kembali lagi ke jantung. Atau yang lebih tepatnya dari serambi kanan ke paru-paru lalu kembali lagi ke serambi kiri. Saat berada di paru-paru, darah melepas CO2 dan mengikat O2 sehingga darah dari paru-paru merupakan darah bersih karena banyak mengandung O2." jelas Syasa panjang lebar kepada Rere yang setia mendengarkan penjelasan dari Syasa.

"Paham gak, Rere?" tanyaku saat melihat Rere menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Syasa.

"Paham kok, makasih Syasa." ucap Rere sambil tersenyum manis.

Dalam hatiku aku berharap kami bisa merasakan hal indah ini terus menerus.

Kehangatan persahabatan yang selalu mengisi kekosongan hati ku akan kasih sayang.

Aku merasa bahagia mereka selalu ada disisi ku saat susah maupun senang.

Harapan ku cuma satu untuk saat ini, yaitu selalu bersama para sahabat ku dan orang-orang yang aku sayang.

"Vivi oy Vivi!" Panggil Rere sedikit mengguncang tubuhku.

"Eh, kenapa Rere?" tanya ku setelah sadar dari lamunan ku.

"Kau kenapa Vivi?" Rere balik bertanya.

"Memangnya aku kenapa?" aku malah baik bertanya karena bingung.

"Kau dari tadi melamun Vivi, apa yang kau pikirkan?" sahut Lulu sambil menatap ku khawatir.

Ternyata bukan hanya Lulu yang menatap khawatir padaku, kedua sahabat ku juga menatap khawatir.

"Maaf ya tadi aku memikirkan tentang pelajaran matematika. Kenapa jawaban soal matematika selalu beranak alias banyak rumusnya?" kataku dengan wajah bingung yang mungkin menurut mereka ngeselin.

"Astaghfirullah Vivi, kayak gitu ngapain kamu pikirin!!!" kata Syasa dan Rere greget padaku.

"Hehehehe maaf maaf." balas ku sambil cengengesan.

"Udah pada selesai PR kalian?" tanya Lulu pada kami bertiga.

"Belum tinggal 1 nih." jawabku jujur.

Elegi untuk Viona[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang