[17] Bertemu

618 74 112
                                    

Udara dingin bukanlah penghalang baginya. Dia masih terdiam, pandangannya lurus melihat ke bawah. Melihat betapa tingginya gedung yang dia pijak. Bibirnya sengaja dia gigit sendiri, dia tahu seharusnya dia bisa lebih bijak. Kemana sikap yang dulu? Sekarang hilang, apa yang membuat sikap itu hilang?. Dadanya sesak, air mata yang seharusnya tertahan perlahan mulai mengalir begitu saja. Dia memejamkan kedua matanya dengan paksa berharap air mata itu tidak berlanjut jatuh.

"Midoriya!" Panggilan seseorang yang tak asing menusuk telinganya. Dengan segera Midoriya menghapus air matanya berharap orang itu tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi, "Midoriya, kau baik-baik saja?" Tapakan kaki yang melangkah mendekatinya terdengar jelas segera membuat Midoriya mengambil sikap.

"Aku baik-baik saja! Tokoyami-kun!"

Tokoyami menahan langkahnya, dia bisa mendengar suara orang yang berdiri di depannya terdengar serak seperti menahan sesuatu, "Apa yang kau lakukan di atas sini?!"

"Lihat ke bawah, sangat tinggi kan? Apa yang akan terjadi jika aku lompat dari sini?"

"Huh?! Apa maksudmu?! Kau tidak akan pernah tau jawaban dari pertanyaanmu, karena kau tidak akan pernah melakukannya." Tokoyami berjalan memdekati Midoriya, tapi dia terduduk dan menggantungkan kakinya, "Duduklah!" Midoriya pun duduk di sampingnya.

"Ceritakan padaku! Meski kadang tidak bisa memberi solusi yang pas aku ini pendengar yang baik."

Midoriya tersenyum, dia mendongakkan kepalanya melihat ke langit yang tertutup awan. Dia tidak tahu harus mulai dari mana dia akan bercerita. Akan tetapi bisa dilihat, dia tampak senang ada orang yang ingin mengerti kondisinya malam ini, "Kacchan! Iie Bakugou! Aku sudah salah menilainya selama ini."

"Apa yang terjadi? Kau tidak lagi memanggilnya dengan Kacchan?"

"Tidak untuk saat ini." Midoriya beralih memandang perkotaan dengan lentik cahaya yang berwarna, "Tokoyami-kun a-aku yeah! Yeah begitu.!"

"Jangan bergurau Midoriya, kenapa? Kau kalah bertanding dengannya?"

"Y-ya tidak sepenuhnya salah." Midoriya merasa resah sendiri, "Tapi ya untuk kali ini sudah seharusnya kalah atau mungkin yang lebih buruk bakal terjadi haha."

"Jangan membuatku penasaran."

"Hm, Tokoyami-kun aku akan ke I-island apakah kalian bisa menjaga Jepang dengan baik selama aku pergi?!"

"Midoriya! Kenapa kau dan Bakugou? Berhenti mengubah topik pembicaraan."

"Maaf-maaf, aku sungguh akan ke I-island, perkara aku dan Bakugou itu tidak ada masalah, aku yakin dia bisa menjadi pria yang lebih baik dariku untuknya."

Tokoyami butuh beberapa saat untuk menambah, "Kalian berebut seorang-- jangan bilang jika--kalau benar siapa dia?"

Midoriya melihat rupa Tokoyami, "Wanita, berat sekali mengucapkannya? Tidak berebut, mungkin menyaingkan perasaan, haha sudahlah rasanya sudah terlalu jauh aku keluar dari karakterku yang biasanya." Midoriya lantas menggaruk tengkuknya. Bahunya ditepuk pelan, "Midoriya, tanpa kau di sini pun Jepang akan baik-baik saja, kita tidak butuh seorang pahlawan yang sedang dirundung rumitnya urusan-- itu!"

"Huh! Aku tahu itu!"
______________
______________

"Aku kemari bukan tanpa alasan Icy!"

"Terimakasih Bakugou, tapi kurasa aku tidak akan ke sana."

"Huh?! Kau sudah pucat seperti itu masih juga membantah?!"

"Terimakasih soal rekomendasi rumah sakitnya, tapi aku harus ke Amerika dan kebetulan kemarin Aizawa-Sensei mengabariku bahwa Eri-chan sudah kembali dari kelas khususnya di luar negeri, aku bisa memintanya mengembalikan kondisiku seperti sebelum aku merusak tubuhku sendiri."

Please UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang