"Maaf." Satu kata ringan yang keluar dari mulut Todoroki. Dia terjebak dengan keputusan dan perasaannya yang terus berkecamuk seolah-olah akan segera membuatnya gila.
Berjam-jam dia membaringkan dirinya di sofa. Terkadang matanya yang terpejam membayangkan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Tidak bisa dipungkiri penyakit yang dia derita telah hampir mengancurkan tubuhnya. Dia bahkan ragu bisa bertahan sampai setidaknya dapat melihat saudarinya menikah. Mungkin keputusannya meminta dia pergi darinya adalah hal benar, tapi dia tidak percaya bahwa membiarkannya pergi akan terasa begitu menyakitkan, "Tch! apa yang sekiranya bisa membuat pikiranku teralihkan sementara darinya?!"
Malam mendominasi sangat cepat, waktu yang biasanya dia habiskan untuk makan malam bahkan dia lewati begitu saja. Entah mengapa orang ini merasa perutnya penuh sehingga tidak ingin menyentuh makanan apapun. Beberapa lampu dalam rumahnya pun telah dia matikan. Dia berjalan menuju kamarnya yang sama gelapnya dengan ruangan lain. Tidak segera menuju saklar dia malah berjalan mendekati tirai dan membukanya paksa. Kamarnya akhirnya sedikit terang dengan cahaya malam yang masuk.
Kemudian di saat itulah dia tanpa sengaja menemukan gitar yang terlihat sangat kotor bersembunyi di balik almarinya. Segera dia ambil benda tersebut. Todoroki mencoba mengingat kenapa dia menyembunyikan alat musik di sini?. Kemudian dia mulai tersenyum sendiri, mengingat Yaoyorozu selalu seenaknya keluar masuk rumahnya bahkan kamarnya, dia tidak mau Yaoyorozu memergokinya bermain/menyimpan alat musik, karena itulah dia menyembunyikan gitar tersebut dan lucunya Yaoyorozu juga tidak pernah mengetahuinya.
Todoroki segera mengambil dan membersihkan gitar tersebut, menyetemkan atau menyetelnya untuk memastikan bahwa suara gitar tidak fals. Ketika semuanya sudah benar dia mulai bermain untuk kembali memastikan bahwa suara gitarnya benar-benar enak didengar.
Sembari memainkan benda bersenar tersebut Todoroki masih memikirkan tentang undangan yang Yaoyorozu berikan 'Undangan untuk menghadiri pesta pertunangan, berarti selain keluargamu dan keluarga si pria kau hanya mengundang beberapa temanmu saja. Kenapa kau harus mengundangku di pesta pertunangan? balas dendam?'
"Sialan!" Dia mencari pemikiran lain yang sekiranya bisa membuatnya melupakan hal tersebut. Perlahan dia malah tersadar sejak kapan dia mulai memainkan alat musik?
Flashback on
"Apa? kau bilang apa tadi??" teriak Bakugou merendahkan dirinya. Sedangkan yang direndahkan tetap tenang seperti biasa dan terlihat tidak peduli.
"Aku tidak bisa bermain alat musik."
"Apa? aku tidak bisa mendengarnya."
"AKU TIDAK BISA BERMAIN ALAT MUSIK!"
Mendengar hal itu membuat Bakugou terbahak-bahak, "Hai Halfie, ketampananmu kurang sempurna jika tidak bisa bermain alat musik."
"Jika ingin menyombongkan diri silahkan saja aku tidak peduli."
"Oke." Bakugou merasa moodnya membaik seketika. Dia segera menarik Todoroki agar mengikutinya. Setelah mereka berjalan sampai tempat yang di tuju. Bakugou mulai meledekknya kembali, namun dengan cara yang sedikit berbeda, "Baiklah Halfie kau ingin berlatih yang mana? Drum? Piano? Gitar?." Pemuda ash blonde itu mulai mendekati alat musik satu persatu dan mempraktekkan bagaimana cara memainkannya dengan singkat tentu saja. Sampai di saat Bakugou mengambil violin dan menyombongkan dirinya, tanpa sadar olehnya Todoroki mencuri foto di saat Bakugou memainkan violin tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Understand
Fanfiction[COMPLETED] "Sebuah perasaan yang terpendam terlalu lama, sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan" .... Todoroki "Perasaan yang tiba-tiba muncul, rasa yang dipersaingkan" .... Bakugou Apa ini lelucon? dua Hero muda yang tengah naik daun harus disesat...