[11] Feelings

639 79 83
                                    

"Kyoka-san terimakasih..." sapa Yaoyorozu dengan melambaikan tangan ketika dia meninggalkan kediaman sahabatnya.

Sebelumnya...

"Yaomomo kau yakin sudah akan pulang sekarang?" Tanya Kyoka ketika Yaoyorozu berpamitan padanya.

"Ya kau benar, aku tidak mau merepotkanmu lebih banyak lagi. Lagi pun aku punya jadwal kerja hari ini." Seperti biasa Yaoyorozu selalu mengikutsertakan senyuman di akhir kalimatnya yang ramah.

"Baiklah, berhati-hatilah di jalan Yaomomo"

"Baik, Sampaikan terimakasihku pada Kaminari-san juga ya Kyoka-san."

"Tentu!"

Sekarang Yaoyorozu memutuskan untuk langsung pergi ke agensi. Seingatnya dia telah menyimpan baju lain yang sengaja dia tinggalkan di ruangan kerjanya. Hal itu setidaknya tidak akan membuat Yaoyorozu pulang hanya untuk mengambil pakaian dan bertemu dengan orang tuanya. Lepas dari itu jika memang butuh dia bisa menciptakan pakaiannya sendiri dengan bakat yang dia punya.

Yaoyorozu kali ini berdiri di tepi jalan menunggu taksi yang telah dia pesan sebelumnya. Sembari menunggu dia terlihat membaca berita-berita hangat yang dengan cepatnya bermunculan. Matanya terbelalak ketika menjumpai satu artikel yang hampir mendudukki peringkat trending teratas. Artikel yang memberitakan pertunangannya dengan Iida Tenya. Sontak berita tersebut membuatnya kesal, bukankah Iida telah berjanji untuk tutup mulut sebelum benar-benar hari pernikahan mereka tiba?. Tidak! ketika dia membaca artikel tersebut lebih lanjut ternyata ayahnya-lah yang menceritakan hal itu. Sebagai seorang pembisnis sukses serta terpandang, siapa yang tak kenal dengan kepala keluarga Yaoyorozu itu?. Hal tersebut tentu saja memancing juru warta untuk mengulik kehidupannya.

Kesal dia sangat kesal, tapi kenapa dia sangat kesal?

Sesampainya di agensi Yaoyorozu segera menuju ke ruang kerjanya, sial baginya karena tepat sebelum dia memasuki ruangan malah bertemu dengan laki-laki blonde yang rada sinting atau dia memang sinting?.

"Pagi! Nyonya Iida." Sapa Monoma dengan logatnya yang begitu menjengkelkan.

'Nyonya Iida? Ah benar, berita itu pasti dengan cepat terakses' "Pagi Monoma-san, tapi sebelum itu jangan memanggilku seperti tadi aku belum menikah dengannya. Apakah kau ingin menemui Kendo-san?"

"Ya, dia punya utang kamarin malam yang harus dibayar." Monoma berkata seperti itu sembari menghitung jumlah hutang Kendo dengan jari-jarinya.

"Memang apa yang baru saja kalian lakukan? Ups... maaf tidak seharusnya aku menanyakan hal itu."

"Em... dia menghabiskan hampir semua uangku ketika kencan."

Yaoyorozu menghela napas panjang, "Monoma-san tidak seharusnya uang yang kau jajakan untuk kekasihmu kau anggap utang. Selain itu Kendo-san mendapat jam siang hari ini."

"Apa?! Kenapa baru bilang sekarang?! Tapi dia bilang akan menemuiku pagi ini?" Dia nampak berpikir meski sebenarnya tidak sedang berpikir. Selang beberapa saat, Kendo berlari dengan sangat kencang menghampiri Yaoyorozu dan Monoma. Tapakkan kakinya menggema keseluruh bagian lorong yang dia lewati membuat hero lain yang awalnya fokus dengan tugas mereka mengalihkan pandangan mencari suara tapakkan kaki yang keras itu. Akhirnya dia berhenti dengan memegangi pundak Yaoyorozu untuk menjaga keseimbangan.

Napas Kendo terengah-engah, "Maaf Nei... huh maaf, aku sungguh lupa bila aku mendapat jam siang hari ini." Kendo segera mengeluarkan barang yang ditunggu Monoma dari tas selempangnya, "Ini, sesuai yang kau minta." Benda itu dibungkus dengan kertas sehinga tidak kelihatan isinya.

Please UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang