"Kau kalah satu langkah darinya."
Dia termangu setelah kalimat tersebut diucapkan oleh rivalnya sendiri, teh yang sedari tadi dia letakan di meja bahkan telah mendingin. Kepalanya dia sandarkan dengan pasrah disandaran kursi. Suatu hal yang tidak terduga memang, 'Huh~ aku tidak tahu harus bahagia atau bersedih.'
Pertemuannya dengan sang rival pada akhirnya berakhir dengan kenyataan yang belum Yaoyorozu katakan. Satu minggu telah berlalu setelah dia mengirim pesan terakhirnya, 'Jadi waktu itu kau pergi bersama Iida?'
'Tapi―' kalimatnya menggantung. Yaoyorozu kini telah berdiri di samping Todoroki. Pemuda pemilik manik heterochromia tersebut hanya menatapnya datar dan mengisyaratkan Yaoyorozu untuk duduk, "Meski kau bisa keluar masuk rumahku dengan mudah, tidak seharusnya kau datang tanpa memberi salam."
"Maaf― maaf juga aku tidak mengunjungimu akhir-akhir ini."
"Bukan masalah, aku juga tidak memintamu untuk mengunjungiku."
Yaoyorozu terdiam, pandangannya fokus terhadap secangkir teh yang tidak lagi menguapkan suhu panasnya. Mereka memang duduk berhadapan dan hanya mejalah pembatas mereka, namun tidak ada perbincangan yang berlanjut. Todoroki juga tidak menanyakan alasan Yaoyorozu tiba-tiba mendatangi rumahnya. Sampai akhirnya Todoroki sadar bahwa Yaoyorozu ingin sekali mengungkapkan segala hal yang ada dipikirannya, "Jika ingin bicara bicaralah."
"Uh-huh, Todoroki-san tehmu telah dingin kau tidak meminumnya? apa ada hal yang mengganggumu juga?"
"To the poin saja Yaoyorozu, aku sedang ingin sen― maksudku aku tidak suka orang yang berbasa-basi."
Yaoyorozu menahan senyumnya, "Ada hal yang ingin ku katakan padamu."
"Soal Iida?"
"Bukan, eh!" Yaoyorozu tersentak di saat Todoroki mengatakan nama tersebut. Seingatnya dia belum memberitahukannya pada Todoroki atau berita hubungannya tidaklah dipublikasikan.
"Apa-apaan ekspresi itu? Jika kau kaget dari mana aku tahu, Bakugou yang memberitahuku."
"Bakugou-san?" 'Jangan-jangan yang berada di belakang kami waktu itu adalah dirinya?!'
"Jadi?"
"A-aku~ ya memang benar, keluarga kami juga sudah mempersiapkan semuanya. Itu~ maksudku pertunangan dan pernikahan kami." Yaoyorozu menunduk perlahan, perkataannya terdengar pelan dan penuh penyesalan. Todoroki yang mencoba menepiskan sesak didadanya terlihat kokoh di depan Yaoyorozu seolah-olah bahwa dia akan menjadi seorang penolong. Setidaknya itulah yang dipikirkan wanita pemilik surai hitam dan manik onyx tersebut. Akan tetapi, "Yaoyorozu―" entah sejak kapan orang ini telah perpindah tempat, kini manik hetero itu telah bertemu dengan dua manik onyx milik wanita di depannya. Todoroki terlihat berlutut dihadapan Yaoyorozu dan memegang kedua tangannya, "Apa pilihanmu itu sudah benar Iida adalah orang yang baik dan bertanggung jawab. Waktu sekolah pun kalian telah saling bekerja sama sebagai wakil dan ketua kelas bukan? kalian berdua pasti telah saling memahami satu sama lain."
"T-Todoroki-san? kau mendukungku dengannya?"
"Ya, karena aku ingin melihatmu bahagia."
Wajah Yaoyorozu telah berlinang air mata, "Tidak! Todoroki-san apa maksudmu? a-aku salah! seharusnya aku tidak menerimanya waktu itu, aku terlalu mempertimbangkan putusan orang tuaku dan kemungkinan bahwa kau―"
"Bahwa aku?"
Yaoyorozu menggeleng dan menatap pemilik manik hetero yang terduduk di depannya, "Aku mencintaimu Todoroki-san!" Mungkin suaranya sedikit beradu dengan isak tangisnya, tapi kalimat "Aku mencintaimu" yang keluar dadi mulut Yaoyorozu terdengar jelas membuat diri Todoroki tertegun, lidahnya kelu tidak bisa berucap apapun, jadi selama ini cintanya telah terbalas? 'tapi kenapa? kenapa di saat kondisiku yang seperti ini?' Menyadari sesuatu Todoroki mulai beranjak dari posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Understand
Fanfiction[COMPLETED] "Sebuah perasaan yang terpendam terlalu lama, sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan" .... Todoroki "Perasaan yang tiba-tiba muncul, rasa yang dipersaingkan" .... Bakugou Apa ini lelucon? dua Hero muda yang tengah naik daun harus disesat...