16

1K 211 12
                                    

Happy Reading!

Setelah kepergian Jisung dan Vanesa, rupanya Felix sama sekali tidak berniat untuk langsung mengambil motornya yang masih terparkir di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepergian Jisung dan Vanesa, rupanya Felix sama sekali tidak berniat untuk langsung mengambil motornya yang masih terparkir di sebelahnya.

Ia malah diam tak berkutik di tempat dengan pose kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana, serta netra elangnya menatap lurus pada satu titik yaitu pintu lobby sekolah. Ia mengabsen satu persatu murid yang masih ramai bermunculan dari sana tanpa terlewat sedikit pun.

Entah apa yang dilakukannya, namun selang beberapa saat kemudian momen yang tengah ia tunggu-tunggu akhirnya datang.

Kedua ujung bibirnya secara otomatis terangkat kala bola matanya telah berhasil menangkap pergerakan seorang gadis berambut panjang dengan wajah seperti bayi. Gadis itu berjalan sendirian dengan pincang bersama jaket kuning yang membalut tubuh kecilnya.

Alhasil waktu memainkan peran sebagai patung pun selesai.

Lantas ia langsung berjalan menuju motornya. Menaiki dan memundurkannya hingga keluar dari deretan motor lain yang tampaknya agak berkurang dari sebelumnya.

Selanjutnya ia menghidupkan mesin dan dengan cepat melajukan motornya untuk mendahului gadis itu sampai akhirmya tiba tepat di luar area sekolah.

Kemudian ia menunggu gadis itu di dekat trotoar tak jauh di hadapan sebuah mobil hitam, karena Felix tahu gadis tersebut akan datang melewatinya untuk menuju halte bis.

Felix mengeluarkan ponselnya yang diambil dari dalam saku celana depan, lalu mulai memainkannya secara ramdom dengan sesekali melirik ke spion motornya. Tak lama ketika gadis itu hendak menghampiri, ia spontan menempelkan benda persegi panjang tersebut ke depan telinga layaknya sedang menelpon seseorang seraya mengalihkan pandangannya ke bawah.

Seklebat hembusan angin menerpa kulit wajahnya kala gadis itu berjalan melewatinya dengan terburu-buru walau kondisi fisiknya masih terbilang memilukan. Felix menyadarinya, namun ia tak peduli.

Kalau sakit siapa suruh memaksakan diri untuk bersekolah?

Dan jangan salahkan Felix jika aksinya kali ini akan lebih parah ketimbang penganiayaan kecil yang diterima gadis itu tempo hari.

Felix mendongak ketika langkah gadis tersebut telah menjauh darinya, lalu ia pun mengantungi kembali ponselnya dan terdiam sembari memantau gadis itu berjalan hingga tiba di halte.

Lelaki pemilik rahang tajam itu sama sekali belum mulai menghidupkan motor. Ia akan melakukannya setelah sang gadis hendak menaiki bis.

“Tak akan ku maafkan meski perawakannya seperti bocah sd, kau tetap harus diberi hukuman.” gumamnya datar.

Dark Side | Felix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang