Happy Reading!
“Diberitahukan kepada murid bernama Ardae Felix Zerdhan dari kelas 11 Ipa 2, untuk segera mengunjungi ruang BK.”
Dalam sekejap, ledakan petir sontak menyambar kesunyian kantin selepas pemberitahuan tersebut tersalurkan dengan lancarnya melalui mikrofon khusus, menjadikan seluruh pengunjung di sana tampak terkejut dan spontan merotasikan objek pandangan mereka ke arah siswa yang identitasnya tercantum barusan.
Tak terkecuali Vanesa, netra gadis itu bahkan hampir keluar dari sarangnya, lantas ia pun menoleh kilat ke samping, ke arah lelaki yang sekarang telah menjadi bahan topik pembicaraan seantero sekolah. Namun reaksi lelaki itu rupanya berbanding terbalik pada siswa siswi di sana termasuk dirinya.
“Lix!”
Felix, lelaki yang disebut namanya beberapa menit lalu itu meletakan sendok makan di atas nasi miliknya perlahan lalu menoleh ke arah Vanesa.
“Mau ikut?” tanyanya. Merasa paham, gadis itu langsung mengangguk.
“Ayo.” ujarnya disertai dengan raut wajah cemas. Padahal panggilan BK bukan hanya untuk siswa atau siswi yang bermasalah dan menurut pandangannya, dari pagi hingga saat ini Felix juga tak melakukan kesalahan apapun lantaran lelaki itu selalu bersamanya. Tapi kenapa hatinya kini merasa tak enak?
Felix beranjak dari kursinya lalu menatap datar ke sekitar seolah mencari sesuatu sembari memainkan lidahnya di dalam mulut.
Dan beberapa detik kemudian, ia langsung bisa menebak situasi yang tiba-tiba ini.
•••
“Aku tunggu di sini aja deh, takut gak boleh—” napas Vanesa otomatis terhenti kala Felix langsung menyela ucapannya.
“Jangan. Nanti ada yang menjahilimu.”
Setelahnya gadis itu spontan tak berkutik ketika tangan Felix mulai menariknya begitu saja untuk masuk ke dalam ruang Bimbingan Konseling.
Sreet!
Digesernya benda kaca transparan yang menutupi jalan masuk ruang tersebut dengan tenang, Felix berjalan ke dalam bersama Vanesa di belakangnya tanpa menimbulkan suara sedikitpun dari mulut keduanya.
“Itu dia anaknya, pak.” ujar seorang lelaki yang dicap sebagai ketua osis seraya menunjuk Felix dengan sopan.
Lantas Felix melirik pemuda tersebut sebentar dan beralih menatap pria paruh baya yang sedang duduk di hadapannya saat ini.
“Loh? Ini di sebelah kamu siapa? Bisa tolong keluar?” titah pria itu sembari menunjuk gadis yang sekarang berdiri di samping Felix, siapa lagi kalau bukan Vanesa.
Vanesa tersentak saat dirinya merasa ditunjuk, ia pun mendongak gugup kemudian menoleh sejenak ke lelaki yang berdiri di sebelahnya lalu memutar kepalanya lagi menatap pria di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side | Felix ✓
Mystery / Thriller[Fin] [17+] Seorang pembunuh seharusnya mengorbankan mangsanya bukannya melindungi. ❝Siapa kau sebenarnya?❞ ﹂©nissaynut, 2020