20

1K 185 17
                                    

Happy Reading!

"Dasar anak keras kepala!" bentak sosok pria paruh baya lalu sontak menendang kuat perut sang pemuda di hadapannya hingga terpental jauh membentur dinding ruang utama yang jika dihitung, bisa memberikan jarak kurang lebih lima meter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar anak keras kepala!" bentak sosok pria paruh baya lalu sontak menendang kuat perut sang pemuda di hadapannya hingga terpental jauh membentur dinding ruang utama yang jika dihitung, bisa memberikan jarak kurang lebih lima meter.

Namun belum ada tiga detik, pria itu kembali menghampiri pemuda tersebut kemudian spontan menarik ujung jaket hitam yang dikenakannya dengan salah satu tangan sampai tubuhnya terangkat dan kakinya tidak lagi menapak pada permukaan lantai.

Setelahnya, pria itu mulai menghujam dahsyat tepat di bagian rahang kiri menggunakan tangan satunya hingga anak tersebut kembali ambruk ke samping dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Dugh!

Lagi-lagi pria berjas hitam itu menendang keras bokong pemuda yang sekarang tengah meringkuk di atas lantai secara bertubi-tubi tanpa ampun.

Belum ada perlawanan sama sekali dari pemuda itu hingga tak lama tendangan pada bokongnya tersebut berganti dengan injakan di pipi. Alas sepatu pria itu mulai bergerak perlahan namun penuh tekanan sehingga membuat kulit pipinya sedikit robek dan mengeluarkan bercak darah pekat.

"Mengapa kau membangkang padaku?" sarkas sang pria seraya terus menginjak pipi pemuda yang merupakan putranya itu.

"Jangan pura-pura lupa jika aku terus memantaumu! Dan ternyata kau masih berurusan dengan gadis itu, bahkan dia sudah tahu identitasmu! Sadarlah!"

Di sisi lain, nampak seorang wanita tua yang sedang berdiri mematung di ujung ruangan dengan kedua tangan dilipat di depan dada sembari menatap serius anak semata wayangnya itu.

"Kau lebih memilih gadis itu dari pada keluargamu sendiri, huh?!"

Dalam kondisi mulut penuh darah, Felix mendecih jengkel.

"Beritahu dulu alasan yang jelas mengapa aku perlu menjauhi gadis itu, baru aku bisa memilih." balasnya dengan suara rendah.

"Sudah kubilang karena kita seorang pembunuh! Dan gadis itu adalah mangsamu! Seharusnya kau memberikan penderitaan padanya bukannya perhatian, bodoh!" seru pria itu namun tidak mampu membuat Felix membatu, ia justru mendecak sebal.

"Itu lagi yang ayah katakan. Jawaban semacam itu tidak menghilangkan rasa janggalku pada keluarga ini." jeda tiga detik, lalu ia kembali berucap, "Aku tahu kalian sedang menyembunyikan sesuatu."

Jongin terkekeh jengkel.

"Menyembunyikan sesuatu apa? Hey.. Pikiranmu terlalu jauh, anak muda. Kau tahu? Jisung itu juga orang biasa, aku tidak akan membiarkanmu berteman dengannya sejak kecil jika bukan karena ayahnya seorang pembunuh seperti kita!"

"Aku juga tidak akan dekat dengan gadis itu jika saja dia tidak memiliki aura yang berbeda pada dirinya!" ujarnya kesal.

Kini Jongin yang terdiam, namun masih memandang sengit putranya.

Dark Side | Felix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang