Happy Reading!
“Aku tidak bisa melihatmu sakit baik fisik maupun perasaan walau secuil pun, karena hatiku akan jauh lebih sakit jika kamu sampai begitu.”
Setelah berkata demikian, Felix segera menjauhkan wajahnya dari Vanesa kemudian ia hendak menggantungkan helmnya di atas spion namun pergerakannya mendadak terhenti dan tubuhnya berbalik lagi menghadap gadis itu.
“Boleh kah aku memasukkan motorku ke pekarangan pantimu?” tanya Felix membuat Vanesa langsung tersadar lalu ia mengedipkan mata.
“E-eh iya b-boleh banget kok, masukin aja, bentar aku buka dulu pagernya.” balas Vanesa gugup setelah itu ia cepat-cepat merotasikan tubuh ke arah pagar pantinya lalu membukanya hingga lumayan lebar dan sekiranya cukup untuk motor Felix.
“Terima kasih.” ucap Felix seraya tersenyum, Vanesa mengangguk dan ikut tersenyum kikuk.
Sembari menunggu Felix memarkirkan motornya, Vanesa lebih dulu masuk ke dalam panti berniat untuk memberi tahu para anggota di sana bahwa ada tamu yang datang.
Setelahnya ia kembali keluar lalu melihat ke arah Felix yang sedang berdiam diri di dekat tanaman menunggu intruksi Vanesa dengan tangan kanannya mengenggenggam gitar.
“Sini masuk Lix!” seru gadis itu sembari telapak tangannya ia kibas-kibaskan di udara. Felix menurut dan mulai berjalan masuk ke dalam panti dengan Vanesa di depannya.
Setibanya di ruang tamu, mereka berdua langsung disambut hangat oleh Wendy, sang pengasuh panti dan juga beberapa anak-anak lainnya yang tampak girang akan kehadiran Felix.
Akan tetapi, beberapa saat setelah Felix menatap wajah Wendy, kepala lelaki itu tiba-tiba berdenyut hebat entah kenapa, membuatnya spontan meringis histeris sembari memegangi kepalanya. Vanesa, Wendy serta anak-anak panti lainnya langsung dibuat terkejut sekaligus panik
“Lix, kamu kenapa?!” Seru Vanesa khawatir. Lami yang berdiri di sebelah gadis itu pun berinisiatif mengambil alih gitar yang dipegang Felix lalu meletakannya di samping meja tv.
“Nes, suruh dia duduk dulu di sofa ya, biar bunda bikinin teh hangat.” pinta Wendy. Vanesa mengangguk kemudian menuntun Felix duduk di sofa.
“Kamu pusing?” tanya Vanesa begitu mereka sudah duduk. Sedangkan Lami dan anak-anak lainnya juga duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka.
“Aku tidak tahu, tapi kepalaku tiba-tiba seperti tersengat sesuatu.” balasnya seraya menundukkan kepala, matanya bahkan terpejam.
“Kalo gitu latihannya lain kali aja ya? Sekarang kamu istirahat—”
“Tidak, jangan ditunda, aku tidak papa, pasti akan hilang sendiri.” tolak Felix, Vanesa menghela napas.
“Yaudah, tapi untuk sekarang kamu istirahat dulu aja baru kita lanjut kerja kelompok kalo kamu udah mendingan.” Felix mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side | Felix ✓
Misterio / Suspenso[Fin] [17+] Seorang pembunuh seharusnya mengorbankan mangsanya bukannya melindungi. ❝Siapa kau sebenarnya?❞ ﹂©nissaynut, 2020